Sastra Afro-Brasil

Sastra Afro-Brasil (bahasa Portugis: literatura afro-brasileira atau literatura negra) adalah sub-cabang dari sastra Brasil yang fokus pada aspek kehidupan Afro-Brasil dan/atau ditulis oleh penulis Afro-Brasil. Penggunaan "dan/atau" tersebut menimbulkan polemik di Brasil mengingat banyaknya percampuran rasial di Brasil, salah satunya dalam kasus penulis Mário de Andrade yang keturunan campuran kulit putih dan kulit hitam sehingga karya-karyanya diperdebatkan apakah termasuk ke dalam sastra Afro-Brasil atau tidak.[1] Hal ini menegaskan konsep rasial di Brasil yang berbeda dengan di Amerika Serikat di mana kritik membandingkannya dengan sastra Afrika-Amerika Serikat.[2] Menurut akademisi dan kritikus sastra Eduardo de Assis Duarte dari Universidade Federal de Minas Gerais, sastra Afro-Brasil mengandung lima aspek yang membedakannya dari sastra Brasil pada umumnya yakni tema, penulis, perspektif, bahasa, dan pembaca atau tujuan dari pembuatan karya tersebut.[3]

Karakteristik sunting

Sastra Afro-Brasil memiliki berbagai macam bentuk seperti puisi, novel maupun naskah teater. Namun jika ditelaah lebih lanjut, ada satu kesamaan antara sastra Afro-Brasil yang satu dengan yang lain yakni pembahasan isu rasial dan kekerasan rasial di Brasil.[4][5] Puisi-puisi Afro-Brasil dapat dikatakan sebagai perpaduan antara puisi Brasil pada umumnya yang cenderung eksperimental dengan sastra Afro-Brasil yang mengangkat isu rasial.[2]

Sejarah sunting

Abad ke-19 sunting

Dapat dikatakan bahwa sastra Afro-Brasil mulai berkembang pada abad ke-19 sebagai bentuk perlawanan terhadap sastra Brasil arus utama yang cenderung mencap negatif tokoh-tokoh kulit hitam dalam karya-karyanya. Karya-karya Maria Firmina dos Reis dan Luiz da Gama menempatkan tokoh-tokoh kulit hitam sebagai subyek dan merupakan pelopor sastra Afro-Brasil bahkan sebelum tahun 1859 ketika perbudakan dihapuskan di Brasil. Novel karya dos Reis berjudul Úrsula, misalnya, merupakan gebrakan dalam sastra Brasil karena ditulis oleh seorang wanita berkulit hitam di Maranhão saat Brasil masih melegalkan perbudakan.[4]

Abad ke-20 dan ke-21 sunting

Perjuangan dos Reis dan da Gama dilanjutkan oleh penulis-penulis Afro-Brasil generasi berikutnya seperti Carolina Maria da Jesus, Cuti, Hugo Ferreira, dan Conceição Evaristo. Pada tahun 1978 serial Cadernos Negros terbit berisikan puisi-puisi oleh delapan penulis Afro-Brasil dan biaya percetakannya dibagi di antara delapan penulis tersebut. Setahun kemudian, edisi kedua Cadernos Negros terbit berisikan cerita pendek oleh 12 penulis Afro-Brasil.[4][6] Presiden Lula da Silva mengubah ketentuan dalam Hukum 10.639 pada Januari 2003. Perubahan tersebut mewajibkan pendidikan sejarah dan budaya Afro-Brasil. Hal tersebut membuat perlu adanya bahan ajar dan buku sastra yang sesuai untuk pelajar.[5]

Referensi sunting