Victoria Díez Bustos de Molina

Victoria Díez Bustos de Molina (11 November 1903 – 12 Agustus 1936) adalah seorang pengajar Katolik Roma yang terbunuh pada masa Perang Saudara Spanyol. Ia merupakan putri tunggal dari pasangan José Díez Moreno dan Victoria Bustos de Molina. José bekerja sebagai seorang juru tulis, sedangkan Molina, ibu rumah tangga. Pada masa kecilnya, Victoria sebenarnya tidak menunjukkan minatnya di bidang pendidikan. Ia mulai belajar membaca dan menulis sejak usia delapan tahun.

Victoria Díez Bustos de Molina

Dalam buku Our Sunday Visitor’s Encyclopedia of Saints, Stephen Bunson menyebut Victoria sebagai anak indigo. Pada usia remaja, Victoria menempuh pendidikan di sekolah seni dan kerajinan di Sevilla. Victoria kemudian kuliah di Universitas Sevilla, dengan spesialisasi bidang pendidikan. Selama kuliah antara tahun 1919-1923, Victoria tak pernah melewatkan kecintaannya kepada anak-anak. Setiap hari, Victoria menawarkan diri mengajar anak-anak tunawisma di Sevilla maupun di paroki-paroki terdekat.

Pendidikan

sunting

Karya sosial tersebut dijalani hingga kemudian bertemu dengan organisasi Teresian di Sevilla tahun 1925. Setahun kemudian, pada 25 April 1926, ia terdaftar sebagai anggota Teresian di bawah asuhan Direktur Teresian Ibu María Josefa Grosso. Sejak pertemuan berkala dengan Ibu Grosso, Victoria mulai mencintai pekerjaannya.

Setelah menetap di Sevilla, kelahiran Sevilla 11 November 1903 ini mulai ditugaskan di Academia Inernado. Kemudian tahun 1927, ia memberi kursus di Sekolah Cheles. Di sekolah kedua ini, ia memperbaiki bangunannya yang telah rusak, mengatur perpustakaan, menanamkan disiplin hidup kepada karyawan-karyawati di sekolah tersebut. Ia juga mulai sebagai ibu bagi gadis-gadis desa yang tinggal di asrama tersebut.

Dalam pelayanannya ini, Victoria sangat memperhatikan pendidikan pedagogis. Ia tidak terlalu memfokuskan pembinaannya pada aspek intelektual semata. Ia lebih menitikberatkan pembinaan akhlak, dengan metode pendampingan berkelanjutan. Pembinaan di sekolah diwujudkan dalam pekerjaan rumah. Di masa ini, Victoria selalu menjalin relasi baik dengan Ibu María Josefa Segovia Morón pendiri Kongregasi Theresian.

Pada 13 Juni 1928, Victoria ditugaskan sebagai pendidik di Hornachuelos. Jabatan ini adalah sebuah pelayanan istimewa bagi kelompok Theresian. Tidak semua orang dapat bertugas dengan baik di Hornachuelos, Córdoba. Tetapi, Victoria tidak menolak ditempatkan di situ.

Ibu María menulis, seseorang yang mendapatkan pelayanan di Hornachuelos tidak menjadikannya “ratu” Theresian. Sebaliknya, ada tanggungjawab besar menantinya. Di tempat “angker” tersebut, Victoria menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Ia berkatekese dengan caranya yang menyentuk nulari anak-anak. Kolaborasi dengan menampilkan cerita-cerita kehidupan menjadi isi materi ajarnya. Tak lupa pesan-pesan pertobatan menjadi semangat yang terus disampaikan di akhir pelajarannya.

Akhir hayat

sunting

Pada malam, 11 Agustus 1936, ketika sedang mengajar, dua pria bersenjata memasuki ruangannya. Tentara Spanyol itu memaksa Victoria mengikuti mereka agar bisa bersaksi tentang karya pelayanan yang dijalaninya. Pada pukul dua pagi, Victoria ditahan bersama tujuh belas orang lain termasuk ada Kepala Paroki Hornachuelos, Pastor Antonius Molina.

Mereka ditahan dan dipaksa menanggalkan iman mereka. Tetapi, Victoria mendesak dan berkata, “silakan ambil hati saya. Saya ingin melihat surga yang terbuka”. Meskipun ada upaya dari keluarga untuk menyelamatkannya, tetapi hasilnya nihil. Pastor Molina ditembak saat fajar menyingsing, sementara Victoria ditembak pada pukul tujuh pagi. Ia ditembak paling terakhir untuk menyaksikan teman-temannya meninggal.

Jazadnya dikuburkan oleh umat Katolik setempat. Selama kurang lebih 30 tahun, jazadnya lalu dipindahkan ke Rumah Induk Teresian di Cordoba. Proses beatifikasinya dibuka pada 11 Desember 1965 oleh Keuskupan Agung Sevilla, bertepatan dengan peristiwa pemindahan jazadnya. Postulator saat itu adalah Pemimpin Umum Teresian Ibu Teodora Zamalloa. Ia dibeatifikasi pada 10 Oktober 1993 oleh Paus Yohanes Paulus II.

Saat ini proses kanonisasi sedang berlangsung dari Keuskupan Agung Sevilla dengan promotor Paroki Hornachuelos. Ia menjadi pelindung anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental, termasuk anak-anak idigo.[1]

Referensi

sunting