Pembicaraan:Petahana

Komentar terbaru: 11 tahun yang lalu oleh 202.70.63.219 pada topik Untitled

Untitled sunting

Asalnya dari bahasa mana kata petahana ini? kenapa tidak disebutkan sekalian? kenapa membuat kata baru yang kurang populer padahal yang ada jauh lebih umum/populer? memang konyol Indonesia ini.– komentar tanpa tanda tangan oleh 114.79.3.214 (bk).

Mari, sudah saya lengkapi sejarah kata ini. Silakan disandingkan, kata buatan Anda atau Salomo Simanungkalit yang akan berterima. ‑Bennylin mufakat 23.16, 30 September 2012 (WIB)

--- Kayaknya inkamben lebih intuitif daripada petahana yang ga jelas asal katanya darimana. Asal bikin nih? Sptnya Malaysia jauh lebih pintar daripada Indonesia dalam hal penerjemahan efisien, setidaknya mereka gak perlu buka kamus lagi, langsung tau yang dirujuk apa.– komentar tanpa tanda tangan oleh 114.79.3.37 (bk). ---

Kata petahana itu sama sekali bukan kata baru bentukan wikipedia. Coba anda baca di sini. Bahkan media2 seperti Kompas dan Media Indonesia juga menggunakannya. Coba cari di Google :) 182.8.225.154 29 September 2012 23.50 (UTC)Balas


  • Coba saya tengahi saja ya dispute ini dgn jelas, kalau saya amati jika dibaca artinya dgn baik 'tahana' = kedudukan (posisi/position) atau martabat (harga diri/honor). kedudukan bukan berarti menunjukkan seseorang (dgn 'pe-') adalah yang sedang berkuasa, mari kita lihat contoh ini: "tahana/kedudukan dia masih rendah, masih belum bisa kasih ijin masuk barang." (kedudukan di sini artinya posisi jabatan seseorang dan tidak menunjukkan dgn jelas seberapa besar kekuasaan dia shg pantas disebut 'penguasa' alias 'yg sedang berkuasa' dan bukan sekadar 'pejabat' ('penguasa' sering digambarkan lebih powerful daripada 'pejabat'), pertanyaan saya adl kenapa bukan 'penguasa/pejabat' yang dipakai sbg padanan 'incumbent'? toh artinya sama = 'yg sedang berkuasa/menjabat' suatu jabatan politik/pemerintahan. ini malah cari kata baru ditambah prefix 'pe-' lalu dijadikan padanan incumbent, koq repot-2 begitu padahal kata yang pas sudah ada dalam B.Indonesia sejak lama). Sedangkan utk arti 'martabat/harga-diri' malah lebih tidak berhub. dgn arti incumbent itu sendiri, apa hubungannya harga-diri sesorang dgh pihak yang sedang berkuasa? Mari kita lihat contoh ini "SBY adalah incumbent (fonetik: inkamben) saat ini", apakah kita akan mengartikan sbg "SBY adalah (pemilik) harga-diri/martabat saat ini"? Aneh bukan? atau lebih lucu lagi, mari kita ganti dgn 'kedudukan' (posisi jabatan) menjadi "SBY adalah (pemilik) kedudukan saat ini" - Well? Kedudukan/posisi jabatan yang mana? setinggi/sebesar apa? OK, mari kita ganti dgn 'penguasa' menjadi "SBY adalah penguasa saat ini" - Silakan anda cerna sendiri mana yang lebih pas dgn arti incumbent sebenarnya. Tidak perlu gelar professor utk melihat mana yang lebih cocok/pas. Jadi saya tidak heran kalau nanti ada orang yang spt saudara Salomo ikut mengusulkan kata versi dia sendiri sbg 'tandingan', toh semua punya hak sama di negara ini. Kalau usul tsb memang terjadi setelah tahun 2000 (atau 2009? sesuai tanggal artikel refensi anda), tidak heran banyak yang tidak berkecimpung dlm politik baik sbg hobi atau cari nafkah, yang belum tahu kata petahana, kecuali kalau anda sebut 'penguasa'/'pejabat' itu sudah pada tahu semua karena sejak SD juga sudah diajarkan sejak EYD diperkenalkan, bahkan jauh sebelumnya. Simple aja koq, semua problem/dispute ini tidak akan terjadi kalau kata petahana yang BARU DIBUAT tidak muncul tiba-2 menggantikan kata 'pejabat' atau 'penguasa' yang sudah lama ada, mana artinya pas banget lagi dgn 'incumbent'. Bagi saya, maaf saja, sdr Salomo terkesan kurang kerjaan saja pake usul kata baru seolah-2 kita belum punya padanannya yang pas. Atau jangan-2, dia memang anti dgn kata 'penguasa'/'pejabat'? Hmmm... menarik... ehm... sekarang malah melebar jadi soal kejiwaan... :)

FYI, saya melihat ada kejadian seru antar admin di en.wiktionary bagian 'incumbent', mereka saling bertempur merevisi link versi Indonesian ke petahana dan inkamben, yang satu pro petahana (-sche), yang satu lagi netral (Chuck apalah..), pro keduanya, karena ternyata dia seorang ahli linguistik (kata berbasis fonetik biasa bagi dia krn intuitif sekali meniru yang disuarakan, bahasa Malay contohnya yang paling mudah - soal ini sudah ada yang ngomong juga diatas tuh). memang cuma ahli linguistik yang bisa mengerti masalah linguistik juga, bukan mandor/satpam pabrik, tau apa dia :) Semoga membantu penjelasan ini bagi semua.

Aneh, kenapa dihapus bagian ini, padahal nyatanya memang dipertentangkan dan memang itu yang terjadi sedang ada masalah diantara admin yang senang asal delete user/artikel sptnya tanpa mencari tahu dulu ada apa sebenarnya (-sche, the trigger-happy admin/editor) dgn yang lebih toleran/mindful (Chuck Entz, linguist/editor), apalagi menyangkut artikel yang disputable spt ini. Memang benar itu, dan sekarangpun akhirnya cuma merujuk ke inkamben yang sudah di-delete itu. Sesuai tulisan/komen diatas, kata 'penguasa' sudah ada, tidak perlu lagi ada kata baru 'petahana' yang disputable ini. Ini halaman pembicaraan, bukan artikel utama, harap jangan sembarangan menghapus komen orang apalagi menyangkut fakta. Trims.


Sbg tambahan, saya amati sdr. Salomo juga melakukan 'pelanggaran' terhadap tata bahasa kita yang sudah jamak dilakukan sejak dulu kala, yaitu proses peluruhan utk prefix tertentu dari kata dasar yang diawali oleh huruf tertentu spt: t, p, k, dst. Contoh (dgn prefix pe-): kacau -> pe-ngacau (k->ng), pantau -> pe-mantau (p->m), takut -> pe-nakut (t->n). Anda bisa cari contoh2 lainnya, tidak akan jauh beda dgn 'fenomena unik' bahasa kita ini. Melihat contoh2 peluruhan kata yang sudah umum tsb diatas, saya bingung mengapa ia tidak menulis "pe-nahana" dan malah "pe-tahana" utk kata dasar "tahana" (di KBBI tidak ada contoh dgn prefix "pe-" utk kata dasar ini sbg rujukan). Apa dia lupa kita punya sistem peluruhan konsonan jika diaplikasikan dgn prefix tertentu? Padahal katanya sesuai artikel di referensi dia rajin membuka kamus KBBI, koq bisa terlewat hal yang sangat dasar ini? Terbukti gelar keahlian tidak membuat seseorang lebih cermat/teliti dibanding yang biasa2 saja. Lagipula KBBI pun belum memberi 'ijin resmi' kpd kata 'petahana' sbg kata resmi (tidak ada rujukannya di KBBI Internet, termasuk deskripsi di kata dasarnya 'tahana'), jadi memang masih disputable meski coba/sedang dipopulerkan utamanya lewat media cetak/tulisan saat ini. Btw, dia juga menyebut 'takhta', menurut saya dibanding 'tahana', kata ini lebih dekat dgn arti incumbent, atau penguasa/yg (sedang) berkuasa, krn sang penguasa memang menduduki takhta (kekuasaan), tak peduli cara mendapatkannya ber-tahana (bermartabat/mulia) atau tidak. Incumbent tidak ada urusannya dgn kemuliaan/martabat/kedudukan - ini soal siapa yang berkuasa diatas takhta/jabatan politik semata. Sayangnya, 'takhta' pun tidak punya rujukan prefix 'pe-' dlm KBBI, krn memang sudah dipakai 'pe-nguasa' (orang yang menguasai 'takhta'/kekuasaan) dari kata dasar 'kuasa'. Setidaknya, jika dia mengusulkan 'pe-nakhta' (sbg persamaan kata 'penguasa' yang sudah lama ada) akan lebih sedikit mengundang kontroversi dibandingkan 'pe-tahana'. Tapi nanti padanan yang lebih mudah scr fonetik yaitu 'inkamben' akan tetap muncul sbg pesaing juga (merujuk langsung ke asal kata asingnya incumbent, dgn cara transcription/transkripsi atau alih-bunyi/lafal/eja). Jadi kalau ditanya pendapat saya, maka saya setuju saja incumbent padanan katanya 'penguasa' (orang yang sedang berkuasa (atas jabatan/kekuasaan politik tertentu)) supaya tidak menimbulkan polemik berkepanjangan lebih lanjut lagi. Setidaknya kata lama ini lebih mudah dipahami daripada kata2 bentukan baru yang membuat sebagian dari kita (yg bukan orang politik) mengerenyitkan dahi ketika mendengar/membaca kata bentukan baru tsb. Hanya pendapat bersahaja dari pengamat bahasa kelas 'gurem'.202.70.63.219 6 Oktober 2012 21.48 (UTC)Balas

Kembali ke halaman "Petahana".