Story:Museum Prangko Indonesia
Museum Prangko Indonesia
Museum Prangko dihiasi sejumlah ukiran dan patung gaya Bali dan Jawa, dikelilingi pagar tembok dengan dua pintu gerbang yang mengambil model dasar candi bentar.
Di sayap kanan dan kiri terdapat dua bangunan yang luas masing-masing 402 m², sayap kanan digunakan kantor pengelola dan tempat pertemuan, sedangkan sayap kiri untuk kantor pos.
Di depan pintu masuk berdiri patung Hanoman, yang dalam pewayangan dikenal sebagai dhuta dharma pembawa berita, misinya sama dengan tugas pos.
Di samping kiri dan kanan pintu masuk ada dua lukisan gaya Bali karya pelukis Wayan Sutha yang merupakan cuplikan cerita pewayangan versi Bali, menggambarkan bahwa pada masa sebelum kertas dikenal seperti sekarang surat-menyurat menggunakan daun ‘ron’ tal.
Ruang pamer I menyajikan berbagai koleksi, antara lain foto bahan dan alat yang digunakan untuk menulis surat pada daun tal (ron tal); miniatur alat angkut surat tahun 1602 sampai tahun 1864.
Pada ruang pamer III dapat dilihat sejumlah prangko yang terbit tahun 1864-1950 pada masa pemerintahan Belanda, Jepang, dan masa perang kemerdekaan, slide prangko Belanda dan Jepang bertema kebudayaan dan pariwisata, slide prangko peringatan 10 tahun Kemerdekaan RI, dan dua foto prangko bergambar Bung Karno dan Bung Hatta sebagai latar belakang prangko perjuangan yang dicetak di luar negeri.
Ruang pamer II menampilkan materi berupa patung seorang perancang prangko, sejumlah slide proses pembuatan prangko dan proses melukis hingga menjadi prangko, silinder cetak yang digunakan untuk mencetak prangko seri lukisan Raden Saleh, dan penampang fiber glass mesin cetak prangko lima warna yang digunakan oleh Perum Peruri dilengkapi dengan motor penggerak.
Ruang pamer IV menyajikan prangko dan carik kenangan (souvenir sheet) yang diterbitkan sejak tahun 1950 dengan lima masa penerbitan: tahun 1950-1959, tahun 1959-1966, tahun 1966-1973, tahun 1973-1983, dan tahun 1983-1993