Sportswashing adalah praktek seseorang, kelompok, perusahaan atau negara yang memakai olahraga untuk menunjang reputasinya, melalui mentuanrumahi acara olahraga, menjual atau mendukung tim-tim olahraga, atau dengan ikut serta dalam olahraga itu sendiri. Di tingkat negara, sportswashing dipakai untuk menjauhkan perhatian dari catatan hak asasi manusia yang rendah. Sementara di tingkat individual atau perusahaan, sportswashing dipakai untuk menutupi atau menjauhkan perhatian dari skandal, kejahatan atau tindakan seseorang atau perusahaan tersebut. Sportswashing disebut sebagai bentuk dari whitewashing.

Ikhtisar

sunting

Di tingkat negara, sportswashing disebut sebagai bagian dari kekuasaan lunak suatu negara.[1][2][3][4] Rusia yang mentuanrumahi Piala Dunia FIFA 2018 dikutip sebagai contohnya, karena reputasi global negara tersebut yang rendah akibat kebijakan luar negerinya dan peristiwa yang berujung pada penghentian diskusi terkait hal tersebut, dan sebagai gantinya berfokus pada bagaimana menyukseskan Piala Dunia dan bagaimana orang Rusia bersahabat.[5]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Sportswashing, a new word for an old idea – Sportstar". web.archive.org. 24 April 2020. Archived from the original on 2020-04-24. Diakses tanggal 18 February 2021. 
  2. ^ "Saudi uses sports 'soft power' as lever of influence". France 24 (dalam bahasa Inggris). 2 January 2020. Diakses tanggal 18 February 2021. 
  3. ^ "Qatar's soft power sports diplomacy". Middle East Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 18 February 2021. 
  4. ^ Limited, Bangkok Post Public Company. "Saudi uses sports 'soft power' as lever of influence". Bangkok Post. Diakses tanggal 18 February 2021. 
  5. ^ "Sportswashing: a growing threat to sport". upstart (dalam bahasa Inggris). 17 September 2020. Diakses tanggal 18 February 2021.