Tari Aer Ulak
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Tari Aer Ulak adalah tarian suku bangsa Taminang yang tinggal di Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Timur. Tarian khas suku Taminang ini adalah bagian dari upacara peramalan dan hanya ditarikan oleh penari pria dalam kelompok tujuh orang. Di dalam tarian ini terdapat seorang Datu (guru) dengan para pengikutnya yang disebut Sida. Berikut gambaran jalannya upacara:
"Datu dengan para sida-nya menyiapkan nyamu (sajian) terdiri atas ramu-ramuan untuk kekuatan gaib yang nantinya diharapkan akan memberikan isyarat atau alamat kepada orang-orang yang melakukan upacara tersebut. Nyamu dibawa ke tengah ruangan rumah untuk diberi asap dupa kemenyan dan dimantrai oleh Datu dan para Sida. Kemudian dengan gerak tari tertentu Datu dan para Sida membawa lancang (tempat saji) ke tepian sungai, kuala atau laut, dan melepaskannya dengan iringan mantra. Bagaimana jalannya lancang tersebut merupakan isyarat akan keberuntungan atau kemalangan yang akan tiba." [1]
Berikut urut-urutan gerak tari Aer Ulak:
- Membawa perasap: Sida menggerakkan perasap (:wadah pembakaran dupa kemenyan) kearah datu untuk dimantrai;
- Ngerajah: Gerak-gerak membaca mantra;
- Nurunkan lancang: Dengan gerak mencak (:pencak) lancang diemput dan dibawa ketepian;
- Menanti firasat: Para penari duduk memusatkan pikiran dengan tenang, seakan-akan menantikan bisikan gaib berupa keberuntungan atau sebaliknya.
Mencak merupakan bagian bentuk tari seni bela diri yang biasanya dipelajari oleh pemuda Taminang yang disebut Pelintau.[2]
Iringan tari ini terdiri atas: biola, gendang dan suara nyanyian. Kostum yang digunakan adalah: baju, celana warna hitam dan tengkuluk (:ikat kepala yang diruncingkan ke atas), Untuk alat-alat yang diperlukan adalah perasap dan lancang.[3]
Catatan kaki
sunting- ^ Ensiklopedi Tari Indonesia. Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1980/1981. hlm. 5.
- ^ Ensiklopedi Tari Indonesia. Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1980/1981. hlm. 5.
- ^ Ensiklopedi Tari Indonesia. Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1980/1981. hlm. 6.