Panji Masyarakat
Panji Masyarakat atau disingkat Panjimas adalah majalah dwi-mingguan berbahasa Indonesia yang terbit pertama kali pada Juli 1959. Majalah ini sempat dibredel oleh Presiden Indonesia yaitu Soekarno pada Mei 1960. Majalah ini kemudian diterbitkan kembali pada 5 Oktober 1966 hingga menjelang akhir 1970-an. Pendirinya adalah Hamka, Jusuf Abdullah Puar, Faqih Usman, dan H.M. Joesoef Ahmad. Meski demikian, majalah ini identik dengan sosok Hamka.[1]
Pendiri | Hamka, Jusuf Abdullah Puar, Faqih Usman, dan H.M. Joesoef Ahmad |
---|---|
Terbitan pertama | Juli 1959 |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia |
Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007, Panji Masyarakat merupakan media yang merdeka dari organ pergerakan, aliran, mazhab, atau paham keagamaan mana pun yang bertunas atau mapan di Tanah Air. Secara eksplisit, majalah ini mengajak pembacanya untuk tidak terikat, apalagi sampai taklid, kepada sesuatu mazhab dan aliran pemikiran Islam. Sebaliknya, Panji Masyarakat mendorong pembacanya untuk mengembangkan ijtihad dan pemikiran independen [1]
Pada Mei 1960, Panji Masyarakat memuat tulisan Mohammad Hatta, yang saat itu telah mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden RI, berjudul "Demokrasi Kita". Hatta dalam artikel itu menunjukkan bahwa sistem kekuasaan otoritarianisme tidak akan bertahan lama, paling-paling seumur penciptanya. Akibatnya, Presiden Soekarno membredel majalah ini.
Panji Masyarakat terbit kembali pada 5 Oktober 1966 di bawah pimpinan Rusydi Hamka, putra dari Hamka. Pada era ini, Panji Masyarakat terbit setiap minggu. Setelah Hamka meninggal pada 23 Maret 1980, penerbitan majalah ini tertatih-tatih. Saat ini, Panji Masyarakat bertransformasi menjadi media online dengan pemimpin redaksi A. Suryana Sudrajat. Rubrik-rubriknya meliputi Adab Rasul, Aktualita, Bintang Zaman, Cakrawala, Mutiara, Muzakarah (tanya jawab masalah Islam dan kemasyarakatan), Pengalaman Religius, Relung (editorial) dan Tafsir.
Rubrik
suntingRelung
suntingDari Hati ke Hati merupakan sebuah rubrik dalam majalah Panji Masyarakat yang membahas tentang peradaban Barat, Yahudi, Kristen dan Islam. Salah satu topiknya yaitu pengungkapan jati diri yang sebenarnya dari pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk. [2] Husaini, Adian
Referensi
sunting- ^ a b Hartanto 2007, hlm. 787-785.
- ^ Husaini, Adian 2005, hlm. X.
Daftar Pustaka
sunting- Hartanto, agung dwi; et al. (2007). Seabad pers kebangsaan 1907-2007. Jakarta: I:Boekoe, 2007. ISBN 9789791436021.