Tanah Kerajaan Banjar


Wilayah terakhir Kesultanan Banjar pada masa Sultan Adam yang telah menyusut dan tidak mempunyai akses ke laut antara tahun 1845-1860 sebelum dibubarkan Hindia Belanda, terletak di sebelah timur sungai Barito dan di sebelah barat pegunungan Meratus sedangkan wilayah sekelilingnya telah diserahkan kepada perusahaan VOC Belanda oleh Sultan Banjar terdahulu.

J.J. Rochussen, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 49. Ia memerintah antara tahun 18451851.

Tanah Kerajaan Banjar adalah wilayah terakhir dan terkecil Kesultanan Banjar pada masa Sultan Adam al-Wâthiq billâh yang luas wilayah kekuasaannya sudah banyak menyusut.

Menurut Sir James Brooke (1846:XX) wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Kanukungan.[1][2][3][4][5][6]

Pada tahun 1845 Hindia Belanda mengangkat Gubernur Borneo di Banjarmasin bernama A.L. Weddik dan ditetapkan batas-batas kesultanan Banjar dengan wilayah Hindia Belanda yaitu mulai tepi antasan Kuin dan sungai Barito sampai di kuala Mengkatip dan dari situ ditarik garis menuju utara-timur laut sampai di gunung Luang, kemudian dari gunung Luang menuju selatan menurut sepanjang pegunungan Meratus sampai Liang Anggang, kemudian dari situ menuju Tambak Linik menuju pertemuan sungai Martapura dan sungai Kuwin.[7]

Dasar Hukum sunting

Batas-batas kerajaan ditetapkan per tanggal 18 Maret 1845 (9 Rabiul awal 1261 Hijriyah). Batas-batas ini ditetapkan dalam AMPLIATIE EN VERKLARING OP HET CONTRACT MET DEN SULTAN VAN BANDJARMASIN tanggal 18 Maret 1845 (Besluit. 1 Mei 1845 La P I. geh.) pada bagian yang tertulis dalam bahasa Melayu berbunyi:[8][9]

Zegel De Commissaris Inspecteur voor Borneo en Lingga.
dtt. A.L. Weddik

De vice President van den Raad Waarnemende Gouverneur Generaal van Nederlandsch Indie.
dtt. J.C. Reynst.

Ter ordonantie van Denselven.
De Algemeene Secretaris
dtt. (W.g.) C. Visscher

Mij bekend
De Adjunct Secretaris van het Gouvernement.
...........

Referensi sunting

  1. ^ Sir Henry Keppel , Sir James Brooke (1846). The expedition to Borneo of H.M.S. Dido for the suppression of piracy: with extracts from the journal of James Brooke, esq., Rajah of Sarāwak (dalam bahasa Inggris). Chapman and Hall. hlm. XX. 
  2. ^ CAPTAIN THE HON. HENRY KEPPEL, R.N (1846). THE EXPEDITION TO BORNEO OF H.M.S. DIDO FOR THE SUPPRESSION PIRACY (dalam bahasa Inggris). Chapman and Hall. hlm. xx. 
  3. ^ Henry KEPPEL (Hon. Sir) (1847). The Expedition to Borneo of H.M.S. Dido for the Suppression Piracy (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2). Chapman and Hall. hlm. 386. 
  4. ^ Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies (dalam bahasa Inggris). Sumatran Mission Press. hlm. 7. 
  5. ^ "Borneo, 1800-1857". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2020-07-01. 
  6. ^ Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge (dalam bahasa Inggris). hlm. 713. 
  7. ^ Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar. 
  8. ^ Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia-Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 249. 
  9. ^ "Arsip Nasional Republik Indonesia". Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dan diplomasi; Penerbitan naskah sumber. Arsip Nasional Republik Indonesia. 2003. hlm. 85. 

Pranala luar sunting