Tatanan riil atau yang Riil (Inggris: The Real) adalah sesuatu yang autentik, atau suatu kebenaran azali. Hal ini juga disebut sebagai yang primordial atau dimensi pengalaman eksternal; dengan pengalaman akan yang tak terbatas, mutlak atau noumena, sebagai lawan dari realitas atas persepsi material yang berdasar pancaindra. yang Riil sering kali dianggap sebagai yang tak tereduksi dalam tatanan simbolik. Namun dalam pengalaman hidup, fenomena akan yang Riil ini selalu hadir memberi isyarat dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pengalaman akan yang sublim.[1]

Tatanan riil dalam psikoanalisis sunting

Jacques Lacan sunting

Bagi Lacan, tatanan riil tidak hanya bertentangan dengan tatanan imajiner, tetapi juga berada di luar tatanan simbolik. Berbeda dengan tatanan simbolik, yang dibentuk dalam pertentangan antara "kehadiran" dan "kehilangan", maka pada tatanan ini tidak ada ketiadaan.[1] Sebagaimana Freud, pada fase sebelum kompleks Oedipus, Lacan juga berpendapat bahwa bayi merupakan "gumpalan" yang menyatu dengan ibunya; di mana tak ada perbedaan antara diri dan ibunya, atau antara bayi dengan siapa pun. Dengan kata lain, yang ada hanyalah kebutuhan dan "benda-benda" yang memuaskan kebutuhan tersebut. Ketika butuh makanan ia membutuhkan air susu ibu, ketika butuh keamanan ia mendapatkan pelukan hangat ibunya. Pada tatanan ini yang ada hanyalah kepenuhan dan kelengkapan: tak ada kebutuhan yang tak terpuaskan, tak ada pula ketiadaan, kehilangan, atau kekurangan.[2]

Lacan menggunakan istilah 'tuche', untuk menjelaskan kondisi di mana Subjek masuk ke dalam tatanan riil. Lacan juga memakai istilah automaton, yang diambilnya dari Aristoteles, dalam menjelaskan rantai penanda-penanda. Bagi Lacan tatanan riil ini melampaui automaton.[3] Tatanan riil adalah apa yang digambarkan sebagai yang selalu kembali; dorongan dari tanda-tanda, yang melaluinya kita melihat diri kita dikendalikan oleh prinsip kesenangan. Lacan menjelaskan bahwa tatanan riil ini terletak membentang dari trauma hingga fantasi.[3] Dia juga menyebutkan pertemuan dengan tatanan riil ini terjadi dalam trauma, mendukung fantasi, dan fantasi melindungi tatanan ini. Tatanan riil adalah apa yang mengatur kegiatan kita.[3] Salah satu metode utama psikoanalisis adalah mengurai pengalaman traumatis dari tatanan riil ke dalam tatanan simbolik, melalui asosiasi bebas. Analis mencari diskursus analysand[a] dalam merepresentasikan suara, kata-kata, atau gambar (atau hal kecil dari kenyataan, yang membuktikan bahwa kita tidak sedang bermimpi), melalui percobaan dialektika yang membawa fiksasi ini ke dalam aliran metonimi teratur dari tatanan simbolik pada wilayah tidak-sadar, sehingga Subjek lebih jauh terintegrasi ke dalam fantasi mereka.[1][b]

Slavoj Žižek sunting

Slavoj Žižek cenderung fokus pada tatanan riil sebagai batasan penandaan. Setelah mengikuti struktur triadik tatanan Lacanian, Žižek menekankan bahwa sebenarnya terdapat tiga tatanan dasar yang berada pada yang Riil, yaitu tatanan riil yang Riil, tatanan simbolik yang Riil dan tatanan imajiner yang Riil. Tatanan riil yang Riil adalah sebuah konsep demarkasi yang berfungsi sebagai suatu hal yang mengerikan, atau yang memberikan rasa ngeri dalam film horor (seperti Alien, kepala Medusa, pusaran dan sebagainya). Sedangkan tatanan simbolik yang Riil mengacu pada simbol dan kode anonim (rumus ilmiah, digitalisasi, atau penanda kosong) yang berfungsi sebagai "tekstur" abstrak yang dengannya, atau di luarnya, suatu realitas terbentuk. Dalam film The Matrix misalnya, tatanan simbolik yang Riil diekspresikan pada titik di mana Neo merasakan suatu "realitas" dalam aliran abstrak dari output digital. Di dunia kontemporer, Žižek mencontohkan hal tersebut sebagai kapital; yang mewakili tatanan simbolik yang Riil di zaman kita.[5]

Sedangkan tatanan imajiner yang Riil adalah dimensi fantasmatik yang tak tereksploitasi dan tak tereksplorasi. Misalnya adalah dunia maya sebagai dunia imajiner yang ambigu. Pada awalnya, dunia maya akan tampak benar-benar seperti yang Riil; dengan gambaran sebuah alam semesta yang mengambang bebas dari fantasi yang tak terbatas. Namun, justru melalui dunia maya, kita dapat meng-klik segala sesuatu terlalu jauh dan membawa kita pada beragam hal yang mengerikan, dengan ketakutan dan kecemasan kita yang paling intim.[5] Intinya, yang Riil benar-benar melekat pada kenyataan itu sendiri. Hubungan antara keduanya tidak bersifat spasial namun dimensional, yang terhubung secara timbal balik. Yang Riil adalah sesuatu yang lebih dari realitas itu sendiri. Pada film The Matrix misalnya, pada satu sisi, yang Riil bukanlah realitas yang kita hidupi sehari-hari, tetapi sebuah "fragmen pikiran" yang dapat dihapus dengan mendistorsinya. Distorsi pada realitas selalu dimungkinkan karena distorsi pada dasarnya adalah kenyataan yang tidak pernah identik pada dirinya sendiri. Kepenuhan ontologis tidak pernah dicapai dalam realitas, tetapi orientasi perspektif terhadap apa yang menopang dan melampauinya tetap dipertahankan.[5] Menurut Žižek, Subjek yang kehilangan keutuhannya dalam tatanan imajiner, selamanya berlubang dan menghabiskan hidupnya untuk menambal lubang tersebut lewat pencarian makna dan keutuhan. Kompensasi atas diri yang selalu berkekurangan itu adalah fantasi atau "hasrat menjadi".[6]

Catatan sunting

  1. ^ 'Analysand' adalah kata acuan bagi orang yang sedang menjalani proses psikoanalisis.[4]
  2. ^ Lacan mengatakan bahwa psikoanalisis bukanlah suatu cara pandang absolut (Weltanschauung), juga bukan sebuah filsafat dengan klaimnya sebagai pemegang rahasia semesta. Namun, psikoanalisis dilakukan dengan satu tujuan yang berkaitan dengan makna Subjek. Psikoanalisis merupakan cara baru yang ingin memimpin Subjek kembali kepada penandaannya yang mandiri, melalui kehadiran perkataan yang benar dan kesadaran Subjek akan masa lalu dan masa depan. Tujuan akhir psikoanalisis berupa pemurnian hasrat dengan cara pengenalan dan pemahaman Subjek akan wilayah tidak-sadarnya sendiri, sehingga terjadi integrasi yang sehat.[1]

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b c d Fink, Bruce. (1997). The Lacanian Subject: Between Language and Jouissance. Princeton, N.J.: Princeton University Press. ISBN 0691015899. 
  2. ^ Polimpung, Hizkia Yosie. (2014). Asal-usul Kedaulatan: Telusur Psikogenealogis Atas Hasrat Mikrofasis Bernegara. Depok: Penerbit Kepik. ISBN 9786021426128. 
  3. ^ a b c Lukman, Lisa. (2011). Proses Pembentukan Subjek: Antropologi Jacques Lacan (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Penerbit Kanisisus. ISBN 9789792130317. 
  4. ^ "Nosubject.com". NoSubject (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-25. 
  5. ^ a b c "Slavoj Žižek - Bibliography". www.lacan.com. Diakses tanggal 2017-10-22. 
  6. ^ Adian, Donny Gahral. (2006), "Gaya Hidup, Resistensi, dan Hasrat Menjadi", dalam Adlin, Alfathri, Resistensi Gaya Hidup : Teori dan Realitas, Yogyakarta: Jalasutra, ISBN 979-3684-57-7 

Pranala luar sunting