Pembicaraan:Antarktika

Komentar terbaru: 5 bulan yang lalu oleh InternetArchiveBot pada topik External links found that need fixing (November 2023)

Ejaan sunting

Apakah tidak seharusnya: Antarktika (dengan "k")? •• ivanlanin •• 04:18, 13 Oktober 2006 (UTC)

Kenapa menggunakan "k", sebab setau saya setiap kata serapan ke dalam Bahasa Indonesia disesuaikan dalam konsonan yang ada dalam bahasa Indonesia... konsonan dalam bahasa Indonesia cuma mengenal a..z ditambah ng,ny dan sy. Konsonan 'rk' tidak dikenal dalam Bahasa Indonesia tidak dikenal dan ditranslasikan ke 'r' sebagai konsonan dengan pengucapan terdekan: Jadi terjemahannya yang tepat menurut saya adalah : Antartika dan bukan Antarktika. Mohon diperiksa di KBBI penulisannya adalah Antartika. Marfiadi
Maaf, pembicaraan ini saya buka kembali. Saya setuju dengan pernyataan Bung Marfiadi. Lihat rujukan di KBBI ini: http://kbbi.web.id/index.php?w=antartika. Jadi, saya usul bahwa bila dalam 2 minggu tidak ada komentar lain dgn alasan yg lebih kuat, maka artikel ini harus dipindahkan kembali ke Antartika. Salam, Naval Scene (bicara) 24 Desember 2012 15.31 (UTC)Balas
Saya sependapat dengan Sdr.Marfiadi dan Naval Scene. Ejaan yang benar sesuai KBBI adalah "antartika" bukan "antarktika". Seharusnya "antarktika" dialihkan ke "antartika" bukan sebaliknya. Terima kasih. Salam. Pierrewee (bicara) 14 Februari 2017 04.27 (UTC)Balas

Pemutakhiran KBBI bulan April 2018 mengganti ejaan Antartika menjadi Antarktika. Mungkin ada usul untuk memindahkannya kembali? https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda/Pemutakhiran Muhammad Rifqi Priyo Susanto (bicara) 13 April 2018 15.35 (UTC)Balas

Sepertinya saya   Setuju untuk memindahkan ke "Antarktika" per entri KKBI. ··· 🌸 Rachmat04 · 14 April 2018 05.28 (UTC)Balas

Suntingan anon sunting

Bagian desas-desus dan tanpa rujukan hasil suntingan anon sementara dipindahkan ke sini. Kalau sudah dilengkapi rujukan, silakan pindahkan kembali ke artikel. Midori (bicara) 23 Desember 2011 05.03 (UTC)Balas

Selama beberapa tahun terakhir, desas-desus telah beredar di Jepang tentang keberadaan raksasa bentuk kehidupan humanoid yang menghuni perairan es Antartika. Dilaporkan diamati berkali-kali oleh anggota awak kapal pemerintah yang melakukan “penelitian paus”, ini disebut “Ningen” (lit. “manusia“) dikatakan sepenuhnya berwarna putih dengan panjang sekitar 20 hingga 30 meter. [antarctic_humanoid_4.jpg]Saksi mata menggambarkan mereka sebagai memiliki bentuk seperti manusia, seringkali dengan kaki, lengan, dan bahkan lima jari tangan. Kadang-kadang mereka digambarkan memiliki sirip atau yang besar-seperti ekor putri duyung bukan kaki. Yang hanya dapat dilihat bagian wajah seperi mata dan mulut. [antarctic_humanoid_5.jpg]Menurut sumber, anggota awak di dek mengamati sebuah benda yang mereka pikir awalnya kapal selam asing di kejauhan. Ketika mereka mendekat, bagaimanapun, menjadi jelas dari bentuk tak beraturan hal itu bukan buatan manusia – itu masih hidup. Makhluk dengan cepat menghilang di bawah air. [antarctic_humanoid_2.jpg]Untuk sebagian besar, keberadaan Ningen dianggap sebagai sebuah legenda. Banyak informasi tentang makhluk diisukan ini dapat ditelusuri kembali ke serangkaian posting di forum 2channel, ditulis oleh seseorang menggambarkan pengalaman seorang teman yang bekerja pada pemerintah di kapal penelitian ikan paus. Thread yang populer menarik perhatian banyak pembaca dari luar komunitas 2channel, dan edisi November 2007 MU majalah, publikasi Jepang dikhususkan untuk mempelajari fenomena paranormal, menampilkan artikel tentang humanoids Antartika. Artikel ini berspekulasi tentang kemungkinan makhluk-makhluk tak dikenal yang menghuni laut selatan, dan ini termasuk screenshot Google Maps yang menunjukkan apa yang tampak seperti Ningen di Samudera Atlantik Selatan di lepas pantai Namibia. Hingga saat ini, tidak ada bukti kuat telah disajikan untuk mengkonfirmasi keberadaan Ningen. Pemerintah diyakini menyimpan catatan detail dari penampakan, tetapi mereka telah merilis tidak ada informasi kepada publik dan telah dilaporkan saksi mata diperintahkan untuk tetap diam.
Christian Aldea, ilmuwan asal Spanyol, menemukan spesies baru hewan lunak (mollusca) raksasa di Antartika yang kemudian diberi nama Zeidora antartica. Spesies ini ditemukan saat Aldea dan rekan dari Departemen Ekologi dan Zoologi Universitas Vigo, Spanyol, melakukan ekspedisi beberapa waktu lalu.
Zeidora antartica, meski disebut raksasa, sebenarnya hanya berukuran 14 mm. Disebut raksasa karena ukuran spesies ini tergolong besar dibanding dengan hewan lain yang berada dalam satu genus, yang biasanya hanya berukuran tak lebih dari 5 mm.
Seperti tertera dalam namanya, spesies ini masuk dalam genus Zeidora. Aldea mengatakan, "Genus ini merupakan grup hewan yang belum banyak dipahami. Grup ini terdiri atas 14 spesies dengan hanya sedikit spesimen yang ditemukan."
Spesies hewan lunak raksasa ini memiliki kemiripan secara morfologi dengan limpet (Fissurellidae). Persisnya, spesies ini ditemukan pada kedalaman 600 meter di Laut Bellingshausen di Antartika. Selain di tempat ini, genus Zeidora, di antaranya, ditemukan di Panama dan Jepang.
"Kami melakukan deskripsi spesies berdasarkan ciri-ciri cangkang karena tidak ada jaringan lunak yang ditemukan pada satu-satunya spesimen yang diambil," kata Aldea seperti dikutip Science Daily, Sabtu (8/10/2011). Meski demikian, dipastikan bahwa spesies ini masih eksis, bukan fosil.
Spesimen spesies baru ini kini disimpan di National Natural History Museum di Madrid. Spesies telah dibandingkan dengan spesies dalam genus Zeidora lain yang disimpan di Natural History Museum di London. Hasil penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal The Nautilus.
Monster-monster Laut Tertangkap dari Perairan Antartika
Dari perairan dingin Antartika, para ilmuwan berhasil merekam dan menangkap makhluk-makhluk laut raksasa. Salah satu monster laut itu berbentuk mirip laba-laba laut namun berukuran sebesar piring makan. Seekor ubur-ubur yang memiliki tentakel hingga 6 meter juga ikut ditangkap.
“Gigantisme sangat biasa di perairan Antartika, kami telah mengumpulkan cacing raksasa, udang raksasa, dan laba-laba laut yang sebesar piring ini,” ujar Martin Riddle, ilmuwan Australia, Selasa (19/2). Banyak di antaranya ikan-ikan yang hidup di kegelapan dan bermata besar sehingga terlihat menakutkan.
Makhluk-makhluk laut yang misterius itu adalah sebagian dari koleksi yang dikumpulkan para peneliti dari Laut Selatan selama ekspedisi CEAMARC (Collaborative East Antarctic Marine Sensus). Sekitar 25 persen sampel yang dikoleksi diperkirakan baru dalam dunia sains hewan. Masing-masing seberat rata-rata 30 kilogram dan sebagain diambil dari kedalaman antara 200-1400 meter.
Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai sensus kehidupan laut di dekat Kutub Selatan. Para peneliti gabungan dari Jepang, Australia, dan Prancis melakukan ekspedisi dengan tiga kapal ilmiah, masing-masing Aurora Australia, L’Astrolabe milik Prancis, dan Umitaka Maru milik Jepang.
“Spesimen-spesimen yang dikumpulkan akan dikirim ke universitas-universitas dan museum-museum di sleuruh dunia untuk diidentifikasi, diperiksa jaringannya, dan dikodekan DNA-nya,” ujar Graham Hosie, ketua proyek sensus dari kapal Umitaka Maru. Para ilmuwan menggunakan data-data pengukuran ini untuk menilai perubahan ekosistem laut dalam akibat pemanasan global.
CEAMARC adalah bagian dari sensus kehidupan laut Antartika yang dikoordinasikan Australian Antarctic Division. Sepanjang Tahun Kutub Internasional (2007-2009) telah dijadwalkan pengiriman 16 kapal ilmiah untuk melakukan penelitian.


1959: Antartika, Benua Bebas Militer
SEBANYAK 12 negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet, menyetujui Perjanjian Antartika. Perjanjian tersebut melarang segala aktivitas militer dan pengujian senjata di Benua Antartika.
Perjanjian Antartika menjadi perjanjian pengendalian senjata pertama yang ditandatangani dalam periode Perang Dingin. Sejak 1800-an, sejumlah negara termasuk Inggris, Australia, Cile, dan Norwegia mengklaim sebagai pemilik Benua Antartika.
Klaim-klaim itu menyebabkan perselisihan diplomatik dan bentrokan senjata. Pada 1948 angkatan perang militer Argentina menembaki tentara Inggris di wilayah yang sama-sama mereka klaim. Insiden tersebut membuat Uni Soviet tertarik kepada benua ini.
Hal tersebut diketahui AS sehingga memacu AS untuk mengusulkan agar benua tersebut berada dalam pengawasan PBB. Tetapi, gagasan itu ditolak.
Pada 1950-an beberapa pejabat AS mulai memberikan tekanan agar Amerika bertindak lebih aktif mengenai Antartika, sebab mereka percaya bahwa benua tersebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai lahan pengujian nuklir. Tetapi, Presiden Dwight D Eisenhower mengambil pendekatan yang berbeda.
Dia malah bekerja sama dengan Uni Soviet untuk mengeluarkan perjanjian yang menjadikan Antartika sebagai zona bebas militer. Perjanjian itu mulai berlaku pada Juni 1961.

External links found that need fixing (Oktober 2023) sunting

Hello fellow editors,

I have found one or more external links on Antarktika that are in need of attention. Please take a moment to review the links I found and correct them on the article if necessary. I found the following problems:

When you have finished making the appropriate changes, please visit this simple FaQ for additional information to fix any issues with the URLs mentioned above.

This notice will only be made once for these URLs.

Cheers.—InternetArchiveBot (Melaporkan kesalahan) 24 Oktober 2023 22.57 (UTC)Balas

External links found that need fixing (November 2023) sunting

Hello fellow editors,

I have found one or more external links on Antarktika that are in need of attention. Please take a moment to review the links I found and correct them on the article if necessary. I found the following problems:

When you have finished making the appropriate changes, please visit this simple FaQ for additional information to fix any issues with the URLs mentioned above.

This notice will only be made once for these URLs.

Cheers.—InternetArchiveBot (Melaporkan kesalahan) 22 November 2023 10.11 (UTC)Balas

Kembali ke halaman "Antarktika".