Pertempuran Pulo Aura

artikel daftar Wikimedia

Pertempuran Pulo Aura adalah salah satu pertempuran laut minor dalam Peperangan Napoleon, terjadi pada 14 Februari 1804. Dalam pertempuran itu satu konvoi besar East Indiaman, kapal dagang yang dipersenjatai dengan baik, milik Perusahaan Hindia Timur Britania (HEIC) mengintimidasi, mengusir, dan mengejar satu skuadron angkatan laut Prancis yang kuat. Meskipun pasukan Prancis jauh lebih kuat daripada konvoi Inggris, taktik agresif Komodor Nathaniel Dance telah mendesak Laksamana Pertama Charles-Alexandre Durand Linois untuk pergi setelah hanya sekali saling menembak. Dance kemudian mengejar kapal perang Prancis tersebut hingga konvoinya terlepas dari bahaya, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke India Britania. Linois kemudian menyatakan bahwa kapal dagang Britania yang tidak dikawal tersebut dibantu oleh delapan kapal tempur utama (ship of the line), suatu pernyataan yang dikritik oleh para perwira seangkatan dan sejarawan modern.

Pertempuran Pulo Aura
Bagian dari the Peperangan era Napoleon
A small group of large ships on the left engages a line of ships on the right, which is protecting several smaller ships. Clouds of smoke hang over the fight as the ships fire their cannons.
Kapal Komodor Dance (tengah), sedang melindungi kapal dagang (kanan), menyerang skuadron Laksamana Linois (kiri). William Daniell, 1804
Tanggal15 Februari 1804
LokasiTimur Pulo Aura, Selat Malaka
Hasil Kemenangan HEIC
Pihak terlibat
Perusahaan Hindia Timur Britania (HEIC) Prancis
Tokoh dan pemimpin
Nathaniel Dance Charles-Alexandre Durand Linois
Kekuatan
16 East Indiaman, 12 kapal rakyat dan kapal dagang Portugis; didampingi brig bersenjata Ganges Kapal tempur utama Marengo, 2 fregat, satu korvet, dan satu brig bersenjata
Korban
1 tewas, 1 terluka tidak ada

Pertempuran tersebut terjadi dalam masa operasi perampokan kapal dagang yang dilakukan oleh skuadron kapal perang Prancis dipimpin oleh Linois dengan kapalnya Marengo. Linois berlayar ke Samudra Hindia pada 1803 sebelum pernyataan perang di bawah perintah untuk melakukan penjagaan koloni-koloni Prancis dan Belanda di wilayah tersebut dan sesekali menyerang kapal dagang Inggris. Salah satu target terkaya dan paling signifikan adalah "Armada Tiongkok", konvoi tahunan East Indiamen, dari Tiongkok dan pelabuhan-pelabuhan Timur Jauh lainnya yang membawa barang dagangan bernilai jutaan pound sterling. Berita mengenai pecahnya perang baru tiba di Pasifik dan satu-satunya kapal perang yang tersedia untuk menjaga armada tersebut adalah kapal jenis brig milik HEIC bernama Ganges. Informan Belanda memberitahu Linois mengenai tujuan armada dan tanggal keberangkatan dari Kanton ketika Lionis berada di Batavia, Jawa. Kemudian, pada 28 Desember 1803 ia berlayar untuk mencari konvoi tersebut, hingga akhirnya menemukannya pada awal Februari.

Meskipun konvoi tidak dilindung kapal perang, Komodor Dance tahu bahwa para pengintai dapat melakukan kesalahan, dari kejauhan menganggap kapal East Indiaman besar adalah kapal tempur utama. Ia mengibarkan bendera lambang skuadron Angkatan Laut Britania dan membentuk posisi tempur. Kapal Linois jelas lebih unggul, tetapi reaksi kapal Inggris membuat Linois terkesima dan ia dengan cepat membatalkan pertempuran. Dance melanjutkan triknya, mengejar Linois selama dua jam hingga konvoi dirasa aman. Raja George III menganugerahi Dance gelar Knight Bachelor atas keberaniannya. Beberapa pedagang dan organisasi menghadiahi ia sejumlah besar uang. Sementara itu, Linois diberi hukuman langsung oleh Kaisar Napoleon atas kegagalannya menekan serangan pada musuh yang lebih lemah dan sangat berharga. Tetapi, ia masih bertugas selama dua tahun berikutnya dan memperoleh beberapa kesuksesan minor dalam serangan terhadap kapal-kapal dagang tanpa pengawalan. Ia mengalami serangkaian kekalahan dan terlibat dalam beberapa pertempuran tidak meyakinkan melawan kapal-kapal Inggris yang lebih lemah. Ironisnya, Linois ditangkap dalam Aksi 13 Maret 1806 oleh sejumlah kapal perang Inggris yang lebih unggul yang ia kira konvoi dagang.

Latar belakang

sunting

Selama Peperangan Napoleon, ekonomi Inggris bergantung pada kemampuan dagangnya dengan Imperium Britania, khususnya koloni-koloni berharga di India Britania. Perdagangan antarkontinen dikendalikan oleh HEIC. Mereka memiliki armada besar kapal dagang yang dipersenjatai dengan baik yang dikenal dengan nama East Indiamen.[1] Kapal-kapal ini memiliki bobot antara 500 hingga 1.200 ton dan mampu membawa hingga 36 senjata sebagai pertahanan. Meskipun demikian, dalam keadaan normal kapal tersebut tidak mampu menandingi fregat atau kapal tempur utama musuh. Senjata mereka biasanya didesain dengan kelas lebih rendah dan para awak lebih kecil dan kurang terlatih dibandingkan dengan kapal perang. East Indiamen hanya berusaha untuk memberikan jaminan keamanan kargo dan penumpangnya, bukan untuk mengalakan kapal musuh dalam pertempuran.[2] Meskipun ada kelemahan ini, dengan ukuran East Indiamen, dari kejauhan kapal ini terlihat mirip dengan kapal tempur utama yang kecil, untuk tipuan biasanya ditambah dengan teknik cat dan meriam tiruan.[3] Pada Insiden Selat Bali 28 Januari 1797 satu konvoi East Indiamen tanpa pengawalan telah menggunakan kelebihan ini untuk mengintimidasi skuadron fregat Prancis yang kuat hingga pergi tanpa perlawanan.[4] Pada Februari 1799 di Makau skuadron gabungan Prancis-Spanyol diusir tanpa bertempur oleh skuadron kecil Angkatan Laut Britania.[5][6]

East Indiaman akan berkumpul di pelabuhan di India dan Timur Jauh dan dari sana berangkat ke Inggris dalam konvoi besar, sering membawa barang dagangan bernilai jutaan pounds terling. Perjalanan biasanya menghabiskan waktu enam bulan dan kemudian kembali membawa pasukan dan penumpang untuk menambah kekuatan Britania di India.[7] "Kapal rakyat", kapal dagang berukuran lebih kecil yang disewa untuk perdagangan lokal, kadang-kadang bukan bagian dari HEIC, akan bergabung dengan konvoi tersebut. Untuk melindungi kapal mereka dari bajak laut, HEIC juga mengoperasikan angkatan laut sendiri dengan kapal-kapal bersenjata kecil. Semua langkah ini efektif terhadap penyerangan kecil, tetapi bukan tandingan bagi kapal perang profesional.[8]

Melihat pentingnya perdagangan Samudra Hindia dan melihat ancaman perang yang mulai tak terelakkan, Konsul Pertama Napoleon Bonaparte memerintahkan satu skuadron untuk berlayar ke India pada Maret 1803. Pasukan ini dipimpin oleh Laksamana Pertama Charles-Alexandre Durand Linois dan terdiri atas kapal tempur utama Marengo dan tiga kapal fregat. Linois bermarkas di Île de France dengan perintah menyerang kapal-kapal Britania begitu perang dimulai.[9] Saat berlayar ke Pondicherry di India pada bulan Juli, Linois bertemu dengan skuadron Britania dipimpin oleh Laksamana Muda Peter Rainier. Linois belum melakukan serangan karena berita perang dimulai pada 16 Mei baru tiba di Île de France pada bulan Agustus.[10] Bertekad untuk memperkuat kekuatan Prancis di wilayah tersebut, Linois mendaratkan pasukan dan logistik di Réunion dan Batavia. Dalam operasi itu, ia mengirimkan fregat Atalante ke Muscat, yang menangkap sejumlah kapal rakyat dan membakar pos dagang Britania di Bencoolen. Pada 10 Desember ia berlabuh di Batavia selama musim dingin.[11] Tidak lama setelah itu, diperoleh informasi mengenai komposisi dan tanggal keberangkatan "Armada Tiongkok" Britania,[12] yang mendorong Linois pergi untuk mencegatnya. Pada 28 Desember, skuadron Linois, terdiri atas Marengo, fregat Belle Poule dan Sémillante, korvet Berceau dan brig Belanda Aventurier, meninggalkan Batavia. Kapal-kapal tersebut membawa perbekalan untuk enam bulan karena Linois mengantisipasi dengan melakukan patroli di jalur mendekati Selat Malaka di Laut Tiongkok Selatan.[12]

Armada Tiongkok adalah konvoi besar tahunan kapal dagang Britania yang berkumpul di Kanton di Sungai Mutiara selama musim dingin sebelum berlayar ke Inggris via India. Saat konvoi melewati Hindia Timur, bergabunglah kapal-kapal dari pelabuhan-pelabuhan Eropa lainnya hingga mencapai lusinan kapal. Tahun 1804 armada berangkat akhir Januari dan saat mendekati Selat Malaka, armada telah bertambah terdiri atas 16 East Indiaman, 11 kapal rakyat, satu kapal dagang Portugis dari Makau, dan satu kapal bersenjata dari Botany Bay di New South Wales.[13] Meskipun HEIC telah menyediakan brig kecil Ganges untuk mengawal, kapal tersebut hanya untuk menghalangi bajak laut; tidak diharapkan untuk menyaingi kapal perang Prancis. Tidak ada pengawalan militer: berita pecahnya perang sampai di Canton sebelum bantuan dari India tiba.[14] Mata-mata di Kanton telah memberikan informasi kepada Linois di Batavia mengenai komposisi dan tanggal keberangkatan Armada Tiongkok,[15] tetapi informan Belanda di Kanton juga telah menyampaikan laporan yang salah bahwa kapal perang Angkatan Laut Britania ikut dalam konvoi itu, laporan yang mungkin telah disengaja disebarkan oleh otoritas Britania.[3] Konvoi tersebut sangat berharga, kargonya berupa teh, sutra, dan keramik bernilai lebih dari £8 juta berdasarkan harga pada saat itu (setara dengan £700.000.000 pada tahun 2024).[16] Terdapat juga 80 tanaman Tiongkok yang dipesan oleh Sir Joseph Banks untuk kebun kerajaan dan dibawa dalam ruang yang dirancang khusus untuk tanaman.[17] Komite Pemilihan HEIC di Kanton sangat mengkhawatirkan keselamatan konvoi tanpa pengawalan itu dan penundaan keberangkatannya telah diperdebatkan. Konsultasi telah dilakukan dengan beberapa nakhoda, termasuk Henry Meriton, yang bersama kapalnya Exeter telah menangkap satu fregat dalam Aksi 4 Agustus 1800 di dekat Brasil.[18] Meriton menyarankan agar konvoi cukup kuat, baik dalam penampilan maupun kenyataan, untuk menangkal semua serangan. Ia ditentang oleh John Farquharson dari kapal Alfred, yang menganggap bahwa awak East Indiamen sangat kurang terlatih hingga tak mampu membela diri jika berhadapan dengan musuh yang gigih.[19] Meskipun demikian, Komite telah memutuskan bahwa keberangkatan armada tidak dapat ditunda lagi dan pimpinan diserahkan pada nakhoda paling berpengalaman, Komodor Nathaniel Dance, seorang perwira tinggi dengan pengalaman di laut lebih dari 45 tahun bersama kapal Earl Camden.[20]

Pertempuran

sunting

Pukul 08:00 tanggal 14 Februari 1804, Pulo Aura terlihat di barat daya jalur masuk timur Selat Malaka, Royal George memberikan sinyal menggambarkan tiga kapal mendekati konvoi dari arah pulau. Ketiganya adalah skuadron Linois yang telah berlayar di daerah tersebut selama sebulan sebelumnya untuk mengantisipasi kedatangan konvoi. Dance memerintahkan brig Ganges dan Indiaman Alfred, Royal George, Bombay Castle, dan Hope untuk mendekati kapal asing dan menginvestigasi yang dengan cepat mengetahui bahwa mereka adalah kapal perang musuh. Menjelang pukul 13:00, Dance telah mempersiapkan senjata dan mengatur konvoinya, dengan formasi Indiaman berbaris dalam posisi tempur untuk menerima serangan Prancis apabila mereka benar adalah kapal perang.[6] Sepanjang sore hari, skuadron Linois berada jauh di belakang barisan kapal dagang yang bergerak lambat. Dance mengharapkan serangan yang cepat, tetapi Linois sangat berhati-hati dan hanya mengamati konvoi itu, lebih memilih untuk menunggu hingga keesokan pagi sebelum menyerang musuh.[2] Dance memanfaatkan penundaan Linois itu untuk mengumpulkan kapal-kapal dagang kecil di belakang barisan Indiaman, brig Ganges menuntun mereka dan mengumpulkan para sukarelawan dari awak mereka untuk memperkuat pelaut-pelaut di Indiamen.[13] Linois kemudian memberikan alasannya menunda penyerangan konvoi dengan mengatakan perlunya kehati-hatian:

Jikalau keberaniannya berhadapan dengan musuh di siang hari dimaksudkan sebagai tipu daya untuk menyembunyikan kelemahannya, ia telah diuntungkan dengan kegelapan malam dalam upaya menyembunyikan pelariannya; dan apabila itu terjadi ia harusnya telah mengambil keuntungan dari manuvernya. Tapi saya segera menjadi yakin bahwa pengamanan ini bukan pura-pura; tiga kapalnya secara konstan menjaga lampu mereka menyala, dan armada itu terus menerus berada dalam formasi tempur sepanjang malam. Posisi ini mempermudah saya mendapat angin dan memungkinkan saya mengamati musuh secara dekat.

— Linois, kutipan sebagai terjemahan dalam buku William James' The Naval History of Great Britain during the French Revolutionary and Napoleonic Wars, Vol. 3, 1827.[21]
 
Kekalahan Laks. Linois oleh Komodor Dance, 15 Feb. 1804, William Daniell, Museum Maritim Nasional

Saat fajar 15 Februari, pihak Inggris dan Prancis mengibarkan bendera masing-masing. Dance berharap dapat meyakinkan Linois bahwa armadanya terdiri atas kapal-kapal perang bersenjata lengkap dan ia lalu memerintahkan brig Ganges dan empat kapal utama mengibarkan bendera biru, sementara lainnya mengibarkan bendera merah. Berdasarkan sistem bendera nasional yang digunakan kapal-kapal Inggris, hal ini menunjukkan bahwa kapal dengan bendera biru adalah kapal perang bagian dari skuadron Laksamana Rainier dan lainnya adalah kapal-kapal dagang di bawah perlindungan mereka.[2] Dance tidak mengetahui bahwa ia telah terbantu oleh informasi yang diterima Linois di Batavia yang menyebutkan bahwa ada 23 kapal dagang dan brig dalam konvoi. Dalam perjalanan, ada tambahan enam kapal dan identitas kapal-kapal itu tidak diketahui oleh Prancis, yang beranggapan bahwa beberapa dari kapal yang tidak diketahui itu adalah kapal perang, apalagi beberapa kapal telah dicat di Kanton menyerupai kapal tempur utama.[21]

Pukul 09:00 Linois masih hanya mengamati konvoi, enggan menyerang hingga ia yakin jenis kapal lawan. Dance menanggapi dengan berbaris membentuk formasi tempur dan meningkatkan kecepatan konvoi agar mencapai selat sebelum Linois.[17] Karena konvoi terlihat kurang mengancam, Linois mulai secara perlahan mendekati kapal-kapal Britania.[22] Menjelang pukul 13:00 terlihat jelas bahwa kapal Linois yang lebih cepat membahayakan belakang konvoi dan Dance memerintahkan kapal-kapal utamanya untuk bermanuver, sehingga mereka dapat berada di antara ekor konvoi dan skuadron Prancis. Kapal-kapal Britania berhasil melakukan manuver dan pukul 13:15 Linois membuka tembakan pada kapal utama Royal George yang dinakhodai John Fam Timmins.[21] Royal George dan empat kapal berikutnya, Ganges, Dance's Earl Camden, Warley dan Alfred, semua membalas menembak. Ganges awalnya salah menyerang Royal George. Kapten James Prendergrass di kapal Hope, urutan berikutnya dalam barisan, sangat ingin ikut bertempur, sehingga ia salah memperhitungkan kecepatannya dan bertabrakan dengan Warley.[17] Saling tembak dilakukan dalam jarak jauh selama 43 menit dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.[23]

 
East Indiaman 'Warley', Robert Salmon, 1801, Museum Maritim Nasional

Di Royal George seorang awak bernama Hugh Watt tewas, seorang terluka, dan mengalami kerusakan di lambung. Tidak ada kapal Britania atau Prancis yang melaporkan mengalami kerusakan parah dalam pertempuran itu.[24] Pukul 14:00, Linois melepaskan pertempuran itu, memerintahkan skuadronnya untuk pergi dan berlayar ke timur, menjauh dari konvoi. Untuk memperkuat kesannya sebagai kapal perang, Dance memerintahkan kapal-kapal berbendera angkatan laut, termasuk kapalnya Earl Camden, untuk mengejar kapal Prancis. Tak satupun kapal dagang yang mampu mengimbangi kecepatan kapal Prancis, tetapi upaya pengejaran itu diharapkan dapat mencegah kapal Prancis kembali.[24] Selama dua jam, skuadron Dance mengikuti Linois, Hope mendekat untuk menangkap Aventurier, tetapi akhirnya tak mampu melewati kapal itu. Pukul 16:00, Dance memutuskan untuk mengumpulkan seluruh kapalnya dan kembali ke tujuan semula daripada mengambil risiko serangan dari pihak lain atau tak mampu mengawasi konvoinya dalam kegelapan. Menjelang pukul 20:00, seluruh konvoi Britania telah melempar sauh di jalur masuk Selat Malaka.[25] Pada 28 Februari, kapal tempur Britania HMS Sceptre dan Albion bergabung dan menjaga mereka hingga selama tiba di Saint Helena di Atlantik Selatan.

Dari sana HMS Plantagenet mengawal konvoi ke Inggris. Lima kapal penangkap ikan paus dan kapal Carmarthen yang dinakhodai Kapten Doree, juga bergabung. Selain itu kapal Blackhouse, dari pantai Guinea, bergabung di laut.[26][Note 1] Konvoi kembali ke Inggris tanpa ada insiden lain.[22]

Skuadron Linois mencapai Batavia beberap hari kemudian setelah pertempuran tanpa bertemu dengan kapal Britania lain. Di sana bergabung Atalante lalu berlayar ke Île de France, tiba pada 2 April.[27] Brig Belanda Aventurier tinggal di Batavia dan di sana kapal itu hancur saat penyerangan oleh Britania pada November 1806.[28]

Pemimpin dalam Pertempuran

sunting
Armada Tiongkok HEIC
Kapal
Komandan Catatan
Earl Camden Komodor Nathaniel Dance Kapal pemimpin konvoi. Bertempur 25 menit.
Warley Kapten Henry Wilson Bertempur 15 menit.
Alfred Kapten James Farquharson Bertempur 15 menit.
Royal George Kapten John Fam Timmins Bertempur 40 menit. Menderita kerusakan lampu, seorang tewas dan seorang terluka.
Coutts Kapten Robert Torin
Wexford Kapten William Stanley Clarke
Ganges Kapten William Moffat Bertempur 35 menit.
Exeter Kapten Henry Meriton
Earl of Abergavenny Kapten John Wordsworth
Henry Addington Kapten John Kirkpatrick
Bombay Castle Kapten Archibald Hamilton
Cumberland[29] Kapten William Ward Farrer
Hope Kapten James Prendergrass
Dorsetshire Kapten Robert Hunter Brown
Warren Hastings Kapten Thomas Larkins
Ocean Kapten John Christian Lochner
Konvoi diikuti oleh 11 kapal rakyat, bernama Lord Castlereagh, Carron, David Scott, Minerva, Ardeseer, Charlotte, Friendship, Shau Kissaroo, Jahaungeer, Gilwell, dan Neptune, tidak ada satupun yang bertempur. Ikut bergabung brig bersenjata Ganges. Kapal Portugis dari Makau dan Rolla dari Botany Bay di Australia seharusnya bergabung, tetapi tertinggal dan tidak pernah bergabung.
Sumber: London Gazette[26]
Skuadron Laksamana Pertama Linois
Kapal Senjata
Komandan Catatan
Marengo 74 Laksamana Pertama Charles-Alexandre Léon Durand Linois

Kapten Joseph-Marie Vrignaud

Belle Poule 40 Kapten Alain-Adélaïde-Marie Bruilhac (atau Bruillac)
Sémillante 36 Kapten Léonard-Bernard Motard
Berceau 20 Kapten Emmanuel Halgan Dance melaporkan bahwa kapal ini adalah korvet dengan 28 senjata.[26]
Aventurier 16 Letnan Harang Beberapa laporan menunjukkan bahwa Aventurier adalah korvet Belanda dipimpin Kapten Vandesande. Dance melaporkan bahwa kapal kelima adalah brig Batavia William, dengan 18 senjata.[26]
Sumber: James, Vol. 3, p. 248, Clowes, p. 336

Catatan

sunting
  1. ^ Lima kapal penangkap ikan paus adalah William Fenning, Brook Watson, Thomas (atau Young Tom), Betsey, dan Eliza.[26]

Referensi

sunting
  1. ^ The Victory of Seapower, Gardiner, p. 101
  2. ^ a b c Clowes, p. 337
  3. ^ a b Maffeo, p. 190
  4. ^ Parkinson, p.106
  5. ^ Nelson Against Napoleon, Gardiner, p. 161
  6. ^ a b Rodger, p.546
  7. ^ Adkins, p. 342
  8. ^ The Victory of Seapower, Gardiner, p. 88
  9. ^ Woodman, p. 172
  10. ^ Clowes, p. 59
  11. ^ James, Vol. 3, p. 213
  12. ^ a b Clowes, p. 336
  13. ^ a b James, Vol. 3, p. 248
  14. ^ Woodman, p. 194
  15. ^ Maffeo, p. 186
  16. ^ Indeks Harga Eceran di Britania Raya berbasis data dari Clark, Gregory (2017). "The Annual RPI and Average Earnings for Britain, 1209 to Present (New Series)". MeasuringWorth. Diakses tanggal 27 Januari 2019. 
  17. ^ a b c The Campaign of Trafalgar, Gardiner, p. 32
  18. ^ Woodman, p. 149
  19. ^ The Campaign of Trafalgar, Gardiner, p. 31
  20. ^ Tracy, p. 113
  21. ^ a b c James, Vol. 3, p. 249
  22. ^ a b Woodman, p. 195
  23. ^ Maffeo, p. 187
  24. ^ a b Clowes, p. 338
  25. ^ James, Vol. 3, p. 250
  26. ^ a b c d e The London Gazette: no. 15726. pp. 955–956. 07-08-1804.
  27. ^ James, Vol. 3, p. 277
  28. ^ "No. 16044". The London Gazette. 4 Juli 1807. hlm. 894. 
  29. ^ Situs web Angkatan Laut Chili, San Martín, navío Diarsipkan 2014-02-02 di Wayback Machine., diakses tanggal 26 Januari 2011.

Bibliografi

sunting
  • Adkins, Roy & Lesley (2006). The War for All the Oceans. Abacus.ISBN 978-0-349-11916-8. 
  • Brown, Anthony Jarrold (2008). Ill-Starred Captains: Flinders & Baudin. Fremantle Press.ISBN 1-921361-29-8. 
  • Clowes, William Laird (1997) [1900]. The Royal Navy, A History from the Earliest Times to 1900, Volume V. Chatham Publishing.ISBN 1-86176-014-0. 
  • Gardiner, Robert, ed (2001) [1996]. Nelson Against Napoleon. London: Caxton Editions.ISBN 1-86176-026-4. 
  • Gardiner, Robert, ed (2001) [1998]. The Campaign of Trafalgar. Caxton Editions.ISBN 1-84067-358-3. 
  • Gardiner, Robert, ed (2001) [1998]. The Victory of Seapower. Caxton Editions.ISBN 1-84067-359-1. 
  • James, William (2002) [1827]. The Naval History of Great Britain, Volume 3, 1800–1805. Conway Maritime Press.ISBN 0-85177-907-7. 
  • Maffeo, Steven E. (2000). Most Secret and Confidential: Intelligence in the Age of Nelson. London: Chatham Publishing.ISBN 1-86176-152-X. 
  • Parkinson, C. Northcote (1954). War in the Eastern Seas, 1793 – 1815.London: George Allen & Unwin Ltd. 
  • Rodger, N.A.M. (2004). The Command of the Ocean. Allan Lane.ISBN 0-7139-9411-8. 
  • Tracy, Nicholas (1998). Who's Who in Nelson's Navy; 200 Naval Heroes. Chatham Publishing.ISBN 1-86176-244-5. 
  • Woodman, Richard (2001). The Sea Warriors. Constable Publishers.ISBN 1-84119-183-3. 

Pranala luar

sunting