Pengajaran

aktivitas dalam mengasah pengetahuan dan kecakapan

Pengajaran adalah proes penyampaian informasi oleh pengajar kepada pelajar untuk keperluan belajar. Konsep pengajaran lebih sempit dibandingkan dengan pembelajaran. Pengajaran terdiri atas model dan metode pengajaran tertentu.

Konsep dasar

sunting

Dalam dunia pendidikan, konsep dasar dari pengajaran disandingkan dengan konsep dari pembelajaran. Kedua istilah ini memiliki makna yang hampir sama, tetapi konotasi yang dimilikinya masing-masing berbeda. Pengajaran memberikan kesan sebagai pekerjaan satu pihak saja.[1] Konsep pengajaran lebih sempit dibandingkan dengan konsep pembelajaran.[2]

Dalam dunia pendidikan, pengajaran dilakukan hanya oleh pengajar kepada pelajar untuk menyampaikan informasi.[3] Tujuan pengajaran oleh guru adalah menyampaikan pelajaran yang dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada pelajar. Di lain hal, pembelajaran merupakan hasil interaksi antara guru dan peserta didik.[1] Guru mengajar dengan tujuan memudahkan siswa dalam belajar. Setiap pengajaran harus dilandasi oleh suatu alasan. Alasan inilah yang akan dinilai oleh siswa sebagai sesuatu yang diajarkan dan mengandung makna.[4]

Model Dick dan Carey

sunting

Model Dick dan Carey adalah model pengajaran yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey. Dalam model ini, proses pengembangan dan perancangan pengajaran melalui sembilan tahap dengan langkah-langkah yang berurutan. Urutan langkah-langkahnya dapat dikembangkan oleh pengembang pengajaran sesuai dengan kebutuhan pengajaran untuk memperoleh pengajaran yang efektif.[5] Kesembilan tahap pengembangan pengajarna dalam Model Dick & Carey yaitu:[6]

  1. Mengidentifikasi tujuan instruksional
  2. Melakukan analisis instruksional
  3. Mempelajari perilaku awal dan karakteristik dari pembelajar
  4. Menulis tujuan kinerja
  5. Mengembangkan item tes berdasarkan rujukan kriteria
  6. Mengembangkan strategi instruksional
  7. Mengembangkan dan memilih bahan instruksional
  8. Mengembangkan dan melaksanakan evaluasi formatif
  9. Mengembangkan dan melaksanakan evaluasi sumatif

Model Gerlach dan Ely

sunting

Model Gerlach dan Ely dibuat pada tahun 1971. Tujuannnya untuk memberikan pedoman pengajaran yang sistematis untuk pembelajaran. Arah pembelajaran dapat digambarkan dengan jelas melalui Model Gerlach dan Ely karena seluruh proses belajar dan mengajar disebutkan semuanya. Namun, Model Gerlach dan Ely tidak memberikan perincian atas proses belajar dan mengajar tersebut. Perannya hanya sebagai pedoman untuk pembelajaran. Model Gerlach dan Ely juga memperlihatkan pola hubungan di antara masing-masing komponen belajar dan mengajar. Pola hubungan ini dapat dikembangkan oleh pengajar menjadi suatu rencana pengajaran. Model Gerlach dan Ely menetapkan 10 unsur yang digunakan untuk mengembangkan sistem instruksional.[7]

Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional

sunting

Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional merupakan salah satu model perencanaan pengajaran hasil gabungan dari beberapa model pengajaran lainnya. Gabungannya antar model perencanaan pengajaran versi pendidikan guru berbasis kinerja, model perencanaan pengajaran sistematika dan perencanaan pengajaran Model Davis. Model ini dikembangkan di Indonesia.

Pendekatan yang digunakan dalam Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional adalah pendekatan sistem. Orientasi utama dari pendekatan pengajaran Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional adalah pencapaian tujuan.  Prosedur pelaksanaannya terbagi menjadi lima  tahapan pokok yaitu perumusan tujuan, pengembangan alat evaluasi, pengembangan program kegiatan, penyusunan jadwal dan pelaksanaan pengajaran.[8]

Langkah pertama dikhususkan untuk merumuskan tujuan instruksional khusus. Tujuan ini memiliki empat kriteria yaitu menggunakan istilah operasional, berbentuk hasil belajar dan berbentuk perilaku, serta hanya menggunakan satu jenis perilaku.[8] Langkah pengembangan alat evaluasi diawali dengan menentukan jenis tes yang digunakan untuk memberikan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan. Tiap tujuan yang ingin dicapai dibuatkan item pertanyaannya. Setelah itu, kegiatan belajar ditetapkan sebagai alat evaluasi.  Setiap kegiatan belajar yang memungkinkan untuk mencapai tujuan pengajaran dirumuskan terlebih dahulu. Lalu, kegiatan-kegiatan belajar ini diseleksi sehingga ada ketetapan mengenai kegiatan belajar yang perlu ditempuh dan yang tidak perlu ditempuh. Kemudian, program kegiatan dikembangkan dengan merumuskan materi pelajaran, penerapan metode pengajaran dan menyiapkan alat pengajaran dan materinya. Setelah semua hal tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah menyusun jadwal pengajaran. Kemudian pengajaran diawali dengan melakukan tes sebelum pengajaran dan dilanjutkan dengan penyampaian materi pelajaran. Setelah pengajaran berakhir, diadakan tes lagi. Hasil tes ini kemudian diperiksa untuk melakukan perbaikan terhadap proses pengajaran.[9]

Metode

sunting

Pengajaran kuantum

sunting

Pengajaran kuantum adalah pengajaran yang memanfaatkan lingkungan belajar siswa untuk melakukan pengajaran. Siswa dan lingkungannya di dalam kelas dimanfaatkan untuk membuat pengajaran. Melalui pengajaran kuantum, guru dan siswa akan memiliki hubungan emosional yang baik. Pengajaran kuantum mengutamakan penyampaian pengetahuan dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru dengan saling memahami satu sama lain.[10]

Konsep pengajaran kuantum didasari oleh persamaan energi dalam fisika kuantum. Energi dalam pengajaran diartikan sebagai antusiasme, efektifitas belajar mengajar dan semangat belajar. Energi ini diperoleh melalui perkalian massa dengan interaksi di dalam kelas. Massa diwakili oleh semua individu di dalam kelas yang terlibat dalam proses belajar dan mengajar, serta situasi belajar dan materi pembelajaran. Sementara interaksi diwakili dengan segala hubungan yang terbentuk selama di kelas. Dari rumusan ini, antusiasme dan efektifitas belajar sangat bergantung kepada pembentukan interaksi dan proses belajar di dalam kelas.[11]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b Djamaluddin dan Wardana 2019, hlm. 14.
  2. ^ Yuberti 2014, hlm. 15.
  3. ^ Yuberti 2014, hlm. 14.
  4. ^ Yuberti 2014, hlm. 203.
  5. ^ Djamaluddin dan Wardana 2019, hlm. 37.
  6. ^ Djamaluddin dan Wardana 2019, hlm. 37-38.
  7. ^ Djamaluddin dan Wardana 2019, hlm. 39.
  8. ^ a b Djamaluddin dan Wardana 2019, hlm. 41-42.
  9. ^ Djamaluddin dan Wardana 2019, hlm. 42.
  10. ^ Yuberti 2014, hlm. 99.
  11. ^ Yuberti 2014, hlm. 99-100.

Daftar pustaka

sunting