Tashawwur

Pembahasan dalam Ilmu Mantiq

Tashawwur atau Taṣawwur secara bahasa berarti gambaran atau bayangan. Sedangkan secara istilah adalah gambaran (konsep) yang ada di pikiran terhadap sesuatu tanpa disertai penghukuman benar dan salah. Contohnya ketika kita mendengar kata “buku”, maka terlintas di pikiran kita gambar sebuah buku. Taṣawwur juga bisa dihasilkan dari beberapa suku kata yang tersusun (murakkab), seperti Kacamata Andi (kacamata milik Andi), Lelaki yang Gagah, Rendi putranya pak Rohman dan lain sebagainya selama tidak ada unsur penghukuman.[1]

Yang dimaksud dengan unsur penghukuman ialah misal ketika kita mendengar seseorang berbicara “Rendi itu putranya pak Rohman”, maka dengan hal tersebut kita bisa meng-iya-kan (afirmasi/al-ījāb) atau men-tidak-kan (negasi/as-salb) dengan mengecek fakta di kenyataan apakah proposisi/kalimat itu benar.

Yang Termasuk Dalam Tashawwur sunting

  • Kata Tunggal. Contoh: Ikan, Pohon, Rumah, Slamet (nama orang), dan lain-lain.
  • Murakkab Iḍāfi, adalah susunan kata yang penghubungannya adalah penyandaran. Contoh: Laptop mas Rozak, Adi pedagang nasi goreng, Rumah Budi dan lain sebagainya.
  • Murakkab Tauṣīfi, adalah susunan kata yang penghubungannya adalah penyifatan. Contoh: Lelaki yang gagah, Bos yang kaya, Wanita yang cantik dan lain-lain.
  • Kalimat perintah atau larangan. Contoh: "Belikan Aku minuman yang segar!", “Jangan Buang Sampah Sembarangan!”, “Jangan Menginjak Rumput!” dan lain-lain.[2]

Pembagian Tashawwur sunting

Tashawwur dibagi menjadi dua, yaitu Taṣawwur Ḍarūriy/Badīhi (aksiomatis) dan Taṣawwur Naẓariy (spekulatif).

  • Taṣawwur Ḍarūriy/Badīhi (aksiomatis) adalah taṣawwur yang dalam prosesnya tidak memerlukan proses berpikir lebih lanjut, karena konsepnya sudah diketahui dengan jelas. Contoh ketika ingin ber-taṣawwur dengan kata “buku”, “motor”, “baju” dan lain-lain.
  • Taṣawwur Naẓariy (spekulatif) adalah taṣawwur yang dalam prosesnya membutuhkan proses berpikir lebih lanjut, karena konsepnya sulit untuk ditangkap. Contoh ketika ingin ber-taṣawwur mengenai “hakikat internet”, “wujud asli makhluk ghaib” dan lain-lain.[3]

Kesulitan dalam mewujudkan konsep dalam pikiran kita, terkadang disebabkan kita tidak mengetahui definisi dari konsep tersebut. Mengenai definisi ini nantinya akan dibahas pada bagian Qaul Syarīh atau Ta’rīf.

Referensi sunting

  1. ^ Nuruddin, Muhammad. 2021. Ilmu Mantik. Depok: Keira. hlm. 47. ISBN 978-602-5426-79-7.
  2. ^ Nuruddin, Muhammad. 2021. Ilmu Mantik. Depok: Keira. hlm. 48. ISBN 978-602-5426-79-7.
  3. ^ Nuruddin, Muhammad. 2021. Ilmu Mantik. Depok: Keira. hlm. 49. ISBN 978-602-5426-79-7.