Wartabone adalah nama sebuah lontara yang ditulis sekitar tahun 1806, dan Wartabone juga julukan dari La Bunue atau nama lainnya La Iborahima yang arti dari Wartabone adalah "tuan kita dari Bone" atau disebut juga Berita (warta) dari Bone, yaitu pembawa berita dari Bone untuk Tojo.[1]

lontara berbahasa bugis

Wartabone adalah sebuah sejarah yang paling utama yang berisi tentang seorang Talamoa yang melaporkan ke Kerajaan Bone untuk mengangkat seorang Raja di Kerajaan Tojo karena Latondrong anak dari Pilewiti masih terlalu kecil untuk menjadi Raja di Kerajaan Tojo, sehingga ditulisnya Lontara dari Kerajaan Bone untuk Kerajaan Tojo yang kemudian Lontara tersebut diberi nama Wartabone.[2]

Wartabone juga seringkali dihubungkan dengan Tokoh dari Gorontalo yaitu Nani Wartabone, dan sejarah lahirnya Provinsi Gorontalo.[3]

Sejarah

sunting

Raja pertama Kerajaan Tojo Pilewiti memerintah di Taliboi, Tojo selama 8 Tahun yaitu dari 1770 sampai tahun 1778, dan Pilewiti memiliki seorang istri yaitu Gadis Pilihan dari Mawomba dengan seorang anak yang bernama Latondrong atau disebut juga Latondro,

kemudian Latondrong atau Latondro ini mempunyai anak 4 orang masing-masing bernama Remelino (perempuan), larifu (laki laki,meninggal bujang), lamataia (laki-laki,meninggal bujang), dan laraja (laki-laki). Kemudian Remelino mempunyai anak bernama kolomboy, dan laraja mempunyai anak bernama Taka.

Pada tahun 1778 Pilewiti wafat dan Jenasah Pilewiti dimakamkan dipuncak gunung Patta Pasang diatas Desa Tojo, pemakaman dihadiri oleh seluruh rakyat Kerajaan Tojo sehingga makam beliau dapat dibuat dari kapur yang dikumpul dari tempat kapur sirih sebanyak rakyat hadir dan sebagai perekatnya adalah putih telur.

Setelah Wafatnya Raja Tojo Pilewiti karena Latondrong (Latondro) masih terlalu kecil untuk menjadi Raja di Kerajaan Tojo, maka Talamoa kembali Ke Kerajaan Bone untuk mencari lagi seorang raja karena Talamoa tidak mau menjadi Raja di Kerajaan Tojo, dan menurut Cerita Rakyat (Laolita, Laolitani) Bare'e yang beredar bahwa sambil menunggu Raja yang dipilih oleh Kerajaan Bone yaitu La Bunue, maka Raja Tojo yang dipilih Talamoa adalah Payulemba yang merupakan putra terbaik dari Suku Bare'e saat itu, Payulemba yang merupakan Suku Bare'e terpandang yang memiliki semua darah keturunan dari empat wilayah Bare'e[4] yaitu To Lage, To Tora'u), To Lalaeyo Onda'e (Nde'e), dan To Ampana-Bongka adalah Raja yang diangkat hanya untuk mengisi kekosongan pemerintahan di Tojo sambil menunggu Raja yang dipilih oleh Kerajaan Bone yaitu La Bunue yang berjuluk Wartabone, karena Latondrong anak dari Pilewiti masih terlalu kecil untuk menjadi Raja di Kerajaan Tojo. Payulemba memerintah di Kerajaan Tojo sampai tahun 1794, Payulemba yang keturunannya kemudian akan melahirkan Raja Tojo Kolomboy ayah dari Tandjumbulu, dan setelah Payulemba maka kemudian Anak dari Pilewiti yaitu Latondrong (Latondro) menjadi Raja Tojo dari tahun 1795 sampai tahun 1815.[5]

Raja Bone ke-23 La Tenri Tappu To Appaliweng (1775-1812) merekam kedatangan La bunue atau La Iborahima yang kemudian dikenal bergelar Wartabone. Penguasa Suwawa (Gorontalo) ini berlayar menuju tanah leluhurnya di Bone (Sulawesi Selatan). Hal ini tercatat dalam lontaraq/sureq bilang puatta tahun 1871 yg tersimpan di perpustakaan Inggris dengan kode ADD-12354/12356. Setelah bermukim sekian lama di Kerajaan Bone, La Bunue lalu kembali ke Sulawesi Tengah dengan bekal surat legitimasi dari Raja Bone, tetapi karena di Kerajaan Tojo sudah memiliki Raja yaitu Remelino yaitu keturunan dari Latondrong anak dari Raja pertama Kerajaan Tojo maka akhirnya Wartabone lebih memilih menetap dan menjadi penguasa Suwawa, di Gorontalo.

Di Bone kemudian La Bunue populer dengan nama gelaran yaitu Wartabone yang artinya “tuan kita dari Bone” atau disebut juga Berita = Warta, dari Bone, yaitu pembawa berita dari Kerajaan Bone untuk Kerajaan Tojo.

Sejarah La bunue atau La iborahima ke Kerajaan Tojo diceritakan yaitu Wartabone tersebut berkunjung ke keluarganya di Kerajaan Tojo yaitu Remelino, la iborahima tidak mendapati Remelino di Kerajaan Tojo dan di Taliboi, Tojo saat itu sedang terjadi Banjir besar, dan ketika di tanya keberadaan Remelino, orang bare'e disana mengatakan bahwa Remelino sedang berada di Pulau Unauna sehingga berangkatlah la bunue atau la iborahima ke Pulau Unauna, tetapi diperjalanan melewati batibati (patipati) yang letaknya sebelum bekas Kerajaan Tompotika (Suku Loinang) dekat balantak dan batibati wilayah To Ampana dan To Wana tersebut disebut juga bokang (bongka), la iborahima mendapati juga ada juga orang yang mengaku raja tojo laki-laki yang bergelar JOU dan memiliki pertalian darah dengan Kerajaan Ternate yang juga keluarga dari Raja dan Bangsawan Kerajaan Tojo, Lalu sampailah La iborahima ke Pulau unauna dan bertemu dengan Raja Tojo yang sah di Unauna yang merupakan Cucu dari raja Tojo pertama yang berjuluk Pilewiti yaitu Remelino, ketika la iborahima menanyakan kenapa sampai Remelino berada di unauna, Remelino menjawab di Tojo sedang terjadi banjir besar sehingga Pusat Kerajaan Tojo untuk sementara pindah ke Pulau Unauna, di Pulau Unauna inilah banyak terjadi pernikahan antara Suku Bare'e dan Suku Bajo, dan setelah dari Kerajaan Tojo, La iborahima pergi berkunjung kerajaan Banggai melalui Salakan, dan juga ke Teluk Palu, untuk kemudian kembali ke Kerajaan Bone untuk melaporkan bahwa di Kerajaan Tojo sudah memiliki seorang Raja Perempuan (pangkat;Mokole Wea) yang wilayahnya Kerajaan Tojo meliputi Sausu, Tojo, batibati, dan Pulau Unauna. Dan kemudian dari Kerajaan Bone La Bunue memilih untuk menetap di Suwawa,Gorontalo dan menjadi penguasa Gorontalo.

Karena membawa Lontara dari Kerajaan Bone maka La Bunue atau disebut juga La iboerahima dan  populer dengan nama gelaran yaitu Wartabone yang artinya “pembawa surat dari Bone”. Surat Raja Bone tersebut yang terdiri dari 10 baris yang ditulis pada hari Jum’at 6 Zulqaidah tahun 1220 Hijriah atau setara 1806 Masehi.

Isi Lontara

sunting

Surat Raja Bone tersebut yang terdiri dari 10 baris yang ditulis pada hari Jum’at 6 Zulqaidah tahun 1220 Hijriah atau setara 1806 Masehi dengan salinan alih-aksara ke latin dan terjemahannya adalah sebagai berikut ini.

Lontara asli untuk la bunue yang berjuluk wartabone ada disimpan di bolano, lambunu, kab. parigi moutong :

“Uwéréngngi ca’ La Bunué mukka’ uturunana nréwe’ ri wanuanna/ Napogau’i Ade’Abiasanna/ ri tanaé ri Boné/ Narékkuwa engka gau’ nasaléwe’/ nangkanaé Ca’ku-Appatenning/ aja’ nari bawampawang rialempurenna/ nigi nigi bawampawangi tanaé tu ri Boné nagau’ bawang/ Narékkuwa maggéngké mupi / Nréwe’ ri wanuwanna La Bunué/ Saba’ élona Surona Boné paréwe’i/ Iyanatu mapping monroéri Tojo/ Enrengngé ri Yampana / Kuwaé topa ri Bokang/ Uélorang/ silaongngi/ Enrengngé/ messeriwi/ Namukka?passurona Boné/Silaong Arumpone/Nariuki sure’ éwé ri essona JUMAT é/ ri seppulona enneng ompona/ uleng Zulkaiddah/ ri 1220 hijerana SALLALLAHU ALIHI WASALLAM na taung Ha/ Naiya Mukiéngngi sure’éwé/ Passisié Arung Pasémpe’/ La Pakkanynyarang/ Namukka’ passurona”

(Saya memberi surat bercap pada La Bunué manakala Saya merestuinya pulang ke negerinya untuk menjalankan adat kebiasaannya di Tanah Bone/ Apabila ada perkara yang dihadapinya, maka Capku inilah yang dipegang agar dia tidak disanggah atas kejujurannya/ Barang siapa yang berbuat semena-mena terhadapnya, maka sama saja Ia menentang Bone/ Dia diberikan kekuasaan atas kembalinya ke negerinya dengan mandat sebagai Suro (utusan) Bone / Dialah yang kekal akan berkuasa raja di Tojo, di Yampana, dan Bokang/ Aku harapkan surat ini mengesahkan bahwa dirinya adalah utusan (Suro) Bone dan mewakili Raja Bone/ Surat ini ditulis pada hari JUMAT tangal 6 Dzulqaidah, tahun 1220 Hijriah Sallahu Alaihi Wasallam tahun Ha/ Adapun yang menulis surat ini adalah Arung Pasempe’ La Pakkanynyarang di atas Daulatku).[6]

Referensi

sunting
  1. ^ Sejarah Lontara Wartabone. [1].
  2. ^ Hubungan Kerajaan Bone dan Kerajaan Tojo. [2].
  3. ^ Nani Wartabone dan Sulawesi Tengah. [3].
  4. ^ SUKU BARE'E (BARE'E-STAMMEN), De Bare'e-Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 1 halaman 119. [4].
  5. ^ Sejarah Kerajaan Tojo : hubungan kerajaan bone dan kerajaan tojo. [5].
  6. ^ Kamus bahasa bare'e terjemahan dari Bare’e-Nederlandsch woordenboek (Brill, 1928), halaman 3. [6].

Pranala luar

sunting