Triklabendazol

senyawa kimia

Triklabendazol (triclabendazole) adalah obat dari kelompok benzimidazol yang digunakan untuk mengobati fascioliasis (infeksi cacing Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica) dan paragonimiasis (infeksi cacing Paragonimus).[1] Triklabendazol termasuk dalam daftar obat esensial Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1977.[2]

Triklabendazol
Nama sistematis (IUPAC)
5-Chloro-6-(2,3-dichlorophenoxy)-2-(methylthio)-1H-benzimidazole
Data klinis
Nama dagang Fasinex, Egaten, dan lainnya (di Amerika Serikat)
MedlinePlus a619048
Kat. kehamilan Kategori N (FDA)
Status hukum Obat resep
Rute Melalui mulut (oral)
Data farmakokinetik
Metabolisme Teroksidasi menjadi sulfone dan metabolit sulfoksida
Waktu paruh 22–24 jam
Ekskresi feses (>95%), urin (2%), ASI (<1%)
Pengenal
Nomor CAS 68786-66-3 N
Kode ATC P02BX04 QP52AC01
PubChem CID 50248
ChemSpider 45565 YaY
UNII 4784C8E03O YaY
KEGG D07364 N
ChEMBL CHEMBL1086440 YaY
Data kimia
Rumus C14H9Cl3N2OS 
SMILES eMolecules & PubChem
  • InChI=1S/C14H9Cl3N2OS/c1-21-14-18-9-5-8(16)12(6-10(9)19-14)20-11-4-2-3-7(15)13(11)17/h2-6H,1H3,(H,18,19) YaY
    Key:NQPDXQQQCQDHHW-UHFFFAOYSA-N YaY

Data fisik
Titik lebur 175–176 °C (347–349 °F)

Efek samping dari obat ini umumnya sedikit, tetapi dapat mencakup sakit perut dan sakit kepala.[1] Selain itu, efek samping kolik bilier (biliary colic) dapat terjadi karena cacing yang mati.[3] Meskipun tidak ada bahaya yang dilaporkan pada penggunaan selama kehamilan dan masa menyusui, belum ada penelitian mendalam mengenai efek samping triklabendazol pada ibu hamil dan menyusui.[3][4]

Struktur Kimia sunting

Obat ini merupakan anggota dari keluarga obat cacing benzimidazol. Obat-obatan benzimidazol memiliki struktur molekul yang mirip satu sama lain, kecuali triklabendazol yang memiliki cincin benzena terklorinasi tetapi tidak memiliki gugus karbamat.[5] Benzimidazol seperti triklabendazol dapat berikatan dengan beta-tubulin sehingga mencegah polimerisasi mikrotubulus pada sel.[6]

Mekanisme kerja sunting

Mekanisme kerja obat ini pada spesies Fasciola belum sepenuhnya dipahami saat ini.[7] Penelitian in vitro dan penelitian in vivo pada hewan menunjukkan bahwa triklabendazol dan metabolit aktifnya (sulfoksida dan sulfon) diserap oleh lapisan luar tubuh cacing (baik yang belum dewasa maupun yang sudah dewasa), menyebabkan penurunan potensial membran istirahat (resting membrane potential), penghambatan fungsi tubulin serta penghambatan sintesis protein yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.[8] Gangguan metabolisme ini menyebabkan penghambatan motilitas, gangguan pada permukaan luar cacing, serta penghambatan spermatogenesis dan oogenesis.[7][8]

Efek samping sunting

Triklobendazol, sebuah obat antiparasit, dapat menyebabkan beberapa efek samping pada penggunanya. Efek samping yang lebih umum termasuk pusing atau kepala terasa ringan, perasaan seolah-olah diri atau lingkungan bergerak konstan, dan sensasi berputar. Sedangkan efek samping yang kurang umum dan lebih parah meliputi nyeri punggung, nyeri dada, rasa tidak nyaman atau sesak, batuk, kesulitan bernapas, demam, mual, sakit perut kanan atas atau sakit perut, muntah, dan perubahan warna kulit atau mata menjadi kuning.[4][9]

Interaksi obat sunting

Mengonsumsi triklabendazol bersama obat siponimod, amiodarone, efavirenz, quinidine, atau bepridil dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan irama jantung yang bisa berakibat fatal.[4]

Referensi sunting

  1. ^ a b World Health Organization; Stuart, Marc C; Kouimtzi, Maria; Hill, Suzanne (2009). "WHO model formulary 2008 / editors: Marc C. Stuart, Maria Kouimtzi, Suzanne R. Hill" (dalam bahasa Inggris): 634. ISBN 9789241547659. 
  2. ^ World Health Organization (1977). The selection of essential drugs: report of a WHO expert committee [meeting held in Geneva from 17 to 21 October 1977]. Geneva: World Health Organization. ISBN 978-92-4-120615-0. 
  3. ^ a b Wolfe MM, Lowe RC (2014). "Benzimidazoles". Pocket Guide to GastrointestinaI Drugs (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. PT173. ISBN 9781118481554. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 December 2016. 
  4. ^ a b c "Triclabendazole". Alodokter. 2021-09-22. Diakses tanggal 2024-03-25. 
  5. ^ PubChem. "Triclabendazole". pubchem.ncbi.nlm.nih.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-25. 
  6. ^ Robinson, M. W.; Trudgett, A.; Hoey, E. M.; Fairweather, I. (2002-03). "Triclabendazole-resistant Fasciola hepatica : β-tubulin and response to in vitro treatment with triclabendazole". Parasitology (dalam bahasa Inggris). 124 (3): 325–338. doi:10.1017/S003118200100124X. ISSN 0031-1820. 
  7. ^ a b "Triclabendazole". go.drugbank.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-25. 
  8. ^ a b Gandhi, Preetam; Schmitt, Esther K; Chen, Chien-Wei; Samantray, Sanjay; Venishetty, Vinay Kumar; Hughes, David (2019-12-01). "Triclabendazole in the treatment of human fascioliasis: a review". Transactions of The Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene (dalam bahasa Inggris). 113 (12): 797–804. doi:10.1093/trstmh/trz093. ISSN 0035-9203. PMC 6906998 . PMID 31638149. 
  9. ^ "Triclabendazole (Oral Route) Side Effects - Mayo Clinic". www.mayoclinic.org. Diakses tanggal 2024-03-25.