Aias

tokoh dalam mitologi Yunani

[[Berkas:Aphaia pediment Aias W-IX Glyptothek München 80 Aias (bahasa Yunani: Αἴας) adalah seorang pahlawan dalam mitologi Yunani. Dia adalah putra Telamon dan Periboia, dan merupakan raja di Salamis.[1] Aias adalah sepupu Akhilles dan kakak Teukros. Aias memainkan peranan penting dalam Iliad kara Homeros dan dalam Siklus Epik, yaitu serangkaian wiracarita mengenai Perang Troya.

Sejarawan Italia, Maggiani, pernah menemukan sebuah makam Etruska di Bologna (abad kelima Maeshi) yang bertuliskan aivastelmunsl (keluarga Aias Telamon)

Selain dirinya, ada tokoh lain yang juga bernama Aias, putra Oileus. Untuk membedakannya, Aias dari Salamis ini sering disebut "Aias Telamon," "Aias Besar," atau "Aias Agung". Dalam mitologi Etruska, dia dikenal sebagai Aivas Tlamunus.

Deskripsi

sunting

Aias digambarkan sebagai sosok yang gagah dan tinggi. Dia adalah prajurit dengan badan tertinggi dan dengan kekuatan otot terkuat di pasukan Akhaia (Yunani). Dalam hal kemampuan bertempur, hanya Akhilles dan Diomedes yang lebih hebat dari Aias. Dia pun dijuluki "Benteng Mikenai". Aias dilatih oleh Kheiron, kentaur bijak yang juga melatih ayah Aias, Telamon, dan ayah Akhilles, Peleus.

Selain Akhilles, Aias (bersama Diomedes) adalah prajurit terpenting dalam pasukan Agamemnon, meskipun Aias tidak secerdas Nestor, Diomedes, Idomenios, atau Odisseus. Aias tidak pernah terluka dalam pertempuran. Selain itu, Aias juga tidak pernah dibantu oleh dewa manapun ketika sedang berperang. Aias memiliki perisai yang terbuat dari tujuh lapis kulit sapi dan satu lapis perunggu.

Dalam mitologi

sunting

[[Berkas:Ajax and Hector exchange gifts

Perang Troya

sunting

Aias terkenal atas kekuatan dan keberaniannya, khusunya dalam dua pertempurannya melawan Hektor. Bentrokan pertama adalah ketika berdasarkan undian, Aias harus bertarung dengan Hektor. Pertarungan mereka berlangsung hampir sehari penuh. Pada awalnya Aias terlihat lebih unggul, dia berhasil melukai Hektor dengan tombaknya dan memukulnya dengan sebuah batu besar. Namun Hektor kemudian dibantu oleh Zeus hingga akhirnya pertarungan berakhir seri. Pertarungan pun tidak menghasilkan pemenang dan keduanya menukar hadiah sebelum kelmbali ke pasukan masing-masing.[2]

Pertempuran kedua antara Aias dan Hektor terjadi ketika pasukan Troya menyerang kamp pasukan Mikenai (Yunani). Aias bertempur mempertahankan kapal-kapal Yunani. Aias melemparkan sebongkah batu besar yang hampir saja membuat Hektor terbunuh.[3] Apollo memperbaharui kekuatan Hektor dan Hektor pun kembali menyerang kapal Yunani.[4] Sementara itu Aias, yang bersenjatakan tombak besar, melompat dari kapal-kapal, membunuh setiap prajuti Troya yang dijumpainya. Aias lalu berhadapan dengan Hektor yang hendak membakar kapal Yunani. Mereka bertarung dan Hektor berhasil melucuti senjata Aias namun tidak berhasil melukainya.[5] Aias terpaksa harus mundur sedangkan Hektor sempat membakar satu kapal. Dalam pertempuran tersebut, Aias membunuh banyak pemimpin Troya, termasuk Forkis.

Aias kadang bertempur bersama adiknya Teukros, yang ahli dalam menggunakan panah. Aias berdiri di depan dengan perisainya sementara Teukros di belakangnya dan memanah para prajurit Troya.

Suatu ketika Akhilles marah pada Agamemnon karena mangambil budak Akhilles, dan Akhilles pun menarik diri dari pertempuran. Aias, bersama Odisseus dan Foiniks, dikirim oleh Agamemnon dengan tujuan mengajak Akhilles untuk kembali bertempur. Meskipun Akhilels menerima kedatangan mereka dan Aias berusaha meyakinkan Akhilles, tetapi Akhilels tetap tidak mau kembali berperang.[6]

Ketika Patroklos terbunuh, Hektor berusaha mengambil jenazahnya. Namun Aias, dibantu oleh Menelaos, menyerang pasukan Troya dan berhasil mengambil kembali jenazah Patroklos meskipun baju perang Akhilles yang dipakai oleh Patroklso sudah dilucuti oleh musuh.

Menurut Hyginus, Aias membunuh dua puluh delapan orang di Troya.[7]

Kematian

sunting

[[Berkas:Ajax suicide BM F480 Ketika Akhilles terbunuh oleh Paris, Aias berusaha keras menghalau para prajurit Troya dengan mnggunakan tombak dan perisainya semenara Odisseus berusaha mengambil jenazah Akhilles. Setelah pemakaman Akhilles, Aias dan Odisseus berebut baju perang Akhilles. Aias mengklaim bahwa dirinya lebih berhak karena dia telah banyak berjasa untuk pasukan Yunani, termasuk menyelamatkan kapal-kapal Yunani dan bertempur dengan Hektor.[8] Pada akhinya diputuskan bahwa Odisseuslah yang berhak atas warisan Akhilles. Aias sakit hati atas keputusan itu dan akhinya menusuk dirinya dengan pedangnya sendiri.[9]

Dalam drama Aias gubahan Sofokles, diceritakan bahwa setelah Odisseus dianugerahi baju perang Akhilles, Aias terjatuh dan pingsan. Ketika bangun, Aias sudah berada di dalam ilusi dewi Athena. Aias melihat segerombolan ternak dan membunuhnya karena dia melihatnya ternak-ternak itu sebagai para pemimpin Akhaia, termasuk Odisseus dan Agamemnon. Ketika akal sehatnya sudah kembali, Aias melihat dirinya berlumur darah dan menyadari perbuatanya. Daripada menanggung malu, Aias pun lebih memilih bunuh diri.[10][11][12] Aias menusuk diirnya dengan pedang dari Hektor yang diperoleh ketika pertukaran hadiah dahulu.[13] Dari darahnya tumbuh bunga berwarna merah yang di daunya terdapat inisial namanya, Ai.[14] Abunya disimpan di kendi emas di Tanjung Rhoitos di dekat Hellespont.

Ketika Odisseus mengunjungi dunia bawah, dia melihat bahwa roh Aias tidak mau berbicara padanya karena masih marah pada Odisseus.

Setelah mati, seperti Akhilles, Aias diceritakan (meskipun bukan oleh Homeros) tinggal di pulau Leuke di mulut sungai Danube.[15] Aias, yang dalam legenda pasca-Homeros diceritakan sebagai cucu Aiakos dan cicit Zeus, adalah pahlawan pelindung pulau Salamis, tempat dia memiliki sebuah kuil dan patung, serta untuknya diselenggarakan festival yang disebut Aianteia.[16]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "Salamis The Island" Salamis The Island -- Salamina Municipality - Greek Island
  2. ^ Homeros, Iliad Buku 7
  3. ^ Homeros, Iliad Buku 14
  4. ^ Homeros, Iliad Buku 15
  5. ^ Homeros, Iliad Buku 16
  6. ^ Homeros, Iliad Buku 9
  7. ^ Hyginus, Fabulae 114.
  8. ^ Ovidius, Metamorphoses, Diterjemahkan oleh Rolfe Humphries, Indiana University Press, Indianapolis, IN, 1955, Buku 13, hlm. 305-309
  9. ^ Ovidius, Metamorphoses, Diterjemahkan oleh Rolfe Humphries, Indiana University Press, Indianapolis, IN, 1955, Buku 13, hlm. 318
  10. ^ Pindaros, Ode Nemea 7 & 8
  11. ^ Pindaros, Ode Isthmos 4
  12. ^ Ovidius, Metamorphoses 13.1
  13. ^ Homeros, Iliad, 7.303
  14. ^ Pausanias 1.35.4
  15. ^ Pausanias 3.19.11
  16. ^ Pausanias 1.35

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting