Abdul Djebar Hapip

Prof. Dr. H. Abdul Djebar Hapip, MA, (13 September 1935 – 19 Juni 2019) adalah pakar di bidang bahasa serta guru besar Universitas Lambung Mangkurat.[1] Ia juga merupakan penyusun Kamus Bahasa Banjar.[2]

Abdul Djebar Hapip
Lahir(1935-09-13)13 September 1935
Banjarmasin
Meninggal19 Juni 2019(2019-06-19) (umur 83)
Banjarmasin
KebangsaanIndonesia
AlmamaterMacquarie University, Sydney
PekerjaanPengajar
Dikenal atasguru besar Universitas Lambung Mangkurat

Riwayat hidup sunting

Berawal dari terpilihnya Prof. Abdul Djebar Hapip Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin sebagai satunya-satunya wakil dari Kalimantan Selatan yang berhak mengikuti pelatihan Leksikografi. Yaitu pelatihan membuat kamus yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 1974 di Jakarta. Dengan bahan sangat terbatas yaitu hanya beberapa kosakata yang biasa ia gunakan dan ingat ia kumpulkan dan susun kosakata demi kosakata Bahasa Banjar ini sehingga jadilah pra kamus.

Pada tahun 1976 pra kamus yang tidak lebih dari 300 kosakata itu dicetak oleh Pusat Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Master of Arts pada School Of Education Mc Quarie University Sedney yang mengambil Educational Management dan Curriculum Development ini menemukan bahwa bahasa Banjar itu punya aturan, norma dan tata bahasa. Begitu pula karena kedekatan bahasa Banjar dengan bahasa Indonesia sehingga mempunyai akibat buruk, ia menilai bahasa Banjar bisa hilang karena pengaruh bahasa Indonesia. Dalam istilah sejarah bahasa disebut dengan musnahnya suatu bahasa. Ia sadar menyusun kamus adalah salah satu alat untuk mendokumentasikan bahasa Banjar, baik kosakata yang sedang di pakai maupun yang sudah tidak terpakai lagi.

Media Kamus dianggapnya paling efektif untuk bisa melestarikan bahasa Banjar tersebut, karena itu kamus mempunyai dua fungsi, pertama fungsi sebagai rujukan mencari padanan kata dengan kata lain dalam hal ini Bahasa Indonesia. Fungsi kedua sebagai alat pendokumentasian.

Ia pun melihat ketika dalam proses menyusun kamus, kesadaran orang Banjar terhadap bahasa yang mereka gunakan sehari-hari sangatlah kecil, mereka tidak sadar bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa yang punya tata bahasa dan aturan. Menurutnya apabila bahasa suatu etnis itu hilang, maka hilang pulalah etnis tersebut sehingga untuk mendokumentasikan bahasa Banjar sangatlah penting. Melihat situasi ini Abdul Djebar makin tergerak untuk menyempurnakan kamus ini.

Beruntung pada tahun 1993 dengan bantuan dari The Toyota Foundation ia melakukan riset di beberapa daerah di Kalimantan Selatan, bahkan sampai ke pegunungan meratus untuk mendapatkan bahasa asli orang pedalaman Banjar. Ia juga melakukan riset di Kalimantan Tengah, dan berinteraksi dengan penduduk pesisir Palangkaranya. Bahkan ia berangkat ke Riau, selama 3 minggu ia menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada di daerah Tambilahan, Muara Tungkal dan Sapat, disinilah bendahara bahasa Banjar archais (kono) banyak ditemukannya. Di sana ia ikut pergi ke pasar tradisional dan menyimak setiap perilaku dan tutur kata orang disana yang kebanyakan adalah berasal dari suku Banjar.

Untuk mengumpulkan sebanyak mungkin kosakata bahasa Banjar lama ia dibantu oleh beberapa mahasiswanya di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang terjun kelapangan mencari informan, umumnya para orang tua di daerah setempat. Setelah ia mendapatkan orang yang tepat untuk berbicara dalam bahasa Banjar, ia mengajaknya untuk bercerita atau menyuruhnya menulis sebuah cerita dalam bahasa Banjar, dengan cara ini ia banyak mendapatkan kosakata lama Bahasa Banjar. Menggali bahasa Banjar kono juga ia lakukan dengan membuka desertasi seorang yang berkebangsaan Belanda di Leiden J.J. Raas yang diterbitkan oleh The Hague Martinus Nighoff, 1968. Desertasi tersebut meneliti sebuah tulisan no name yang berjudul “Hikayat 1 Bandjar”.

Indahnya masa kecil Abdul Djebar Hapip ternyata juga sangat membantu ia menemukan beberapa kosakata yang sering di ucapkan di beberapa daerah di Kalimantan Selatan. Sewaktu kecil ia sering berbaur dengan penduduk pendatang yang datang ke Banjarmasin, mereka datang dari berbagai penjuru daerah di Kalimantan Selatan, diantaranya adalah penduduk dari Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan beberapa daerah lainnya.

Salah satu kendala yang dihadapi Abdul Djebar dalam penyusunan kamusnya adalah karena bahasa Banjar bukan bahasa tulisan, tapi bahasa lisan, misalnya dalam menyebutkan suatu benda, penduduk yang beda daerah akan beda pula dalam penyebutannya, padahal benda yang mereka maksud itu sama. Ia harus menetapkan ucapan mana yang semestinya masuk kamusnya.

Dalam bahasa Banjar ditemukannya dua dialek besar yaitu dialek bahasa Banjar Hulu dan bahasa Banjar Kuala. Kalau dalam Banjar Hulu hanya menggunakan bunyi vokal (a), (i), dan (u), sedangkan Banjar Kuala disamping mengenal huruf vocal (a), (i), dan (u) masih terdapat pula bunyi (e) dan (o). Pada Banjar Hulu dan Banjar Kuala terdapat pula dua kosakata yang berbeda untuk menyebut satu benda yang sama. Pada tahun 1993 itu pula Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan mengeluarkan surat keputusan untuk menjadikan Bahasa Banjar (BB) sebagai salah satu materi muatan lokal untuk diajarkan di SD dan SMP. Pada Agustus 1997 kamus Bahasa Banjar pun memasuki edisi ke III dengan penambahan entri baru dan perbaikan berbagai contoh penggunaan kosa katanya dan juga penambahan Fonologi dan Morfologi Bahasa Banjar secara singkat untuk lebih memahami struktur Bahasa Banjar.

Uniknya dalam Kamus Bahasa Banjar tidak ditemukan abjad F,Q, V karena F dan V masuk ke P dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad S/J. Kamus bahasa Banjar kini sudah mengalami enam kali penerbitan pada tahun 2008 oleh beberapa penerbit, baik penerbit lokal maupun nasional. Kamus ini mempunyai 205 + xxxiv halaman dengan beragam warna sampul sesuai keinginan penerbit. Sewaktu Kalimantan Selatan dipimpin gubernur Drs. Gusti Hasan Aman. Kamus ini sering dibagikan ke sekolah-sekolah dan beberapa dinas di lingkungan Pemerintah Daerah. Suatu kebanggaan yang dirasakan oleh pria kelahiran Banua Anyar Banjarmasin pada tanggl 13 September 1935 ini adalah bahwa kamus yang ia susun kini sudah menjadi koleksi Universitas Leyden di Belanda.

Meninggal dunia sunting

Abdul Djebar Hapip tutup usia pada 19 Juni 2019 akibat penyakit jantung yang dideritanya.[3] Almarhum dimakamkan di Pemakaman Guntung Lua, Kota Banjarbaru.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Soal Batubara, Kalsel Sering Buntung - Kompas.com. Diakses 30 Januari 2014.
  2. ^ Pencipta Kamus dan Tata Bahasa Banjar Diarsipkan 2014-12-18 di Wayback Machine. - kompas.com. Diakses 30 Januari 2014.
  3. ^ "Hikayat Sang Penyusun Kamus Bahasa Banjar, Prof Djebar Hapip". jejakrekam.com. Diakses tanggal 2020-04-17. 
  4. ^ Triomarsidi, Didik. "Penguat Bahasa Banjar (Mengenang Prof Drs H Abdul Djebar Hapip MA)". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-04-17.