Tishiko King adalah aktivis Kulkalag yang berasal dari Pulau Masig yang saat ini tinggal di Melbourne.[1] Dia merupakan direktur kampanye dari Seed Mob.

Tishiko King
KebangsaanAustralia
Pekerjaanclimate activist

Latar belakang dan Pendidikan sunting

King adalah keturunan Pribumi Australia yang tergabung dalam Suku Kulkalag yang tinggal di Pulau Masig, Kepulauan Torres.[1] Kulkalag merupakan suku Pribumi Australia yang tinggal di pulau-pulau yang berada di tengah kepulauan Torres.[2]Kulkalaig terbagi ke orang-orang yang tinggal di tiga pulau, yaitu Pulau Masig, Nagir dan Tud.[3]

Sejak muda, King tdak tinggal lagi di Pulau Masig dengan bersekolah di sekolah asrama.[4]

Aktivisme sunting

Ketertarikannya terhadap lingkungan bermula saat dia bekerja di Sanggraloka Tangalooma di Pulau Moreton dengan menyelam dan melakukan kegiatan relawan di area tempat memberika makan lumba -lumba.[4] Ketertarikan ini semakin meningkat setelah pada tahun 2009, Siklon Hamish menyerang Australia yang juga menyebabkan MV Pacific Mariner menumpahkan 230 ton minual, 30 ton bahan bakar lain dan 31 kapal pengangkut yang membawa 620 ton amonium nitrat tumpah ke Laut Karang yang terdampar di Sunshine Coast, Teluk Moreton, Pulau Bribie dan Pulau Moreton. King menjadi sukarelawan dari kru pembersih peristiwa ini.[4]

Setelah dua puluh tahun tinggal di luar Pulau Masig, King pulang ke kampung halamannya dan menemukan bahwa tempat tersebut terdampak dengan perubahan iklim.[1] Pada musim panas tahun 2020, dia membantu mengambilI tulang nenek moyang yang tercecer akibat gelombang dan erosi yang menyerang pemakaman tersebut.[5] Pada tahun 2021, King menghadiri COP21 sebagai perwakilan dari Seed Mob dan Our Islands Our Home.[6] Pada pelaksanaan acara, King bergabung dalam unjuk rasa Global Day of Action for Climate Justice.[7] Setelah acara berlangsung, dia menulis artikel untuk The Guardian yang berisi kritiknya terhadap acara COP 26 yang dia nilai gagal karena tidak mengikut sertakan diskusi dari orang pribumi.[8]

Referensi sunting

  1. ^ a b c Chung, Laura (30 Oktober 2021). "When Tishiko went home, she found exposed burial sites and empty fishing grounds. Now she's going to Glasgow" (dalam bahasa Inggris). The Sydney Morning Herald. Diakses tanggal 20 April 2022. 
  2. ^ Shnukal, Anna (1985). "THE SPREAD OF TORRES STRAIT CREOLE TO THE CENTRAL ISLANDS OF TORRES STRAIT". Aboriginal History. 9 (1/2): 220–234. ISSN 0314-8769. 
  3. ^ Ray, Sidney Herbert; Haddon, Alfred Cort (1893). A Study of the Languages of Torres Straits, with Vocabularies and Grammatical Notes: (Part I.) (dalam bahasa Inggris). printed at the University Press, by Ponsonby and Weldrick, Printers to the Academy. hlm. 464. 
  4. ^ a b c "Tishiko King, Seed Mob". GROUNDSWELL (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-21. 
  5. ^ "COP26 is over. But the fight for climate justice remains. - Patagonia Australia". Patagonia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-21. 
  6. ^ Adams, Mietta (14 November 2021). "Climate inaction exposes Australia's sense of identity as myth". Currie (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 21 April 2022. 
  7. ^ Jacobs, MIchael (9 November 2021). ""System change, not climate change!" • Michael Jacobs". Inside Story (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 21 April 2022. 
  8. ^ King, Tishiko (15 November 2021). "Empty words, no action: Cop26 has failed First Nations people | Tishiko King". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 21 April 2022.