Sumeria

Peradaban Kuno

Sumeria (/ˈsmər/)[note 1] merupakan sebuah peradaban kuno di Mesopotamia selatan, pada masa kini di selatan Irak, selama masa Chalcolithic dan Abad Perunggu Awal. Meskipun spesimen-spesimen terawal di daerah ini tidak lebih jauh dari sekitaran tahun 2500 SM, sejarawan-sejarawan modern berpendapat bahwa Sumer ditinggali secara permanen dari sekitaran tahun 5500 hingga 4000 SM oleh orang orang non Semit yang berkomunikasi menggunakan Bahasa Sumeria (yang menggunakan nama kota-kota, sungai-sungai, pekerjaan, dsb. sebagai bukti [1][2][3][4] Orang orang prasejarah yang penuh dugaan tersebut dewasa ini disebut sebagai "orang proto-Efrat" atau "Orang Ubaid",[5] yang diduga berevolusi dari kebudayaan Samarra dari Mesopotamia Utara (Assyria).[6][7][8][9] Orang-orang Ubaid ini (meskipun tidak pernah disebut oleh orang Sumeria sendiri) menurut asumsi cendekiawan modern adalah peradaban yang kokoh perdana di daerah Sumer, mengeringkan rawa-rawa untuk keperluan bercocok tanam, mengembangkan perdagangan, dan membangun industri, termasuk diantaranya tenunan, kerajinan kulit, besi, pertukangan batu dan kerajinan tembikar.[5]

Sumeria
(ca 4500–2900 SM)
Sumeria di Near East
Sumer
Sumer

Lokasi umum di peta modern, dan kota-kota utama Sumeria dengan garis pantai kuno. Garis pantai hampir mencapai Ur di zaman kuno.
Jangkauan
geografis
Mesopotamia, Timur Dekat, Timur Tengah
PeriodeNeolitik Akhir, Zaman Perunggu Tengah
Tanggalca 4500–ca 2900 SM
Didahului olehPeriode Ubaid
Diikuti olehKekaisaran Akkadia

Secara harfiah, berarti "tanah dari petuanan (lokal, bangsawan) asli". Stiebing (1994) mengartikannya sebagai "Tanah dari Petuanan Cahaya".[10] Postgate (1994) menganggap en sebagai pengganti "bahasa" eme, yang menjadi "tanah di jantung Sumeria".(John Nicholas Postgate (1994). Early Mesopotamia: Society and Economy at the Dawn of History. Routledge (UK). .

Meskipun begitu, beberapa peneliti menyangsikan ide mengenai sebuah bahasa Proto-Efrat atau satu subtrata bahasa. Mereka berpendapat, bahwa bahasa Sumeria awalnya merupakan bahasa para pemburu dan nelayan, yang hidup di rawa-rawa dan kawasan pantai Arabia Timur, yang merupakan bagian dari kebudayaan bifasial Arabia.[11] Bukti-bukti sejarah yang lebih bisa diandalkan muncul jauh setelah masa ini; tidak ada satupun penanggalan di daerah Sumer sebelum masa Enmebaragesi (c. Abad ke-26 SM). Profesor Juris Zarins meyakini bahwa bangsa Sumeria menetap di sekitar pantai Arabia Timur, yang merupakan Teluk Persia pada masa kini, sebelum tergenang pada akhir Zaman Es.[12]

Mereka telah mengenal bercocok tanam dan sudah memiliki sistem pengairan. Bangunan-bangunan mereka dibuat dari lumpur. Mereka menganut agama politheisme.

Bangsa Sumeria merupakan bangsa yang pertamakali mendiami kawasan Mesopotamia, sehingga bangsa Sumeria pantas disebut sebagai penduduk asli Mesopotamia. Bangsa Sumeria datang dari wilayah Asia Kecil sekitar tahun 3.500 tahun SM. Pada awalnya, bangsa Sumeria mengolah lahan pertanian yang subur sebagai mata pencahariannya. Lama kelamaan, bangsa Sumeria dapat membangun sistem pengairan untuk menanggulangi banjir dan menyalurkan air ke lahan-lahan pertanian, seperti sistem irigasi dan kanal. Dengan hasil pertanian yang melimpah, bangsa Sumeria sekitar tahun 3.000 tahun SM membangun 12 kota-kota besar, di antaranya kota Ur, Uruk, Lagash, dan Nippur.

Pada awalnya, kota-kota tersebut merupakan kota-kota yang berdiri sendiri, sehingga disebut negara kota. Kemudian terjadilah peperangan di antara kota-kota tersebut dan yang kalah akan menjadi bawahan kota yang menang yang lama kelamaan memunculkan sistem pemerintahan kerajaan. Bangsa Sumeria mencapai mansa kejayaannya saat dipimpin oleh Raja Ur-Nammu. Namun, sekitar tahun 2.300 SM, bangsa Sumeria dapat ditaklukkan oleh bangsa Akkadia di bawah pimpinan Raja Sargon.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Ancient Mesopotamia. Teaching materials". Oriental Institute in collaboration with Chicago Web Docent and eCUIP, The Digital Library. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-05. Diakses tanggal 5 March 2015. 
  2. ^ "The Ubaid Period (5500–4000 B.C.)" In Heilbrunn Timeline of Art History. Department of Ancient Near Eastern Art. The Metropolitan Museum of Art, New York (October 2003)
  3. ^ "Ubaid Culture", The British Museum
  4. ^ ""Beyond the Ubaid", (Carter, Rober A. and Graham, Philip, eds.), University of Durham, April 2006" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-03-21. Diakses tanggal 2015-07-23. 
  5. ^ a b "Sumer (ancient region, Iraq)". Britannica Online Encyclopedia. Britannica.com. Diakses tanggal 2012-03-29. 
  6. ^ Kleniewski, Nancy; Thomas, Alexander R (2010-03-26). "Cities, Change, and Conflict: A Political Economy of Urban Life". ISBN 978-0-495-81222-7. 
  7. ^ Maisels, Charles Keith (1993). "The Near East: Archaeology in the "Cradle of Civilization"". ISBN 978-0-415-04742-5. 
  8. ^ Maisels, Charles Keith (2001). "Early Civilizations of the Old World: The Formative Histories of Egypt, the Levant, Mesopotamia, India and China". ISBN 978-0-415-10976-5. 
  9. ^ Shaw, Ian; Jameson, Robert (2002). "A dictionary of archaeology". ISBN 978-0-631-23583-5. 
  10. ^ (William Stiebing, Ancient Near Eastern History and Culture).
  11. ^ Margarethe Uepermann (2007), "Structuring the Late Stone Age of Southeastern Arabia" (Arabian Archaeology and Epigraphy Arabian Archaeology and Epigraphy Volume 3, Issue 2, pages 65–109)
  12. ^ Hamblin, Dora Jane (May 1987). "Has the Garden of Eden been located at last?" (PDF). Smithsonian Magazine. 18 (2). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-01-09. Diakses tanggal 8 January 2014. 

Catatan

sunting
  1. ^ Nama ini berasal dari Bahasa Akkadia kuno Šumeru; Bahasa Sumeria 𒆠𒂗𒂠 ki-en-ĝir15, artinya kira-kira "tanah raja-raja beradab" atau "tanah leluhur".ĝir15 artinya "asal, lokal", dalam konteks tertentu berarti "bangsawan" (ĝir NATIVE (7x: Old Babylonian) from The Pennsylvania Sumerian Dictionary). Postgate mempercayai bahwa kata eme, 'lidah' menjadi 'tuan', melalui asimilasi konsonantal.)

Pranala luar

sunting