Sungai Pute

sungai di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan


Sungai Pute (Lontara: ᨔᨘᨂᨕᨗ ᨄᨘᨈᨙ ; Bahasa Inggris: Pute River) adalah sebuah sungai yang terletak di wilayah Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.[1] Sungai Pute telah dijadikan sebagai sumber air baku dalam pemenuhan kebutuhan warga di Kecamatan Bontoa. Selain itu, Sungai Pute telah dijadikan sebagai tempat wisata susur sungai yang terintegrasi dengan Wisata Alam Rammang-Rammang. Oleh karena itu, Sungai Pute juga dinamai Sungai Rammang-Rammang.

Sungai Pute
Salo Pute, Sungai Rammang-Rammang
Peta
Peta
Peta
Koordinat:
EtimologiPute dalam Bahasa Bugis artinya putih

Rammang-Rammang dalam Bahasa Makassar artinya kabut yang tebal
Lokasi
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenMaros
KecamatanBontoa
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiTaman Nasional Bantimurung Bulusaraung
 - lokasiLeang-leang, Kabupaten Maros
 - koordinat4°57′51″S 119°41′53″E / 4.9642895°S 119.69799°E / -4.9642895; 119.69799
 - elevasi200 m (660 ft)
Muara sungaiSungai Binanga Sangkara
 - lokasiKecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
 - koordinat4°56′20″S 119°35′05″E / 4.938959°S 119.5847775°E / -4.938959; 119.5847775
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Pute (sub DAS Sangkara)
Luas DAS211 km2 (81 sq mi)
JembatanJembatan Sungai Pute
Informasi lokal
Zona waktuWITA (UTC+8)
Peta
Lokasi muara Salo Pute (M) dan sumbernya (S)

Karst Rammang–Rammang merupakan bagian dari gugusan Karst Maros–Pangkep yang terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Karst Rammang-Rammang berjarak sekitar 40 km arah utara Kota Makassar. Kawasan ini merupakan kawasan wisata, dan memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang tinggi. Pada kawasan tersebut terdapat aliran Sungai Pute dan bermuara di laut sehingga ketinggian muka airnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut.[2]

Geologi

sunting

Daerah aliran sungai (DAS) Pute memiliki luas wilayah 2.111,58 Ha dan didominasi oleh Formasi Tonasa yang terbentuk dari batu gamping (Temt), yakni seluas 1.944,98 Ha (92,11%). Batu gamping tersingkap di sana-sini dalam Formasi Tonasa dan ditemukan pada bagian tengah DAS Pute yang menyebar ke arah selatan. Sedangkan yang paling sedikit adalah endapan alluvium dan pantai yang terbentuk dari kerikil, pasir, lempung, lumpur, dan batu gamping koral. Endapan alluvium ini hanya seluas 166,60 Ha (7,89%) dari seluruh luas DAS Pute.

Kemiringan

sunting

Kemiringan lereng DAS Pute berkisar 0-3% (datar) yang paling mendominasi DAS Pute dengan luasan sekitar 1.071,67 Ha (50,57%). Dan yang memiliki luas wilayah paling sedikit berada pada DAS Pute yang memiliki lereng 3-8% (landai) dengan luasan sekitar 151,26 Ha (7,16%). Berikut ini adalah klasifikasi kemiringan lereng DAS Pute:[2]

No. Kemiringan Lereng (%) Kelas Lereng Luas (Ha) Persentase (%)
1.
0-3%
I (Datar)
1.071,67
50,75
2.
>3-8%
II (Landai)
151,26
7,16
3.
>8-25%
III (Miring)
350,68
16,61
4.
>25-40%
IV (Terjal)
294,24
13,94
5.
>40%
V (Sangat terjal)
243,73
11,54
Jumlah
2.111,58
100

Penggunaan lahan

sunting
 
Areal pertanian Leang-leang di hulu daerah aliran sungai Pute

Penggunaan lahan yang terdapat pada DAS Pute, yaitu semak belukar, sawah, rawa lahan terbuka, hutan, semak belukar (hutan batu), bakau, tambak, dan kebun campuran.[2]

Satuan lahan DAS Pute diperoleh 34 satuan lahan yang mana luasan terbesar pada satuan lahan tersebut terdapat pada satuan lahan tambak dengan luasan 529,45 Ha dan kelas kelerengannya sekitar 0-3% (Datar). Diikuti dengan satuan lahan hutan dengan luasan 277,17 Ha dan berada pada kelerengan sekitar >40% (sangat curam) dengan jenis tanah litosol.[2]

Tingkat bahaya erosi

sunting

Tingkat bahaya erosi di DAS Pute diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Sebagian besar wilayah DAS Pute berada pada tingkat bahaya erosi ringan, yaitu seluas 1.920,20 Ha. Kelas ini terdapat pada 26 satuan lahan. Adapun tingkat bahaya erosi sangat berat terdapat pada 5 satuan lahan dan berat ditemukan pada 1 satuan lahan, tetapi luasnya lebih rendah dibandingkan tingkat bahaya erosi sangat ringan, yaitu 106,47 Ha dan 63,37 Ha. Sedangkan hanya sebagian kecil daerah dengan tingkat bahaya erosi sedang, yaitu 2 satuan lahan dengan luas 21,55 Ha.[2]

Perubahan perilaku erosi yang terjadi pada DAS Pute dapat dilihat dari jumlah laju erosi yang diperoleh pada 34 satuan lahan. Sebagian besar erosi ringan terjadi pada daerah dataran dan jenis vegetasinya berupa tanaman dengan perakaran yang kuat. Erosi sedang terjadi pada satuan lahan sawah dan rawa lahan terbuka. Begitu pun pada tingkat erosi berat yang terjadi pada satuan lahan semak belukar. Dan pada tingkat erosi sangat berat juga terjadi pada satuan lahan semak belukar dan rawa-lahan terbuka.[2]

Wisata

sunting

Sungai Pute merupakan salah satu sungai di Kabupaten Maros yang memiliki panorama alam yang indah, sehingga sangatlah menarik untuk menelusuri alurnya. Pohon bakau dan nipah yang tumbuh di sisi kiri dan kanan sungai sangat sejuk dipandang, apalagi dipercantik dengan adanya singkapan batu kapur yang menyembul dari dasar sungai dan tersebar di sepanjang alur sungai. Sesekali pengunjung dapat menyaksikan satwa-satwa yang endemik seperti kera sulawesi, elang sulawesi, dan berbagai jenis kupu-kupu. Kampung Rammang-Rammang sebagai titik terakhir penelusuran Sungai Pute memiliki keunikan tersendiri karena dikelilingi oleh perbukitan karts yang menyerupai benteng pertahanan. Atraksi menarik lainnya adalah menyaksikan ribuan kelelawar yang keluar dari dalam gua pada petang hari dan kunang-kunang yang beterbangan di sepanjang aliran sungai pada malam hari.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Sungai Pute at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-10
  2. ^ a b c d e f Patandean, A. J., &, Imbarwati, Ririn (2018). "Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Rammang-Rammang dengan Pemodelan Spasial" (PDF). Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF). 14 (1): 98–105. ISSN 2548-6373.