Tuk Si Bedug adalah sumber mata air yang terletak tidak jauh dari Desa Wisata Grogol (Dewa Grogol) Seyegan Sleman, jaraknya sekitar satu kilometer selatan Kantor Kecamatan Seyegan. Tepatnya berada di Dusun Mranggen, Margodadi, Seyegan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Tuk merupakan sebutan sumber air yang oleh masyarakat Seyegan diyakini tidak pernah mengalami kekeringan meskipun musim kemarau panjang. Masyarakat Seyegan percaya bahwa Tuk itulah yang telah memberikan berkah kehidupan bagi warga Seyegan. Karena,dari Tuk Si Bedug-lah mereka dapat mengairi sawah dan ladang tempat mereka becocok tanam.

Sejarah sunting

Konon,sebutan Tuk Si Bedug berawal dari kisah perjalanan Sunan Kalijaga, seorang tokoh agama Islam. Sunan Kalijaga merupakan satu di antara Sembilan Sunan lain yang diberi amanah untuk menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Dalam perjalanan menyebarkan ajaran Islam, Sunan Kalijaga berhenti di sebuah pohon berukuran besar di desa Seyegan. Saat itu merupakan hari Jum’at Pahing dalam kalender Jawa. Sesuai dengan ajaran Islam, setiap hari Jum’at tiba, umat muslim lelaki khususnya termasuk Sunan Kalijaga diwajibkan untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’at.

Namun, ketika Sunan ingin mengambil air wudhu, Sunan tidak menemukan air setitik-pun. Dengan memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Sunan Kalijaga kemudian menancapkan tongkatnya ke tanah dan tak lama kemudian, sumber mata air langsung keluar dari tanah yang semula tandus. Sumber mata air itulah yang kemudian dikenal dengan nama Tuk Si Bedug dan sebagai wujud penghormatan masyarakat Seyegan terhadap Sunan Kalijaga, tradisi Tuk Si Bedug dilaksanakan.

Pelaksanaan tradisi sunting

Tradisi Tuk Si Bedug dilaksanakan setiap bulan Jumadil Akhir,[1] hari Jumat Pahing pada penanggalan tahun Jawa. Tradisi ini tidak lepas dari ‘ubo rampe’ atau syarat yang harus ada, yakni gunungan. Gunungan yang ada tak jauh berbeda dengan gunungan di tempat lain. Di mana berbagai hasil bumi dibuat sebuah gunung untuk kemudian di doakan dan dibagikan kembali kepada masyarakat yang hadir.

Prosesi Tuk Si Bedug dimulai dengan doa bersama kemudian membawa gunungan tersebut ke lokasi Tuk Si Bedug. Tak lupa sesepuh adat akan mengambil air dari mata air Tuk Si Bedug menggunakan periuk kemudian di bawa ke Balai Desa Margodadi yang letaknya dekat dengan Tuk Si Bedug.

Total kegiatan efektif dari ritual ini selama 3 hari dengan puncaknya berupa gunungan. Selama pesta adat akan banyak digelar aneka hiburan berupa kesenian tradisional semisal Jathilan, wayang orang atau wayang kulit. Tak lupa di gelar pembacaan sholawat untuk mengenal kembali ajaran Nabi Muhammad SAW.

Dengan bekerjasama dengan pemerintah desa setempat dan pemerintah Kabupaten Sleman, Tradisi Tuk Si Bedug ini berkembang menjadi objek wisata religi.

Referensi sunting