Tiang gantungan adalah sebuah kerangka, biasanya dibuat dari kayu, yang digunakan untuk melaksanakan hukuman mati dengan menggantung si terpidana.

Tiang-tiang gantungan di Taman Sejarah Negara di Gedung Pengadilan Tombstone yang dikelola oleh Taman Negara Bagian Arizona.
Tiang gantungan bersejarah dekat Visby, Gotland, Swedia

Bentuk tiang gantungan bermacam-macam. Yang paling sederhana (yang sering kali digunakan dalam permainan "Hangman" mirip dengan huruf "L" terbalik, dengan sebuah tiang tegak lurus dan satu lagi balok horisontal yang dipasangi jerat tali. Dalam rancangan lainnya, balok horisontalnya ditopang pada kedua ujungnya. Tiang gantungan yang terkenal di Tyburn berbentuk segitiga, dengan tiga balok lurus dan tiga balok menyilang, yang memungkinkan pelaksanaan hukuman mati atas 24 kriminal secara bersamaan pada ketiga sisinya.

Tiang gantungan dapat dibuat secara permanen, sebagai sebuah lambang penangkal yang mengerikan tentang kekuasaan pengadilan tinggi. (Dalam bahasa Prancis, kata yang digunakan untuk tiang gantungan adalah potence, yang berasal dari kata bahasa Latin, potentia, yang berarti "kekuasaan").

Banyak gambar kota-kota di Britania dan Eropa pada masa lampau memperlihatkan tiang gantungan yang permanen seperti ini yang dibangun di sebuah bukit yang menjulang di luar tembok kota, atau yang lebih lazim lagi dekat kastil atau pusat pengadilan lainnya. Pada masa modern, tiang gantungan sering kali ditempatkan di dalam penjara.

Tiang gantungan dapat pula bersifat sementara. Dalam kasus-kasus tertentu, tiang gantungan dapat dipindahkan ke lokasi kejahatan. Misalnya, bila kejahatannya dilakukan di dalam sebuah gedung, si penjahat dapat digantung dekat pintu depan. Dalam kasus penjahat kambuhan, adakalanya beberapa tiang gantungan dibangun, bahkan dengan satu jerat untuk setiap kejahatan yang dituduhkan setelah proses peradilan.

Pada tiang-tiang gantungan pada masa lampau kadang-kadang menggunakan jerat di leher si terpidana, sementara ia berdiri di atas tangga atau di sebuah kereta yang ditarik kuda di bawahnya. Bila tangga itu diangkat atau kereta itu ditarik, si terpidana akan tergantung tercekik pada lehernya. Belakangan digunakan pula tiang gantungan dengan lantai yang dapat terbuka, sehingga si terpidana akan jatuh dan segera mati karena patah lehernya, dan bukan karena tercekik, khususnya bila pergelangan kaki mereka juga diberi beban pemberat.

Pranala luar

sunting