Sistem konduksi jantung

Sistem konduksi jantung mengirimkan sinyal listrik yang umumnya dihasilkan oleh nodus sinoatrial untuk menyebabkan kontraksi otot jantung. Sinyal pacemaker yang diinisiasi di nodus sinoatrial bergerak melalui atrium kanan ke nodus atrioventrikular (AV), di sepanjang Berkas His dan berjalan melalui cabang-cabang berkas untuk menimbulkan kontraksi otot jantung. Sinyal ini pertama kali memberikan stimulus kontraksi dari atrium kanan dan kiri, dan kemudian mengalir ke ventrikel kanan dan kiri. Aliran listrik ini yang kemudian memungkinkan terjadinya proses pemompaan darah ke seluruh tubuh.

Sistem Konduksi Jantung
Jantung; sistem konduksi. 1. nodus SA. 2. nodus AV. 3. Berkas His. 8. Sekat
Rincian
Pengidentifikasi
Bahasa Latinsystema conducens cordis
MeSHD006329
TA98A12.1.06.002
FMA9476
Daftar istilah anatomi

Sistem konduksi jantung terbentuk dari sejumlah sel-sel otot jantung, dan terletak di dalam otot jantung (miokard). Terdapat kerangka jaringan fibrosa yang mengelilingi sistem konduksi yang juga dapat terlihat pada EKG. Gangguan fungsi sistem konduksi ini dapat menyebabkan irama jantung yang tidak teratur, cepat, maupun lambat.

Struktur sunting

 
Gambaran sistem konduksi kelistrikan jantung. Aktivitas ini mempertahankan ritme kontraksi jantung secara terus-menerus

Sinyal listrik dimulai di nodus SA (terletak di atrium kanan) dan merangsang atrium untuk berkontraksi. Kemudian sinyal listrik berjalan ke nodus atrioventrikular yang terletak di septum yang berada di antara atrium. Setelah beberapa saat, sinyal listrik ini terpisah dan dialirkan melalui cabang kiri dan kanan Berkas His ke serabut Purkinje masing-masing ke setiap sisi jantung, serta ke endokard di apex jantung, kemudian berjalan ke ventrikel; menyebabkan kontraksi otot ventrikel.[1] Sinyal-sinyal ini dihasilkan secara ritmis, yang pada akhirnya menghasilkan kontraksi dan relaksasi jantung dengan ritme yang terkoordinir.

EKG sunting

 
Kompleks EKG. P = gelombang P, PR = interval PR, QRS = kompleks QRS, QT = interval QT, ST = segmen ST, T = gelombang T
 
Prinsip pembentukan EKG. Garis merah pada gambar mewakili gelombang depolarisasi, bukan aliran darah.

Elektrokardiogram adalah gambaran grafik variasi potensial listrik yang dihasilkan oleh eksitasi otot jantung dan dideteksi di permukaan tubuh.[2]

Nodus SA: gelombang P sunting

Dalam kondisi jantung yang normal, aktivitas kelistrikan jantung secara spontan dihasilkan oleh nodus SA. Impuls listrik ini disebarkan ke seluruh atrium kanan, melalui berkas Bachmann dan dialirkan ke atrium kiri, merangsang miokardium dari atrium untuk berkontraksi. Konduksi impuls listrik di seluruh atrium terlihat pada EKG sebagai gelombang P. [3][4]

Aktivitas listrik ini menyebar melalui atrium, ia bergerak melalui jalur khusus, yang dikenal sebagai traktus internodal, dari nodus SA ke nodus AV.

Nodus AV dan berkas His: Interval PR sunting

Nodus AV mengambil peran sebagai penunda yang amat penting dalam sistem konduksi jantung. Tanpa adanya penundaan ini, atrium dan ventrikel akan melakukan kontraksi pada saat yang bersamaan. Akibatnya, darah tidak akan mengalir secara efektif dari atrium ke ventrikel. Penundaan ini membentuk gambaran segmen PR pada EKG. Sebagian dari proses repolarisasi atrium dapat dilihat melalui segmen PR.

Bagian distal dari nodus AV dikenal sebagai berkas His.[5] Berkas His terbagi menjadi dua cabang di septum interventrikular: cabang berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri mengaktivasi ventrikel kiri, sedangkan cabang berkas kanan mengaktivasi ventrikel kanan .

Cabang berkas kiri lebih pendek dari cabang berkas kanan, yang kemudian terbagi lagi menjadi fasikulus anterior kiri dan fasikulus posterior kiri. Fasikulus posterior kiri ini relatif lebih pendek dan besar, dan memiliki suplai darah ganda. Hal ini membuatnya sangat mudah mengalami kerusakan iskemik. Fasikulus posterior kiri mentransmisikan impuls ke otot papil jantung, yang menyebabkan menutupnya katup mitral.

Karena fasikulus posterior kiri ini lebih pendek dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada fasikulus posterior kanan, impuls dapat mencapai otot papiler sesaat sebelum depolarisasi, dan menyebabkan kontraksi dari otot ventrikel kiri jantung. Ini memungkinkan ketegangan awal dari chordae tendinae, yang kemudian meningkatkan resistensi untuk mengalirkan listrik melalui katup mitral selama berlangsungnya kontraksi ventrikel kiri.[3] Mekanisme ini bekerja seperti situasi pra-peregangan pada sabuk pengaman mobil.

Serabut Purkinje dan Otot ventrikel jantung: kompleks QRS sunting

Aliran listrik di kedua cabang berkas jantung (cabang berkas kanan dan kiri) kemudian menepi untuk menghasilkan banyak serabut Purkinje, yang merangsang beberapa kelompok individu sel-sel miokard untuk berkontraksi.[3]

Impuls listrik menyebar melalui otot ventrikel jantung dan menghasilkan kompleks QRS yang dapat terlihat pada rekaman EKG.

Repolarisasi atrium berlangsung selama deporalisasi ventrikel sehingga tidak tampak pada gambaran EKG secara umum karena tertutupi oleh kompleks QRS.

Repolarisasi ventrikel jantung sunting

Repolarisasi ventrikel merupakan peristiwa terakhir dari siklus ini. Repolarisasi ventrikel adalah masa pengembalian kondisi pemulihan otot jantung. Dalam gambaran EKG, repolarisasi ini meliputi munculnya titik J, gambaran segmen ST, dan gelombang T dan U.[6]

Signifikansi klinis sunting

Aritmia sunting

Aritmia didefinisikan sebagai irama atau kecepatan detak jantung yang tidak normal.

Kecepatan sunting

Manusia yang memiliki detak jantung yang lebih lambat dari 60 kali per menit, atau lebih cepat dari 100 kali per menit, dianggap mengalami aritmia. Detak jantung yang lebih lambat dari 60 kali per menit disebut sebagai bradikardia, dan denyut jantung yang lebih cepat dari 100 kali per menit disebut sebagai takikardia .

Fisiologis sunting

Pada beberapa orang, misalnya atlet terlatih, detak jantung mungkin saja lebih lambat dari 60 kali per menit. Jika nodus SA gagal menginisiasi sinyal kelistrikan, berkas AV dapat mengambil alih sebagai pacu jantung yang utama.

Berkas AV "mengelilingi" nodus AV (nodus AV tidak mampu menginisiasi impulsnya sendiri) dan memiliki kecepatan antara 40 hingga 60 kali per menit. Irama jungsional ini dicirikan oleh gelombang P yang hilang atau terbalik.

Jika keduanya (nodus SA dan berkas AV) gagal memunculkan impuls listrik, ventrikel dapat menginisiasi impuls listrik itu sendiri pada kecepatan 20 hingga 40 kali per menit dan akan memiliki kompleks QRS yang melebihi 120 milidetik.

Referensi sunting

  1. ^ "Your Heart's Electrical System". National Heart, Lung, and Blood Institute. National Institutes of Health. November 17, 2011. Diakses tanggal January 1, 2015. 
  2. ^ Dorland, W. A. Newman (2007). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. ISBN 978-979-044-001-2. 
  3. ^ a b c "Cardiac Muscle and Electrical Activity". OpenStax CNX: Anatomy & Physiology. OpenStax CNX. November 7, 2014. Diakses tanggal January 2, 2015. 
  4. ^ "Cardiac Cycle". ECG Tutorial. University of Michigan Health System. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-03. Diakses tanggal January 2, 2015. 
  5. ^ Anderson, Robert H.; Mori, Shumpei (2016). "Wilhelm His Junior and his bundle". Journal of Electrocardiology. doi:10.1016/j.jelectrocard.2016.06.003. ISSN 0022-0736. 
  6. ^ Kowey, P., Yan, Gan-Xin. "Ventricular repolarization components on the electrocardiogram". Diakses tanggal 2013-03-08.