Uru

sejenis perahu dari Kerala, India

Uru, atau "Perahu Tambun", adalah nama umum bagi kapal-kapal kayu semacam Dau berukuran besar yang dibuat oleh kaum Brahmana Wiswakarma di Beypur, sebuah desa di sebelah selatan Kozhikode, Kerala, pesisir barat daya India.

Uru, sejenis perahu rancangan kuno
Bum ini mula-mula dibuat di Beypur, Kerala, India

Perahu semacam ini telah digunakan oleh orang-orang Arab sejak dahulu kala sebagai sarana angkutan niaga, bahkan kini Uru masih dibuat di Beypur untuk diekspor ke negara-negara Arab. Perahu-perahu ini lazimnya terbuat dari beberapa jenis kayu, terutama Jati. Pada masa lampau, kayu jati didatangkan dari hutan-hutan Nilambur, tetapi kini diimpor dari Malaysia. Dua galangan pembuatan Uru masih dapat dijumpai di dekat pelabuhan kota Beypur.[1]

Sejarah

sunting

Seni pembuatan Uru di Beypur, yang terletak di pesisir utara Kerala, sudah sama tuanya dengan perniagaan bahari antara India dan Mesopotamia. Uru, perahu kayu semacam Dau yang disebut-sebut sebagai hasta karya terbesar di dunia ini, adalah mata rantai yang menghubungkan Beypur, sebuah kota kecil yang tenang di pinggiran Distrik Kozhikode, dengan masa-masa kejayaan perdagangan rempah-rempah. Bunyi perkakas tukang kayu dari galangan-galangan pembuatan Uru dan gubuk-gubuk sederhana di sekitarnya terdengar bertalu-talu menyambut kedatangan para pengunjung ke pulau-pulau kecil di Sungai Chaliyar yang telah berjasa melestarikan tradisi kriya yang unik ini selama lebih dari satu milenium. Bunyi perkakas serta tradisi pembuatan Uru, yang menjadi ciri khas daerah ini, telah sanggup bertahan hidup di tengah gempuran zaman modern.[2]

Pengerjaan

sunting

Sebagai seni pusaka turun-temurun, pembuatan Uru adalah suatu praktik yang tidak terdokumentasi. Tidak ada gambar rancangan, sketsa, gambar, maupun cetak biru yang dijadikan acuan oleh para perajin. Seluruh proses pengerjaan, mulai dari tahap konsep sampai dengan perampungannya, tersimpan rapat-rapat di dalam benak kepala tukang atau kepala galangan, yang memberi petunjuk kerja kepada para pembantunya dari hari ke hari, agar rahasia teknologi pembuatannya tidak sampai bocor. History Channel menyiarkan sebuah film dokumenter mengenai pembuatan Uru pada 6 Maret 2017[3]

Yang cukup mengejutkan adalah tingginya efektivitas teknik pengerjaan lambung perahu yang telah teruji oleh waktu, dan yang semata-mata dicapai melalui penggunaan perkakas tukang kayu pribumi. Kayu yang disatukan membuat lunas perahu menjadi tahan air. Hal ini membuat Uru menjadi sebuah keajaiban di bidang hasta karya. Lambung dan rangka perahu dikerjakan di galangan, sementara pemasangan mesin dan tambahan-tambahan lainnya dikerjakan di tempat lain. Setelah rampung dikerjakan, Uru pun diluncurkan ke sungai oleh para Mappila-Khalasi (dari kata Arab, Khalasi, yang berarti buruh galangan, kelasi, atau anak buah kapal) dengan semacam mekanisme kerek yang sudah berabad-abad digunakan untuk menggelincirkan perahu di atas sebaris kayu gelondongan sampai mengapung di air.

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting

Pranala luar

sunting