Putri Triệu (bahasa Vietnam: Bà Triệu; sekitar tahun 226–248 M) adalah seorang prajurit Vietnam dari abad ke-3 yang pernah berjuang melawan penjajahan negeri Wu Timur dari Tiongkok. Ia juga dikenal dengan julukan Triệu Thị Trinh, walaupun nama aslinya tidak diketahui. Konon ia pernah berkata, "Saya ingin menaiki badai, membunuh paus pembunuh di lautan terbuka, mengusir penjajah, menaklukkan kembali negara, melepaskan ikatan perhambaan, dan tidak pernah membungkuk lagi untuk menjadi selir lelaki manapun."[1][2]

Putri Trieu
Penggambaran Putri Trieu
Nama asliTriệu Ẩu (); Bà Triệu
Lahirc. 226 M
Distrik Yên Định, Jiuzhen, Jiaozhou
Meninggalc. 248 M (umur 22–23)
Distrik Hậu Lộc, Jiuzhen, Jiaozhou
DikebumikanGunung Tùng (di komune Triệu Lộc, Distrik Hậu Lộc, Provinsi Thanh Hóa)

Latar belakang sunting

Pada 226, penguasa negara Wu Timur, Sun Quan, mengirim 3.000 prajurit untuk menguasai wilayah Jiaozhi dan juga menyingkirkan keluarga Shi Xie yang berkuasa di wilayah tersebut. Pasukan Sun Quan berhasil merebut Jiuzhen dan menewaskan sepuluh ribu orang bersama dengan anggota keluarga Shi Xie.[3] Sun Quan membagi Jiaozhi menjadi dua provinsi, yaitu Chiao-chou dan Kuangchou.[4] Pada 231, Wu Timur menugaskan seorang panglima ke Jiuzhen untuk "memusnahkan dan mendamaikan suku barbar Yueh." Suku Lac, yang disebut sebagai suku Yueh oleh orang Tionghoa, adalah suku Vietnam Utara yang memeluk agama Buddhisme sejak masa kekuasaan Shi Xie.[5]

Biografi sunting

Pada tahun 248, rakyat Jiaozhi dan Jiuzhen memberontak melawan Wu Timur. Seorang wanita Lac yang bernama Triệu Ẩu memimpin sebuah pemberontakan di Jiuzhen, dan seratus kepala suku Lac yang memimpin lima puluh ribu keluarga kemudian mendukungnya.[6] Wu Timur menugaskan Lu Yin untuk memadamkan pemberontakan ini. Setelah berlangsungnya perang selama beberapa bulan, ia berhasil menewaskan Putri Trieu.[7][8] Walaupun catatan sejarah Tiongkok tidak menyebutkan keberadaan Putri Trieu, ia disebutkan dalam Annan zhilue karya Le Tac, seorang cendekiawan Vietnam dari abad ke-13 yang dibuang ke Dinasti Yuan. Menurutnya, Putri Trieu adalah seorang wanita yang bertarung dengan menunggangi gajah.[8] Keith Taylor mencoba menjelaskan ketiadaan Putri Trieu dalam catatan sejarah Tiongkok dengan berpendapat bahwa "perlawanan Putri Trieu bagi mereka (orang Tionghoa) hanyalah semacam kebarbaran keras kepala yang pada akhirnya dimusnahkan dan tidak menarik secara historis."[9]

Catatan kaki sunting

  1. ^ Nguyen 2002, hlm. 22.
  2. ^ Rydstrøm 2003, hlm. 179.
  3. ^ Kiernan 2019, hlm. 91.
  4. ^ Taylor 1983, hlm. 92.
  5. ^ Kiernan 2019, hlm. 93.
  6. ^ Kiernan 2019, hlm. 97-98.
  7. ^ Kiernan 2019, hlm. 98.
  8. ^ a b Taylor 1983, hlm. 90.
  9. ^ Taylor 1983, hlm. 91.

Daftar pustaka sunting