Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan merupakan keadaan diri seseorang dalam melakukan sesuatu seperti bertindak, bersikap, berpikir, dan memberikan umpan balik atau respon pada suatu hal dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Respon tersebut dapat berupa respon aktif dan pasif. Respon aktif yaitu tindakan yang langsung dilakukan dan respon pasif yaitu tindakan dalam bentuk berpikir atau berpendapat.

Bentuk sunting

Perilaku kesehatan memiliki tiga bentuk di antaranya yaitu, pertama adalah pengetahuan, dalam arti perilaku yang ada dalam pemikiran oleh seseorang mengenai suatu ilmu. Kedua adalah sikap, yaitu perbuatan seseorang dalam menanggapi sesuatu. Ketiga adalah tindakan nyata atau langsung, yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas yang dikehendaki untuk melakukan suatu hal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruh sunting

Menurut Soekidjo Notoatmodjo & Solita Sarwono, tahun 1985. Faktor yang berperan penting terjadinya perubahan perilaku yaitu pengalaman, kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan sarana fasilitas kesehatan memadai. Faktor-faktor tersebut selanjutnya memengaruhi keadaan manusia dalam berkeinginan, berkehendak, berkeperluan, menumbuhkan emosi, meningkatkan motivasi, memperbaiki sikap atau perilaku, dan menyesuaikan reaksi yang sepadan.[1]

Determinan sunting

Determinan perilaku kesehatan merupakan faktor yang menentukan atau membentuk seseorang dalam melakukan perilaku kesehatan yang tepat dan sesuai dengan tempatnya. Di sini akan membahas tiga teori tentang determinan perilaku kesehatan menurut para ahli yaitu Lawrence Green, Snehandu B. Kar, dan WHO yang merupakan patokan dan acuan dalam menentukan faktor perilaku kesehatan yang dipakai dalam standar umum kesehatan.[2]

Menurut Lawrence Green tahun 1980, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu, faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor pendukung di antaranya adalah kebiasaan, kebudayaan, tanggapan, pengetahuan, tradisi, nilai, dan sikap. Faktor pemungkin di antaranya adalah terpenuhinya lingkungan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, rujukan yang diperlukan, dan keahlian untuk melakukan sesuatu. Lalu faktor pendorong di antaranya adalah dari tenaga kesehatan berupa perilaku atau sikap yang dilakukannya untuk mempengaruhi atau memberikan contoh kepada masyarakat awam.[3]

Menurut Snehandu B. Kar tahun 1983, determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi lima yaitu, niat atau keinginan dari individu dalam berperilaku yang tepat, dukungan dari sekitar yang mempengaruhi perubahan atau pembentukan perilaku kesehatan, tersedianya fasilitas-fasilitas yang mampu menunjang terjadinya pembentukan perilaku yang sesuai, diberikannya kebebasan individu dalam melakukan perubahan perilaku, dan adanya situasi yang memungkinkan dalam melakukan tindakan untuk upaya perubahan perilaku yang diinginkan.[3]

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1983, determinan perilaku ada empat hal yaitu, pemikiran dan perasaan seseorang mengenai pandangannya terhadap sesuatu, adanya seseorang yang dianut atau dianggap penting yang bisa membuat perubahan yang lebih meyakinkan individu, terpenuhinya sumber atau fasilitas yang memadai, dan adanya kebudayaan dalam berperilaku atau bersikap seseorang dalam sehari-hari.[3]

Domain sunting

Terdapat tiga domain atau ranah yang membagi perilaku kesehatan yaitu domain kognitif yang berupa pemahaman, pengetahuan, pengaplikasian, penganalisian, dan evaluasi yang dilakukan. Lalu afektif yang berupa penerimaan, daya tanggap, dan rasa pertanggungjawaban. Selanjutnya psikomotor yang berupa pandangan terhadap suatu hal, respon yang diberikan, serta mekanisme dan proses pertahanan untuk menyesuaikan atau beradaptasi dengan hal baru.

Proses perubahan sunting

Menurut Rogers, tahun 1974 bahwa individu ketika akan melakukan perubahan perilaku membutuhkan beberapa proses hingga perilaku tersebut mampu diadopsinya untuk digunakan sehari-hari dalam kehidupan individu tersebut. Proses tersebut disimpulkan ada lima tahap di antaranya yaitu kesadaran yang menandakan bahwa individu tersebut sadar adanya pengaruh yang menstimulusnya. Kedua ada ketertarikan, ketika individu mulai merasa tertarik dengan pengaruh stimulus. Ketiga ada evaluasi, merupakan proses individu memilih dan berpikir tentang pengaruh stimulus itu baik atau tidak dan cocok atau tidak jika diterapkan pada kehidupannya. Ketiga ada percobaan, tahap di mana seseorang itu mencoba perilaku dari stimulus tadi untuk disimpulkan lagi bahwa sesuai tidak dengan dirinya sendiri. Terakhir yang kelima, adopsi merupakan fase penerimaan untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Referensi sunting

  1. ^ Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta: Andi Offset. 
  2. ^ Maulana, Heri D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 
  3. ^ a b c Agustin, Aat (2019). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: CV Budi Utama.