Aghlabiyyah adalah sebuah dinasti Arab penguasa Ifriqiyyah (saat itu mencakup Tunisia, Aljazair timur, dan Tripolitania) dan Sisilia, yang berkuasa antara 800-909 Masehi.[1] Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin Al-Aghlab, seorang panglima militer setempat yang mengakui kekuasaan dinasti Abbasiyah dan pada tahun 800 mengambil kekuasaan atas wilayah Ifriqiyyah di Tunisia.[2]

Sebuah waduk air Aghlabiyyah di Qayrawan, Tunisia.

Masa awal sunting

 
Uang dinar dari masa Ibrahim I bin Al-Aghlab (184-196 H), tanpa nama (namun ada motto dinasti 'Ghalab' di sisi sebaliknya), tidak ada lokasi pencetakan. Dicetak pada 192 H (807/808 M). Koleksi Musée national d'art islamique de Raqqada.

Ibrahim bin Al-Aghlab adalah keturunan seorang pejabat militer Khurasan yang mengabdi pada dinasti Abbasiyah.[2] Ibrahim juga berkarier di bidang militer, dan ia meminta pada Khalifah Harun Al-Rasyid untuk menjadi penguasa Ifriqiyyah pada tahun 800, dengan kewajiban mengumpulkan pajak tahunan sebesar 40.000 dinar dan hak-hak otonomi dalam pengelolaan wilayah tersebut.[1][2] Penguasaannya atas wilayah tersebut tidak terlalu dicampuri oleh khalifah, karena jarak yang begitu jauh antara Baghdad dengan Afrika utara.[1] Ibrahim berhasil menekan pemberontakan Berber Kharijiyah serta para fuqaha (hakim) Maliki di Qayrawan pada masa pemerintahannya.[2]

Penaklukkan Sisilia sunting

Penguasa ketiga Aghlabiyyah, Ziyadatullah I, memulai penyerangan terhadap Sisilia pada tahun 827 dalam upaya untuk merebutnya dari tangan Bizantium. Suatu armada kapal perampas dikerahkan untuk menyerang kapai-kapal dagang musuh dan pantai-pantai Italia selatan, Sardinia, Korsika, dan Alpen maritim, sehingga mampu Aghlabiyyah mampu melemahkan penguasaan Bizantium atas laut Mediterrania.[2] Pada tahun 868, Malta berhasil ditaklukkan; dan akhirnya Sisilia juga ditaklukkan sepuluh tahun kemudian pada tahun 878.[1] Sisilia tetap berada dalam kekuasaan penguasa Muslim sampai dengan penaklukkan Normandia pada abad ke-11, dan merupakan salah satu pusat penyebaran pengaruh peradaban Islam di Eropa.[2]

Kemunduran sunting

Menjelang akhir abad ke-9, kekuasaan Aghlabiyyah mulai mengalami kemunduran.[1] Pemberontakan terjadi di Ifriqiyyah yang dilancarkan oleh suku Berber Ketama yang mendukung penyebaran ajaran Syi’ah oleh Abu Abdullah, seorang utusan Al-Mahdi Ubaidillah sang perintis dinasti Fathimiyah.[2] Upaya Aghlabiyyah untuk mengatasi pemberontakan tersebut maupun permintaan bantuan dari Abbasiyah tidak berhasil, dan penguasa terakhir Ziyadatullah III terusir ke Mesir pada tahun 909.[1] Kekuasaan Aghlabiyyah selanjutnya digantikan oleh dinasti Fathimiyah.[1][2]

Pembangunan sunting

Dinasti Aghlabiyyah melakukan pembangunan di berbagai wilayah yang dikuasainya.[2] Ziyadatullah I memugar kembali Masjid Agung Qayrawan, Ahmad juga memugar Masjid Agung Tunis, sementara para penguasa lainnya juga membangun pertanian dan saluran irigasi di wilayah Ifriqiyyah selatan yang sebelumnya tidak terlalu subur.[2]

Daftar penguasa sunting

Para penguasa Aghlabiyyah adalah sebagai berikut:[2]

  1. Ibrahim I bin Al-Aghlab (800-812)
  2. Abdullah I bin Ibrahim (812-817)
  3. Ziyadatullah I bin Ibrahim (817-838)
  4. Abu Iqal Al-Aghlab bin Ibrahim (838-841)
  5. Muhammad I bin Abi Affan (841-856)
  6. Ahmad bin Muhammad (856-863)
  7. Ziyadatullah II bin Abil Abbas (863)
  8. Abul Gharaniq Muhammad II bin Ahmad (863-875)
  9. Ibrahim II bin Ahmad (875-902)
  10. Abdullah II bin Ibrahim (902-903)
  11. Ziyadatullah III bin Abdullah (903-909)

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g Jamil M. Abun-Nasr (1987). A History of the Maghrib in the Islamic Period (edisi ke-berilustrasi, cetak ulang). Cambridge University Press. hlm. 53-59. ISBN 978-0-521-33767-0, 0521337674. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-05-18. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k C.E. Bosworth (1993). Rachmat Taufiq Hidayat, ed. Dinasti-Dinasti Islam. Penerjemah Ilyas Hasan. Penerbit Mizan. hlm. 45-47.