Yus Rusyana

bahasawan, sastrawan dan pendidik asal Indonesia

Yus Rusyana merupakan bahasawan, sastrawan, dan pendidik.[1] Dia lahir di , Garut Selatan, pada 24 Maret 1938. Semasa kecil, kehidupannya lekat dengan kebudayaan, terutama tradisi lisan. Dia banyak mendengar sastra lisan Sunda, baik dari orang tuanya maupun masyarakat di lingkungannya.

Yus Rusyana
PekerjaanPeneliti, Penulis, Budayawan, Sastrawan
KebangsaanIndonesia Indonesia
KewarganegaraanIndonesia

Minat Yus Rusyana dalam bidang sastra berkembang ketika menjalani perkuliahan. Ia memulai minatnya itu dengan menulis puisi yang sering dimuat di Sipatahoenan. Tidak hanya aktif dalam dunia penulisan, Yus Rusyana juga piawai dalam dunia seni peran. Dia merupakan pendiri Liga Drama, kelompok teater yang banyak menampilkan drama yang ditulisnya, yaitu Cahaya Maratan Waja (1964), Hutbah Munggaran di Pajajaran (1965), dan Di Karaton Najasii (1966).

Kecintaan tradisi lisan terhadap Sastra Sunda ini diwujudkan Yus dalam bentuk penelitian yang kemudian dibukukan. Salah satunya, yakni pada 1995 hingga 1996, dia mengadakan penelitian mengenai pencak silat atau penca (bahasa Sunda). Hasil penelitiannya tersebut lalu diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia dengan judul "Tuturan Tentang Pencak Silat Dalam Tradisi Lisan Sunda". Dia merupakan peneliti undangan pada Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Dalam berkarya, Yus mempunyai filosofi "selamat, bermanfaat, dan nikmat". Selamat hanya dapat diraih oleh manusia jika ia senantiasa mawas diri dan berhati-hati. Manfaat hanya akan diperoleh jika manusia dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan. Sementara itu, nikmat hanya dapat diperoleh jika manusia tidak melupakan Sang Maha Pencipta dan selalu merendahkan hati di hadapan-Nya.[2] Filosofinya itu sering ia tanamkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika sedang mengajar dan membagikan ilmu kepada para mahasiswanya.

Yus menikah dengan Ami Raksanagara pada 28 April 1965. Istrinya juga memiliki minat di bidang sastra. Mereka dikaruniai lima anak laki-laki, yaitu Galih Rakasiwi, Kalih Raksasewu, Kalis Ragamulu, Kalif Ragapale (alm.), dan Galis Ragsunu.

Tahun 1989, Yus mendapatkan hadiah Sastra Sunda Rancage dari sastrawan sekaligus budayawan Ajip Rosidi untuk karyanya yang berupa kumpulan cerpen Jajatén Ninggang Papastén. Hadiah tersebut merupakan hadiah Sastra Rancage pertama. Hingga kini, cerpen dalam kumpulan cerpen Jajatén Ninggang Papastén sering diadaptasi ke dalam sebuah bentuk drama. Salah satunya, cerpen "Apun Gencay" yang ditulis pada 1963. Karya Yus ini dikenal publik sastra Sunda sebagai cerita paling dramatis.[3]

Pendidikan sunting

  • Sekolah Rakyat Negeri Pameugpeuk (1946–1952)
  • Sekolah Guru B Negeri 1 Garut (SGBN 1 Garut) (1952–1955)
  • Sekolah Guru A Negeri 1 Bandung (SGAN 1 Bandung) (1955–1958)
  • Jurusan Bahasa dan Sastra Sunda di Fakultas Keguruan Sastra Sunda, Institut Keguruan dan Pendidikan Bandung (FKSS) (1958–1964)
  • Program Post Graduate Training in the Study of Indonesian Language and Philology, Universitas Leiden, Belanda (1971–1973)
  • Meraih gelar Doktor dalam bidang morfologi bahasa dari Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (1975)

Karier sunting

Yus bekerja di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni sejak tahun 1962 dan guru besar di program Pascasarjana IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI) sejak tahun 1988. Dia juga menjadi dosen terbang di beberapa universitas, baik negeri maupun swasta. Salah satunya di program Pascasarjana, Universitas Suryakancana, Cianjur.

Selain berkarier di bidang akademis, Yus juga aktif terlibat dalam berbagai organisasi dan lembaga sosial, yaitu:

  • Ketua Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS) (1975–1981);
  • Anggota Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (1994–2000); dan
  • Anggota Dewan Redaksi majalah Mangle, Wangsit, dan Lingua.

Tidak hanya sebagai peneliti yang sering menulis makalah-makalah ilmiah tentang folklor, tetapi ia juga sering menjadi penatar dalam penataran bagi para peneliti tradisi lisan, yang diselenggarakan berbagai institusi yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Karya sunting

Yus Rusyana banyak membuat karya yang berkaitan erat dengan bahasa, sastra, dan budaya. Dia termasuk ilmuwan sekaligus sastrawan yang produktif dalam menulis. Karya-karya Yus juga telah didokumentasikan di Perpustakaan SOAS University of London di Inggris dan Australian National University.

Berikut ini karya-karyanya, yang antara lain:

  • Karya Nonfiksi
  1. Bagbagan Puisi Mantra Sunda (Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda, Bandung, 1970)
  2. Bagbagan Puisi Pupujian Sunda (Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda, Bandung, 1971)
  3. Bagbagan Puisi Sawer Sunda (Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda, Bandung, 1971)
  4. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Sekolah Pendidikan Guru Negeri di Jawa Barat (Pusat Bahasa, Jakarta, 1981)
  5. Bahasa Sunda Murid SD Kelas VI di Jawa Barat (Pusat Bahasa, 1981)
  6. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 1983)
  7. Bahasa dan Sastra Menandakan Gamitan Pendidikan (1984)
  8. Sistem Pemajemukan Bahasa Sunda (Pusat Bahasa, Jakarta, 1985)
  9. Keadaan dan Perkembangan Bahasa Sunda Masa Kini (Javanologi, 1985)
  10. Ensiklopedi Sastra Sunda (bersama Karna Yudibrata, Wahyu Wibisana, dan Iskandarwassid, Pusat Bahasa, Jakarta, 1986)
  11. Cerita Rakyat Daerah Jawa Barat (1990)
  12. Cerita “Sangkuriang” Daya Kembara Cerita Lama Lintas Media, Genre, dan Bahasa dari Zaman ke Zaman (Yayasan Lontar, 1993)
  13. Novel Sunda Sebelum Perang Geguritan Munggah Haji (Geger Sunten, 1995)
  14. Tuturan tentang Pencak Silat dalam Tradisi Lisan Sunda (Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1996)
  15. Ensiklopedi Sastra Sunda (Pusat Bahasa, Jakarta, 1997)
  16. Pengajaran Bahasa-Bahasa Nusantara (LIPI, Ford Foundation, Jakarta, 1999)
  17. Prosa Tradisional (Pusat Bahasa, Jakarta, 2000)
  18. Kriteria Penilaian Buku Pelajaran Bahasa Indonesia (Pusat Perbukuan, Jakarta, 2003)
  19. Peta Konsep Kesastraan: Sastra Indonesia (Pusat Perbukuan, Jakarta, 2003)
  • Karya Fiksi
  1. Di Luhureun Jukut Remis (Kumpulan Cerpen, 1965)
  2. Jajaten Ninggang Papasten (Kumpulan Cerpen, 1988)
  3. Numahal ti Batan Inten (Kumpulan Puisi, 1980)
  4. Buana nu Pinuh ku Mega (Kumpulan Puisi, 1992)
  5. Guguritan Munggah Haji (kumpulan dangding, 1955)

Referensi sunting

  1. ^ "Sawidak Taun Gurat Karya Yus Rusyana Digelar di UPI Hari Ini – Tribun Jabar". Tribun Jabar. Diakses tanggal 2017-09-23. 
  2. ^ "Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan". badanbahasa.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-23. Diakses tanggal 2017-09-23. 
  3. ^ "Pesona Hanna Si Bunga Desa Berujung Maut – Tribun Jabar". Tribun Jabar. Diakses tanggal 2017-09-23.