Suku adalah tanda vokalisasi yang melambangkan vokal /u/ pada aksara Jawa dan Bali. Dalam aksara Jawa, ia termasuk sandhangan suara (kelompok tanda vokalisasi), sedangkan dalam aksara Bali termasuk pangangge suara, identik dengan sandhangan suara. Karena merupakan sandhangan/pangangge, suku tidak dapat berdiri sendiri, karena hanya berupa tanda saja, bukan aksara tersendiri. Suku melekati huruf konsonan.

Suku
Aksara JawaAksara Bali
Fonem[u]
UnicodeU+A9B8 (Aksara Jawa), U+1B38 (Aksara Bali) , U+
Letak penulisandi bawah aksara yang dilekatinya

Bentuk sunting

Perbedaan antara suku dalam aksara Jawa dengan suku dalam aksara Bali adalah variasi cara penulisan. Suku dalam aksara Jawa dibuat lebih panjang dan runcing sedangkan suku dalam aksara Bali dibuat lebih pendek dan tumpul.

Aksara Jawa Aksara Bali
Suku Suku mendut/
dirga mendut
Suku Suku ilut/
suku kered
 
 
 
 

Fungsi dan penggunaan sunting

Dalam aksara Jawa dan Bali, suku memiliki fungsi yang sama, yaitu memberi vokal /u/ pada huruf konsonan. Suku ditulis di bawah huruf konsonan. Suku juga boleh ditulis di bawah pasangan/gantungan aksara.

Suku dalam aksara Bali sunting

Dalam aksara Bali, selain suku biasa, ada 2 suku lainnya, yaitu suku ilut (suku kered) dan suku kembung (gantungan Wa). Keduanya memiliki kemiripan dengan suku murda dan pasangan Wa dalam aksara Jawa. Karena suku dapat ditulis pada gantungan aksara, maka cara penulisannya juga berbeda-beda.

Suku ilut sunting

 
Beberapa contoh perubahan bentuk suku bila melekati gantungan aksara.

Suku ilut disebut juga suku kered. Tanda ini melambangkan vokal /uː/ atau /u/ panjang. Dipakai untuk menuliskan kata-kata asing dengan aksara Bali, misalnya bahasa Kawi dalam lontar, atau untuk bahasa Bali serapan. Dalam bahasa Bali sekarang, suara /u/ panjang dan pendek tak bisa dibedakan lagi, tetapi dari segi penulisan masih tetap dipertahankan. Suku ilut ditulis lebih kecil bila melekati gantungan aksara, khususnya bila garis akhir gantungan tersebut mengarah ke bawah. Namun bila garis akhir gantungan tersebut ke atas, maka suku ilut ditulis berbeda. Hal ini juga berlaku untuk nania.

Suku kembung sunting

Suku kembung identik dengan gantungan Wa dan tidak bisa dibedakan. Suku kembung digunakan untuk suku kata yang berpola KKV (konsonan-konsonan-vokal), dimana konsonan yang kedua adalah /w/. Suku kembung dapat ditulis serangkai dengan tedung.

Perubahan penulisan sunting

Dalam aksara Bali, penulisan suku mengalami beberapa perubahan bila melekati suatu gantungan (lihat gambar di sebelah kanan).

  1. Suku dan suku ilut ditulis lebih kecil, biasanya untuk gantungan aksara yang garis akhirnya mengarah ke bawah (lihat gambar 1 dan 2). Untuk gantungan aksara La, Ba, Na rambat, dan Ga gora, yang garis akhirnya mengarah ke atas, penulisan garis akhirnya dilanjutkan agar mengarah ke bawah, sehingga suku dapat melekatinya.
  2. Suku ditulis tidak melekati gantungan aksara (lihat gambar 3), biasanya untuk gantungan yang garis akhirnya mengarah ke atas, yaitu gantungan yang termasuk pangangge aksaraYa, Ra, Wa – kecuali La.
  3. Suku ilut/suku kered mengalami perubahan bentuk bila melekati pangangge aksara (kecuali La) dan Ja jera yang garis akhirnya mengarah ke atas (lihat gambar 4). Garis akhir Pa kapal juga mengarah ke atas, tetapi bentuk suku dan suku ilut yang melekatinya tidak dimodifikasi.

Referensi sunting

  • Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
  • Simpen, I Wayan. Pasang Aksara Bali. Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.