Abdullah Muhammad Shah II dari Perak
Duli Yang Maha Mulia Paduka Sri Sultan Abdullah Muhammad Shah II Ibni Almarhum Sultan Jaafar Safiuddin Muadzam Shah Waliullah ( Jawi :سلطان عبد الله محمد شاه ٢ ابن المرحوم سلطان جعفر صفي الدين معظم شاه ولي الله 21 September 1842 – 22 Desember 1922) adalah Sultan Perak ke-26.
Abdullah Muhammad Shah II عبد الله محمد شاه ٢ | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak Ke-XXVI | |||||||||
Sultan Perak Ke-26 | |||||||||
Berkuasa | 20 Januari 1874 – 30 Maret 1877 | ||||||||
Pendahulu | Sultan Ismail Mu'abidin Riayat Shah Ibni Al-Marhum Sayyid Sheikh al-Khairat | ||||||||
Penerus | Sultan Yusuff Sharifuddin Muzaffar Shah Ghafirullah Ibni Al-Marhum Sultan Abdullah Muhammad Shah I I'tikadullah | ||||||||
Kelahiran | Perak | 21 September 1842||||||||
Kematian | 22 Desember 1922 Kuala Kangsar, Perak | (umur 80)||||||||
Pemakaman | |||||||||
Pasangan | Raja Tipah Binti Almarhum Sultan Shahabuddin Ri'ayat Shah Saifullah | ||||||||
Keturunan | Raja Ngah Mansur Raja Chulan Raja Abdul Malik Raja Said Tauphy Raja Abdul Rahman Raja Abdul Hamid Raja Hussein | ||||||||
| |||||||||
Ayah | Sultan Ja'afar Safiuddin Mu'adzam Shah Waliullah Ibni Almarhum Raja Kechil Tengah Ahmad | ||||||||
Ibu | Wan Ngah Mahtra Binti Dato Wan Muda Abdul Rahman | ||||||||
Agama | Sunni Islam |
Pemerintahan
suntingPada bulan Januari 1874, Gubernur Andrew Clarke memimpin penyelesaian perselisihan yang terjadi antara pemimpin Perak dan Sultan Abdullah. Perjanjian ini dibuat untuk membahas perselisihan suksesi takhta dan penyerahan wilayah Pangkor dan Dindings dari pemerintah Perak ke Inggris. Selain itu juga, perjanjian itu juga memuat apabila Baginda Sulta Abdullah bersedia turun dari takhta maka ia akan diberikan hak atas pensiun nya tersebut.[1]
Perang Perak
suntingRaja Abdullah diangkat menjadi Sultan ke-26 oleh Inggris setelah ditandatanganinya Perjanjian Pangkor pada tanggal 20 Januari 1874. Dari perjanjian ini, ia diberi gelar takhta sebagai Sultan Abdullah Muhammad Shah II dan ia bertempat tinggal di wilayah Batak Rabit, Perak. Dalam pernjanjian ini juga, baginda telah berkenan memberikan persetujuan nya untuk pembentukan Residen Inggris.[1]
Kematian
suntingSetelah turun takhta, Baginda Abdullah sempat tinggal di Singapura dan kemudian perpindah ke Penang . Pada tahun 1922, ia diizinkan kembali ke Kuala Kangsar, di mana ia meninggal segera setelahnya pada tanggal 22 Desember 1922 pada usia 80 tahun. Ia dikebumikan di Bukit Chandan dan dianugerahi gelar anumerta Marhum Habibullah.
Keluarga
suntingIa menikah dengan Raja Tipah Binti Almarhum Sultan Shahabuddin Riayat Shah Saifullah dan kemudian bercerai. Dari hasil pernikahan ini, ia memiliki sepuluh putra dan putri, diantaranya :
- Raja Haji Ngah Muhammad Mansur
- Raja Haji Tuan Chulan Mansyourr
- Raja Haji Sulaiman Mansyuorr
- Raja Haji Said Taufi
- Raja Haji Abdul Malek - Raja Haji Ahmad Hisyam
- Raja Haji Abdul Halim
- Raja Haji Abdul Rahman
- Raja Haji Abdul Hamid
- Raja Haji Muhammad Husein
- Raja Chik Jaffar
Referensi
sunting- ^ a b Winstedt, Richard Olof (1962). A History of Malaya (dalam bahasa Inggris). Singapore: Marican and sons. hlm. 223–224. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama ":0" didefinisikan berulang dengan isi berbeda