Amanuensis adalah orang yang dikaryakan untuk menulis atau mengetik kata-kata yang didiktekan orang lain, atau untuk menyalin tulisan orang lain. Amanuensis dapat pula menjadi orang yang dikuasakan oleh orang lain untuk menandatangani dokumen atas nama orang lain tersebut.[1]

Andrew Taylor Still bersama amanuensisnya, Annie Morris, yang duduk menghadap mesin tik

Di lingkungan akademis, amanuensis dapat membantu orang yang mengalami cedera atau menyandang disabilitas dalam mengerjakan soal-soal ujian tertulis. Eric Fenby bertindak selaku amanuensis ketika membantu menyuratkan notasi-notasi yang didiktekan komponis Frederick Delius yang buta dan lumpuh.[2]

Sejarah

sunting
 
Valerius Petronianus bersama seorang budak yang sedang memegang loh, relief pada sarkofagus, abad ke-4 Masehi

Pada zaman Romawi Kuno, amanuensis (bahasa Latin: āmanuēnsis, “setia usaha”, tercipta dari gabungan kata ab-, “dari” dan manus, “tangan”[3]) adalah budak atau mantan budak yang menyediakan jasa tulis-menulis dan surat-menyurat, misalnya menulis kata-kata yang didiktekan, dan mungkin saja turut membantu merangkai kalimat. Para amanuensis biasanya berkebangsaan Yunani, laki-laki maupun perempuan,[4] dan tergolong budak berpangkat tinggi yang dianggap mampu memberi nilai tambah[5] bagi kehidupan majikannya, alih-alih sekadar bekerja sebagai sarana produksi.[6] Budak-budak yang berkemampuan baca-tulis memiliki hak-hak istimewa tertentu berdasarkan hukum, dan dapat dimerdekakan selagi masih muda.[7]

Quintilianus (abad pertama tarikh Masehi) mewejangi para calon orator perihal ketergantungan kepada amanuensis, karena kemudahan tersebut dapat melahirkan rangkaian kalimat yang serampangan dan tidak dipikirkan masak-masak—atau jika si amanuensis kurang piawai, justru dapat menghalangi lahirnya rangkaian kalimat yang fasih.[8] Sekalipun menguasai kemampuan baca-tulis bahasa Yunani, Rasul Paulus pun memanfaatkan jasa amanuensis.[9]

Amanuensis berperan besar dalam penulisan dan penyebarluasan karya sastra Abad Pertengahan. Para visioner pada khususnya bergantung kepada amanuensis untuk menuangkan pengalaman-pengalaman gaib mereka ke dalam bentuk tulisan.[10] Salah satu pertanyaan dalam mengkaji karya tulis Margery Kempe, ahli suluk Kristen yang tidak diketahui pernah mengenyam pendidikan formal, adalah sampai sejauh mana para amanuensisnya membentuk isi bukunya yang dijuduli dengan namanya dan rampung pada tahun 1438 itu.[11] Bilamana si pujangga kurang atau tidak menguasai kemampuan baca-tulis, agaknya pekerjaan amanuensis meliputi kegiatan menulis kata-kata yang didiktekan, membaca ulang, meminta tanggapan dari si pujangga kalau-kalau ada kalimat yang perlu dibetulkan, dan mungkin sekali membentuk lebih lanjut karya tulis tersebut selagi menyuratkan kata-kata yang dilisankan.[12] Amanuensis mungkin saja memasukkan polesan sastrawi ke dalam pengalaman gaib seorang visioner, Adam dari Eynsham misalnya diduga mengulik kekayaan sastrawi yang terkandung di dalam Parwa Pratala wiracarita Aeneis guna membahasakan penglihatan-penglihatan gaib Edmundus, rekannya sesama rahib, "yang agak melantur-lantur dan membingungkan".[13] Amanuensis mungkin saja bertindak sebagai penerjemah sekaligus penyurat kalimat. Sebagai contoh, Petrus dari Alvastra (alias Peter Olafsson) menyuratkan penglihatan-penglihatan gaib Brigita dari Swedia yang dituturkannya dalam bahasa Swedia, kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin.[14]

Arti lain

sunting

Di Finlandia, amanuenssi adalah sebutan bagi pegawai administrasi di universitas, lembaga penelitian, atau museum. Di universitas-universitas Finlandia, amanuensis dapat saja dilibatkan dalam urusan pembinaan mahasiswa, penataan berbagai kegiatan kampus, dan lain-lain.[15]

Sebutan terkait pekerjaan

sunting

Di dalam kosakata bahasa Jerman dan bahasa Belanda, ada istilah yang secara harfiah searti dengan amanuensis, yaitu Handlanger. Dewasa ini, baik dalam bahasa Belanda maupun bahasa Jerman, istilah Handlanger masih dipakai dengan konotasi negatif, yaitu sebagai sebutan bagi orang nista dan bejat yang menjadi kaki-tangan penjahat, sementara pemakaian dengan makna aslinya, yaitu sebagai sebutan bagi tenaga tidak ahli dan kemungkinan besar juga buta huruf yang secara harfiah turun tangan bekerja serabutan di proyek-proyek pembangunan, sudah jarang dijumpai.[16]

Di dalam bahasa Prancis, istilah Écrivain Public (Penulis Umum) adalah sebutan bagi penyedia jasa tulis-menulis untuk urusan pribadi maupun urusan kerja sesuai pesanan pengguna jasanya.[17]

Rujukan

sunting
  1. ^ Oxford English Dictionary Edisi ke-3. (2003)
  2. ^ Eric Fenby (1936) Delius as I Knew Him, G. Bell & Sons, Ltd., London
  3. ^ "amanuensis", Wiktionary (dalam bahasa Inggris), 2023-03-17, diakses tanggal 2023-08-07 
  4. ^ Susan Treggiari, "Jobs for Women," American Journal of Ancient History 1 (1976), hlm. 78.
  5. ^ Clarence A. Forbes,"The Education and Training of Slaves in Antiquity," Transactions and Proceedings of the American Philological Association 86 (1955), hlm. 341.
  6. ^ Jakob Fortunat Stagl, "Favor libertatis: Slaveholders as Freedom Fighters," dalam The Position of Roman Slaves: Social Realities and Legal Differences (De Gruyter, 2023), hlm. 229
  7. ^ W. Martin Bloomer, “Schooling in Persona: Imagination and Subordination in Roman Education,” Classical Antiquity 16:1 (1997), hlm. 76, no. 44, mengutip K. Bradley, Slaves and Masters in the Roman Empire (1984), hlm. 92, dengan merujuk kepada Gayus, Institutes 1.19; 39.
  8. ^ Myles McDonnell, "Writing, Copying, and Autograph Manuscripts in Ancient Rome," Classical Quarterly 46:2 (1996), hlm. 473.
  9. ^ Chris Keith, "'In My Own Hand': Grapho-Literacy and the Apostle Paul," Biblica 89:1 (2008), hlmn. 39-58.
  10. ^ Eileen Gardiner, introduction to Medieval Visions of Heaven and Hell: A Sourcebook (Garland, 1993), hlm. xxvi.
  11. ^ Rory G. Critten, Author, Scribe, and Book in Late Medieval English Literature (D. S. Brewer, 2018), hlm. 77.
  12. ^ William Provost, "The English Religious Enthusiast," dalam Medieval Women Writers (University of Georgia Press, 1984), hlm. 297.
  13. ^ C. J. Holdsworth, "Visions and Visionaries in the Middle Ages," History 48:163 (1963), hlm. 150.
  14. ^ Diane Cady, "Issues of Sexuality, Gender and Ethnicity," dalam The Medieval British Literature Handbook (Continuum, 2009), hlm. 207.
  15. ^ "Amanuenssi". jyu.fi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Desember 2013. Diakses tanggal 15 Desember 2013. 
  16. ^ Handlanger, der di duden.de
  17. ^ https://www.collinsdictionary.com/dictionary/french-english/%C3%A9crivain-public

Bahan bacaan lanjutan

sunting
  • Aland, Kurt (1961). "The Problem of Anonymity and Pseudonymity in Christian Literature of the First Two Centuries". Journal of Theological Studies. Oxford University Press. 12: 39–49. 
  • Bahr, Gordon J. (1966). "Paul and Letter Writing in the First Century". Catholic Biblical Quarterly. Catholic Biblical Association of America. 28: 465–477. 
  • Bahr, Gordon J. (1968). "The Subscriptions in the Pauline Letters". Journal of Biblical Literature. 2 (1): 27–41. doi:10.2307/3263419. JSTOR 3263419. 
  • Bauckham, Richard J. (1988). "Pseudo-Apostolic Letters". Journal of Biblical Literature. 107 (3): 469–494. doi:10.2307/3267581. JSTOR 3267581. 
  • Carson, D.A. (2000). "Pseudonymity and Pseudepigraphy". Dalam Evans, Craig A.; Porter, Stanley E. Dictionary of New Testament Background. Downers Grove: InterVarsity Press. hlm. 857–864. 
  • Cousar, Charles B. (1996). "The Letters of Paul". Interpreting Biblical Texts. Nashville: Abingdon. 
  • Deissmann, G. Adolf. Bible Studies. Trans. Alexander Grieve. 1901. Peabody: Hendrickson, 1988.
  • Doty, William G. Letters in Primitive Christianity. Guides to Biblical Scholarship. New Testament. Ed. Dan O. Via Jr. Philadelphia: Fortress, 1988.
  • Gamble, Harry Y. “Amanuensis.” Anchor Bible Dictionary. Vol. 1. Ed. David Noel Freedman. New York: Doubleday, 1992.
  • Haines-Eitzen, Kim (1998). "'Girls Trained in Beautiful Writing': Female Scribes in Roman Antiquity and Early Christianity". Journal of Early Christian Studies. 6 (4): 629–646. doi:10.1353/earl.1998.0071. 
  • Longenecker, Richard N. “Ancient Amanuenses and the Pauline Epistles.” New Dimensions in New Testament Study. Eds. Richard N. Longenecker and Merrill C. Tenney. Grand Rapids: Zondervan, 1974. 281–97. idem, “On the Form, Function, and Authority of the New Testament Letters.” Scripture and Truth. Eds. D.A. Carson and John D. Woodbridge. Grand Rapids: Zondervan, 1983. 101–14.
  • Murphy-O’Connor, Jerome. Paul the Letter-Writer: His World, His Options, His Skills. Collegeville, MN: Liturgical, 1995.
  • Richards, E. Randolph. The Secretary in the Letters of Paul. Tübingen: Mohr, 1991. idem, “The Codex and the Early Collection of Paul’s Letters.” Bulletin for Biblical Research 8 (1998): 151–66. idem, Paul and First-Century Letter Writing: Secretaries, Composition, and Collection. Downers Grove: InterVarsity, 2004.
  • Robson, E. Iliff (1917). "Composition and Dictation in New Testament Books". Journal of Theological Studies. 18: 288–301. 
  • Stowers, Stanley K. Letter Writing in Greco-Roman Antiquity. Library of Early Christianity. Vol. 8. Ed. Wayne A. Meeks. Philadelphia: Westminster, 1989.
  • Wall, Robert W. “Introduction to Epistolary Literature.” New Interpreter’s Bible. Vol. 10. Ed. Leander E. Keck. Nashville: Abingdon, 2002. 369–91.


Pranala luar

sunting