Perkawinan Shinto, Shinzen kekkon (神前結婚, "Perkawinan sebelum kami"), dimulai di Jepang pada awal abad ke-20, dipopulerisasikan setelah perkawinan Putra Mahkota Yoshihito dan mempelainya, Putri Kujo Sadako. Upacara tersebut sangat bertemakan kemurnian Shinto, dan melibatkan upacara minum sake tiga cangkir sebanyak tiga kali, nan-nan-san-ku-do. Perkawinan Shinto makin menurun. Sangat sedikit orang Jepang yang menikah, dan orang-orang yang melakukannya sering kali memilih upacara kapel gaya Barat.

Upacara sunting

 
Sebuah upacara perkawinan Shinto.

Sebuah upacara perkawinan Shinto biasanya bersifat kecil-kecilan, dibatasi di kalangan keluarga, sementara resepsi dibuka untuk sejumlah besar tema.[1]

Shinzen kekkon, yang secara harfiah artinya "perkawinan sebelum kami," adalah ritual pemurnian Shinto[2] yang meliputi saling bertukar sake antar pasangan sebelum mereka menikah.[1] Upacara tersebut biasanya berjalan selama 20 sampai 30 menit.[3]

Referensi sunting

  1. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Ambros
  2. ^ Picken, Stuart D.B. (1994). Essentials of Shinto : an analytical guide to principal teachings. Westport, Conn. [u.a.]: Greenwood Press. ISBN 9780313264313. 
  3. ^ De Mente, Boyé Lafayette (2009). Etiquette guide to Japan know the rules that make the difference (edisi ke-Updated and expanded). North Clarendon, Vt.: Tuttle Pub. ISBN 9781462902460.