Pertempuran Laut Aru

Pertempuran Laut Aru, juga dikenal sebagai Pertempuran Vlakke Hoek (bahasa Belanda: Slag bij Vlakke Hoek), adalah sebuah pertempuran laut di Teluk Vlakke Hoek (Teluk Etna) Laut Arafura, Irian Barat, pada tanggal 15 Januari 1962, antara Indonesia dan Belanda.

Pertempuran Laut Aru
Bagian dari Operasi Trikora
Diorama yang menggambarkan pertempuran
Prangko Indonesia yang mengenang pertempuran tersebut
Tanggal15 Januari 1962
LokasiLaut Arafura
Hasil Kemenangan Belanda
Pihak terlibat
 Indonesia  Belanda
Tokoh dan pemimpin
Tidak diketahui
Pasukan
 Angkatan Laut Indonesia  Angkatan Laut Kerajaan Belanda
Kekuatan

3 kapal serang cepat kelas Jaguar

  • HNLMS Evertsen
  • HNLMS Kortenaer
  • HNLMS Utrecht
  • Didukung oleh pesawat P-2 Neptune
  • Korban
    1 kapal torpedo tenggelam
    3 tewas
    kru yang tersisa ditangkap
    Tidak ada

    Latar belakang

    sunting

    Pertempuran ini menghentikan upaya Angkatan Laut Indonesia untuk mendaratkan 150 tentara di Kaimana, Nugini Belanda untuk melakukan sabotase dan menghasut penduduk setempat untuk melawan pemerintah Belanda. Komodor Yos Sudarso bertanggung jawab atas operasi di laut, sementara Kolonel Mursyid memimpin para penyusup.[1]

    Pertempuran

    sunting

    Tiga kapal torpedo Indonesia meninggalkan Kepulauan Aru pada tengah malam tetapi dicegat di dekat pantai Nugini oleh pesawat pengintai Neptune Belanda, karena Belanda telah mengantisipasi aksi tersebut selama berminggu-minggu. Kapal torpedo menanggapi suar yang dikirim oleh pesawat dengan menembakinya. Kapal perusak Belanda HNLMS Evertsen kemudian bergabung dengan lokasi kejadian dan menenggelamkan RI Matjan Tutul yang dikomandoi oleh Sudarso. Dua kapal lainnya, RI Matjan Kumbang dan RI Harimau, melarikan diri, tetapi satu menabrak karang, dan yang lainnya terkena tembakan dan dilumpuhkan. Evertsen berhasil menyelamatkan sebagian besar awak Matjan Tutul, tetapi sedikitnya tiga pelaut tewas, di antaranya adalah Komodor Sudarso, sementara dua kapal Indonesia lainnya berhasil melarikan diri tanpa cedera.[1][2]

    Buntut kejadian

    sunting
     
    Replika Matjan Tutul yang diperkecil di Museum Satria Mandala, Jakarta

    Aksi Indonesia itu sendiri merupakan kegagalan besar dan Jenderal Nasution bahkan menolak untuk menyampaikan kabar buruk tersebut kepada Presiden Soekarno, memaksa Kolonel Murshid untuk melakukannya sendiri.[3] Namun, pertempuran kecil tersebut turut bertanggung jawab atas keterlibatan Uni Soviet dan Amerika Serikat dalam sengketa Irian Barat,[4] dan di Indonesia, pertempuran tersebut diperingati dengan “Hari Dharma Samudera”, sebuah hari peringatan nasional tahunan. Dua belas tahun setelah kematiannya, Yos Sudarso secara resmi dimasukkan ke dalam daftar pahlawan Revolusi Indonesia, sementara KRI Harimau kini disimpan di Museum Purna Bhakti Pertiwi di Taman Mini Indonesia Indah.[5]

    Referensi

    sunting

    Catatan kaki

    sunting
    1. ^ a b Bruins Slot, Rob; Jansen Hendriks, Gerda (16 January 2012). "50 years after the Battle of Vlakke Hoek. Near-war with Indonesia about New Guinea". www.geschiedenis24.nl (dalam bahasa Belanda). Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 November 2013. 
    2. ^ Media, Kompas Cyber (2021-08-02). "Pertempuran Laut Aru: Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all - Kompas.com". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-09-14. Diakses tanggal 2025-01-12. 
    3. ^ Bruins Slot, Rob; Jansen Hendriks, Gerda (16 January 2012). "50 years after the Battle of Vlakke Hoek. Near-war with Indonesia about New Guinea". www.geschiedenis24.nl (dalam bahasa Belanda). Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 November 2013. 
    4. ^ Djiwandono, Soedjati (1996). Konfrontasi Revisited: Indonesia's Foreign Policy Under Soekarno. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. hlm. 133–5. ISBN 978-9798026522. 
    5. ^ "KRI Harimau, Saksi Bisu Pertempuran Laut Aru". 19 March 2012. 

    Pranala luar

    sunting