Panchen Lama (Tibet: པཎ་ཆེན་བླ་མ།Wylie: paN chen bla ma) adalah seorang tulku dalam mazhab Gelug Buddhisme Tibet. Panchen Lama merupakan salah satu tokoh paling penting dalam tradisi Gelug, dengan otoritas spiritual yang menempati posisi kedua setelah Dalai Lama. Bersama dengan dewan lama tinggi, ia bertugas mencari reinkarnasi Dalai Lama berikutnya.[1] Kata Panchen merupakan gabungan dari Pandita dan Chenpo, yang berarti "sarjana agung".

Khedrup Gelek Pelzang, Panchen Lama ke-1
Panchen Erdeni
(gelar sejak 1713)
Hanzi tradisional: 班禪額爾德尼
Hanzi sederhana: 班禅额尔德尼
Makna harfiah: Pandita-Chenpo (Gelar Buddha Sansekerta-Tibet, yang berarti "Sarjana Agung”)
+
Erdeni (Kata serapan dari bahasa Mongolia, yang berarti "harta karun”)

Pengakuan terhadap Panchen Lama dimulai dengan Lobsang Chökyi Gyaltsen, guru dari Dalai Lama ke-5, yang menerima gelar "Panchen Bogd" dari Altan Khan dan Dalai Lama pada tahun 1645.[2] Kata Bogd berasal dari bahasa Mongolia, yang berarti "suci".[3] Khedrup Gelek Pelzang, Sönam Choklang, dan Ensapa Lobsang Döndrup kemudian secara anumerta diakui sebagai Panchen Lama pertama hingga ketiga.

Pada tahun 1713, Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing menganugerahkan gelar Panchen Erdeni kepada Panchen Lama ke-5. Pada tahun 1792, Kaisar Qianlong mengeluarkan dekrit yang dikenal sebagai Peraturan 29 Pasal untuk Pemerintahan Tibet yang Lebih Efektif, dan Pasal Pertama dari dekrit tersebut dirancang untuk digunakan dalam proses pemilihan rinpoche, lama, dan jabatan tinggi lainnya dalam Buddhisme Tibet, termasuk Dalai Lama, Panchen Lama, dan para lama Mongolia.[4][5][6]

Secara tradisional, Panchen Lama adalah kepala Biara Tashilhunpo dan memegang kekuasaan keagamaan sekaligus sekuler atas region Tsang yang berpusat di Shigatse, terlepas dari otoritas Ganden Podrang yang dipimpin oleh Dalai Lama.[7][8] Dalai Lama dan Panchen Lama memiliki hubungan yang erat, dan masing-masing turut serta dalam proses pengakuan reinkarnasi satu sama lain.[9]

Sejarah

sunting
 
Lobsang Yeshe, Panchen Lama ke-5

Para Panchen Lama secara berurutan membentuk garis reinkarnasi tulku yang diyakini sebagai penjelmaan dari Amitābha. Gelar Panchen Lama, yang berarti "Sarjana Agung", merupakan singkatan dalam bahasa Tibet dari kata Sanskerta paṇḍita (sarjana) dan kata Tibet chenpo (agung). Panchen Lama secara tradisional tinggal di Biara Tashilhunpo di Shigatse. Dari nama biara ini, orang-orang Eropa menyebut Panchen Lama sebagai Tashi Lama (juga dieja Tesho Lama atau Teshu Lama).[10][11][12][13][14]

Gelar lain dari Panchen Lama mencakup "Panchen Bogd", yaitu gelar asli yang diberikan oleh Altan Khan saat pembentukan garis keturunannya. Kata Bogd (bahasa Mongol: ᠪᠣᠭᠳᠠ) berasal dari bahasa Mongolia yang berarti "suci" atau "wali".[2] Pada tahun 1713, Panchen Lama ke-5, Lobsang Yeshe, menerima gelar "Panchen Erdeni" dari Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing, dan gelar ini diwariskan kepada para Panchen Lama setelahnya. Kata Erdeni atau Erdini (Manchu: ᡝᡵᡩᡝᠨᡳ) berasal dari bahasa Manchu yang berarti "harta karun".[15][16]

Panchen Lama Pertama

sunting

Lobsang Chökyi Gyaltsen (1570–1662) adalah Panchen Lama pertama yang dianugerahi gelar tersebut semasa hidupnya. Ia merupakan guru dan sekutu dekat Dalai Lama ke-5,[17] yang dikenal sebagai "Dalai Lama Kelima yang Agung". Dalai Lama ke-5 menyatakan bahwa Panchen Lama adalah penjelmaan dari Buddha surgawi Amitābha.[18][19]

Dalai Lama ke-5 meminta Panchen Lama untuk menerima Biara Tashilhunpo, yang dibangun oleh Dalai Lama pertama, sebagai tempat kedudukan sepanjang kehidupannya di berbagai inkarnasi mendatang.[20] Sejak saat itu, setiap inkarnasi Panchen Lama menjadi kepala Biara Tashilhunpo,[18] dan di sanalah mereka menerima pendidikan serta diabadikan jasadnya setelah wafat dalam bentuk mumi.[20]

 
Dalai Lama ke-5

Ketika Lobsang Chökyi Gyaltsen wafat pada tahun 1662, Dalai Lama ke-5 memulai tradisi pencarian reinkarnasinya.[21] Ia juga menetapkan bahwa gelar Panchen, yang sebelumnya merupakan gelar kehormatan bagi semua lama yang sangat terpelajar, hanya akan diberikan secara eksklusif kepada para penerusnya. Khedrub Je, Sönam Choklang, dan Ensapa Lobsang Döndrup kemudian secara anumerta dinyatakan oleh Dalai Lama ke-5 sebagai inkarnasi sebelumnya dari Lobsang Chökyi Gyaltsen, Panchen Lama ke-4 (1570–1662). Secara tradisional, diyakini ada empat inkarnasi dari India dan tiga dari Tibet sebelum Khedrub Je, yang bermula dari Subhuti, salah satu murid asli Sang Buddha Gautama. Gö Lotsawa dianggap sebagai inkarnasi Tibet pertama dari Amitābha dalam garis ini.[22][23]

Pengakuan atas Panchen Lama selalu melibatkan Dalai Lama.[24][25] Choekyi Gyaltsen, Panchen Lama ke-10, sendiri menyatakan (sebagaimana dikutip dalam sebuah ulasan resmi pemerintah Tiongkok) bahwa "menurut tradisi Tibet, pengesahan baik atas Dalai maupun Panchen harus dilakukan secara saling mengakui".[26]

Keterlibatan pemerintah Tiongkok dalam urusan ini dipandang oleh sebagian pihak sebagai upaya politis untuk menguasai proses pengakuan Dalai Lama selanjutnya dan memperkuat kontrol mereka atas masa depan Tibet serta pemerintahannya. Namun pemerintah Tiongkok mengklaim bahwa keterlibatan mereka tidak melanggar tradisi, karena keputusan akhir terkait pengakuan Dalai Lama maupun Panchen Lama secara historis berada di tangan kaisar Tiongkok. Sebagai contoh, setelah tahun 1792, diyakini bahwa Guci Emas digunakan dalam pemilihan Dalai Lama ke-10, ke-11, dan ke-12.[27] Namun, Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, belakangan menyatakan bahwa Guci Emas sebenarnya hanya benar-benar digunakan dalam pemilihan Dalai Lama ke-11, sedangkan dalam kasus lainnya hanya digunakan untuk menyenangkan pihak Tiongkok guna mengesahkan keputusan yang sebenarnya telah ditentukan melalui metode tradisional.[28]

Masa modern

sunting
 
Thubten Choekyi Nyima, Panchen Lama ke-9
 
Dalai Lama ke-14 dan Panchen Lama ke-10 pada tahun 1954.

Pada tahun 1924, Dalai Lama ke-13 melarang para pengikut Panchen Lama ke-9 untuk menduduki jabatan apa pun dalam pemerintahan Tibet Tengah dan memenjarakan mereka di Lhasa, yang mendorong Panchen Lama untuk melarikan diri ke Mongolia Dalam, Tiongkok.[29][30] Dalai Lama saat itu berupaya memungut pendapatan dari tanah milik Panchen Lama guna membiayai keperluan militer Tibet serta untuk mengurangi pengaruh kekuasaan Panchen Lama.[31]

Di Tiongkok, Panchen Lama ke-9 menyusun rencana untuk membangun Tibet.[32] Ia juga memegang jabatan dalam Komisi Urusan Mongolia dan Tibet, dan dianggap sangat "pro-Tiongkok".[33][34][35] Di sana, ia mengadopsi gagasan-gagasan Sun Yat-sen melalui tokoh revolusioner Pandatsang Rapga dari Partai Perbaikan Tibet.[36][37]

Ketika Panchen Lama ke-9 wafat pada tahun 1937, dilakukan dua pencarian secara bersamaan untuk menemukan inkarnasi ke-10, yang menghasilkan dua kandidat yang saling bersaing. Pejabat-pejabat Dalai Lama memilih seorang anak laki-laki dari Xikang, sedangkan pihak Panchen Lama memilih Gonpo Tseten.[38] Pemerintah Republik Tiongkok, yang saat itu tengah terlibat dalam Perang Saudara Tiongkok, menyatakan dukungannya terhadap Tseten pada 3 Juni 1949.[39] Gubernur Nasionalis Tiongkok Ma Bufang mengizinkan Biara Kumbum untuk sepenuhnya dikelola secara mandiri oleh Tseten, yang kemudian diberi nama Gyaltsen,[40] sementara pemerintah Dalai Lama ke-14 menolak mengakuinya.[41]

Panchen Lama ke-10 berusaha membalas dendam terhadap Dalai Lama dengan memimpin pasukan untuk melawannya, dan pada September 1949 ia meminta bantuan dari Ma Bufang.[42] Namun, pemerintah Nasionalis Tiongkok, yang saat itu berada di ambang kekalahan dari pihak komunis, justru meminta bantuan dari Panchen Lama. Mereka menyusun rencana agar tiga divisi Khampa dipimpin oleh Panchen Lama sebagai basis gerakan anti-komunis di Tiongkok Barat Daya,[38][43] tetapi Panchen Lama memutuskan untuk membelot ke pihak komunis. Berbeda dengan Dalai Lama, Panchen Lama berupaya untuk memiliki kendali langsung dalam pengambilan keputusan.[44][45]

Pada awalnya, Panchen Lama mendukung kebijakan komunis terhadap Tibet.[41] Radio Beijing menyiarkan seruannya agar Tibet "dibebaskan" dan bergabung dengan Republik Rakyat Tiongkok, yang menimbulkan tekanan pada pemerintah Lhasa untuk bernegosiasi dengan pihak Tiongkok.[38] Ia juga menyerukan agar rakyat Tibet mendukung pemerintah Tiongkok.[46]

 
Panchen Lama ke-10 pada 1959
 
Panchen Lama ke-10 saat sesi penghakiman publik pada 1964, sebelum penangkapannya.

Namun, pada tahun 1962, ia menulis Petisi 70.000 Karakter yang merinci berbagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan di Tibet, dan mendiskusikannya dengan Perdana Menteri Zhou Enlai.[47] Akibatnya, pada tahun 1964 ia dipenjara dan dipaksa menjalani sesi-sesi penghakiman publik.[48] Ia dibebaskan pada Oktober 1977, tetapi kembali dikenai tahanan rumah pada tahun 1982. Pada tahun 1979, ia menikah dengan seorang perempuan Han Tiongkok dan pada tahun 1983 mereka dikaruniai seorang putri bernama Yabshi Pan Rinzinwangmo, yang lebih dikenal dengan nama "Renji".[49][50] Pada tahun 1989, Panchen Lama ke-10 meninggal dunia secara mendadak di Shigatse pada usia 51 tahun, tak lama setelah memberikan pidato yang mengkritik ekses Revolusi Kebudayaan di Tibet namun memuji kebijakan reformasi dan keterbukaan pada era 1980-an.[51]

Dalai Lama menetapkan Gedhun Choekyi Nyima sebagai inkarnasi ke-11 dari Panchen Lama pada 14 Mei 1995.[52][53][54][55] Namun, pemerintah Tiongkok bersikeras bahwa Panchen Lama ke-11 harus dipilih melalui Guci Emas. Dalam proses pemilihan, nama-nama calon ditentukan lewat undian dari Guci Emas.[56] Otoritas Tiongkok kemudian mengumumkan Gyancain Norbu sebagai pilihan resmi dari panitia pencari pada 11 November 1995.[57]

Sejak 17 Mei 1995, Gedhun Choekyi Nyima tidak pernah terlihat oleh pihak independen. Pemerintah Tiongkok mengklaim bahwa ia menjalani "kehidupan pribadi yang normal".[58] Namun, rakyat Tibet dan kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia terus menyerukan pembebasannya.[59]

Hubungan dengan garis keturunan Dalai Lama

sunting
 
Dalai Lama ke-14 yang ditemukan oleh Panchen Lama ke-9.

Panchen Lama memikul sebagian tanggung jawab sebagai biksu-wali dalam menemukan reinkarnasi Dalai Lama, dan demikian pula sebaliknya.[60] Tradisi ini telah berlangsung sejak Dalai Lama ke-5 mengakui gurunya, Lobsang Choekyi Gyaltsen, sebagai Panchen Lama dari Tashilhunpo. Dengan pengangkatan ini, tiga inkarnasi sebelumnya dari Lobsang Choekyi Gyaltsen secara anumerta diakui sebagai Panchen Lama. Dalai Lama ke-5 yang dikenal sebagai “Dalai Lama Kelima yang Agung” juga mengakui Lobsang Yeshe sebagai Panchen Lama ke-5. Dalai Lama ke-7 mengakui Lobsang Palden Yeshe sebagai Panchen Lama ke-6, yang kemudian mengakui Dalai Lama ke-8. Demikian pula, Dalai Lama ke-8 mengakui Palden Tenpai Nyima sebagai Panchen Lama ke-7.[61] Dalai Lama ke-14 yang sekarang pertama kali ditemukan oleh Panchen Lama ke-9 saat ia tinggal di Biara Kumbum. Pada Februari 1937, Panchen Lama melaporkan hasil penyelidikannya kepada para perwakilan pemerintah Tibet, yang kemudian mengonfirmasi identitas Dalai Lama yang baru.[62] Pada 26 Januari 1940, Wali Reting Rinpoche meminta kepada Pemerintah Pusat agar Tenzin Gyatso dibebaskan dari proses pengundian menggunakan Guci Emas untuk diangkat menjadi Dalai Lama ke-14.[63][64] Permintaan tersebut disetujui oleh Pemerintah Pusat.[65]

Pengaruh politik

sunting
 
Unjuk rasa di Kota New York menuntut pembebasan Panchen Lama ke-11 pilihan Dalai Lama yang hilang, 2011.

Tokoh-tokoh monastik secara historis memegang peran penting dalam struktur sosial Tibet, dan meskipun peran-peran tersebut telah berkurang sejak tahun 1959, banyak orang Tibet yang masih menganggap Panchen Lama sebagai sosok yang penting secara politik sekaligus spiritual karena perannya secara tradisional dalam pemilihan Dalai Lama berikutnya. Signifikansi politik dari peran ini juga dimanfaatkan oleh negara Tiongkok.[66] Kelompok-kelompok pendukung Tibet seperti Free Tibet yang berbasis di London berpendapat bahwa pemerintah Tiongkok berupaya menetapkan pilihannya sendiri atas Dalai Lama ketika Tenzin Gyatso, Dalai Lama saat ini, wafat, dan bahwa karena alasan inilah Panchen Lama pilihan Dalai Lama, Gedhun Choekyi Nyima, menghilang pada usia enam tahun, lalu digantikan oleh pilihan negara Tiongkok, Gyaincain Norbu. Diduga bahwa pemerintah Tiongkok mungkin akan memberikan gelar Dalai Lama kepada anak dari anggota Partai Komunis etnis Tibet yang setia, dan akan menekan pemerintah-pemerintah Barat agar mengakui anak pilihannya itu—dan bukan anak yang dipilih oleh para Lama di India—sebagai pemimpin Buddhisme Tibet.[67]

Referensi

sunting
  1. ^ "Panchen Lama". Britannica Online Encyclopedia. Diakses tanggal May 8, 2017.
  2. ^ a b Chuluun, Sampildondov; Bulag, Uradyn E. (2013). The Thirteenth Dalai Lama on the Run (1904–1906): Archival Documents from Mongolia. BRILL. hlm. 17. ISBN 978-9004254558.
  3. ^ Lessing, Ferdinand D. (1960). Mongolian-English Dictionary. University of California Press.
  4. ^ "Reincarnation". 14th Dalai Lama. September 24, 2011. Diarsipkan dari asli tanggal May 14, 2015. Diakses tanggal December 17, 2015.
  5. ^ "Origin of "drawing lots from the golden urn"_Tibetan Buddhism_TIBET". eng.tibet.cn. Diarsipkan dari asli tanggal 2018-04-01.
  6. ^ Smith 1997, p. 135.
  7. ^ Goldstein, Melvyn C. (2007). A History of Modern Tibet, Volume 2: The Calm Before the Storm: 1951–1955. University of California Press. hlm. 267. ISBN 978-0-520-24941-7.
  8. ^ Goldstein, Melvyn C.; Sherap, Dawei; Siebenschuh, William R. (2004). A Tibetan Revolutionary: The Political Life and Times of Bapa Phüntso Wangye. University of California Press. hlm. 161. ISBN 0-520-24089-8.
  9. ^ "China, Tibet and the Dalai Lama". The Economist.
  10. ^ "Pro-British Tashi Lama Succeeds Ousted Dalai Lama. British to Leave Lhasa". The New York Times. September 19, 1904. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2012-11-11. Diakses tanggal February 25, 2018.
  11. ^ Fort William-India House correspondence: In the index, "Tashi Lama. See Teshu Lama". and "Teshu Lama (Teshi Lama, Tesho Lama)".
  12. ^ "Definition for "Lama"". Oxford English Dictionary Online. The chief Lamas[…]of Mongolia [are called] Tesho- or Teshu-lama.
  13. ^ "The Institution of the Dalai Lama", by R. N. Rahul Sheel in The Tibet Journal, Vol. XIV No. 3. Autumn 1989, p. 32, n. 1
  14. ^ Richardson 1984, pp.54–55
  15. ^ Dalal, Roshen (2010). The Religions of India: A Concise Guide to Nine Major Faiths. Penguin Books India. hlm. 279. ISBN 978-0-14-341517-6. Diakses tanggal May 20, 2017.
  16. ^ Tibetan People's Right of Self-determination: Report of the Workshop on Self-determination of the Tibetan People: Legitimacy of Tibet's Case 1994/1996, India. Delhi, India: Tibetan Parliamentary and Policy Research Centre. 2008. hlm. 110.
  17. ^ Mullin 2001, p.174
  18. ^ a b Tibet is My Country: Autobiography of Thubten Jigme Norbu, Brother of the Dalai Lama as told to Heinrich Harrer, p. 121. First published in German in 1960. English translation by Edward Fitzgerald, published 1960. Reprint, with updated new chapter, (1986): Wisdom Publications, London. ISBN 0-86171-045-2.
  19. ^ Richardson 1984, p. 54
  20. ^ a b Mullin 2001, p.205
  21. ^ Karmay, Samten C. (2005). "The Great Fifth", p. 2. Downloaded as a pdf file on December 16, 2007 from: [1] Diarsipkan September 15, 2013, di Wayback Machine.
  22. ^ Stein (1972) p. 84.
  23. ^ Das, Sarat Chandra. Contributions on the Religion and History of Tibet (1970), pp. 81–103.
  24. ^ et :Ya Hanzhang, Biographies of the Tibetan Spiritual Leaders Panchen Erdenis. Beijing: Foreign Language Press, 1987. pg 350.
  25. ^ "When the sky fell to earth" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal November 16, 2006.
  26. ^ Panchen-lama. 1988. "On Tibetan Independence". China Reconstructs (now named China Today) (January): Vol. 37, No. 1. pp 8–15.
  27. ^ Goldstein 1989
  28. ^ Lama, The 14th Dalai (April 30, 2019). "Reincarnation". The 14th Dalai Lama. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
  29. ^ Tuttle 2006
  30. ^ China Tibetology. Office for the Journal China Tibetology. 2006. hlm. 16.
  31. ^ Powers 2004, pg. 99
  32. ^ Jagou, pp. 156–159, 206–208
  33. ^ Chinese Materials Center (1982). Who's who in China, 1918–1950: 1931–1950. Vol. 3 of Who's who in China, 1918–1950: With an Index, Jerome Cavanaugh. Chinese Materials Center. hlm. 194. Diakses tanggal 2011-06-07.
  34. ^ The China weekly review, Volume 54. Millard Publishing House. 1930. hlm. 406. Diakses tanggal 2011-06-07.
  35. ^ China monthly review, Volume 56. Millard Publishing Co., inc. 1931. hlm. 306. Diakses tanggal 2011-06-05.
  36. ^ Gray Tuttle (2007). Tibetan Buddhists in the Making of Modern China (Edisi illustrated). Columbia University Press. hlm. 153. ISBN 978-0-231-13447-7.
  37. ^ Gray Tuttle (2007). Tibetan Buddhists in the Making of Modern China (Edisi illustrated). Columbia University Press. hlm. 152. ISBN 978-0-231-13447-7. Diakses tanggal 2011-12-27.
  38. ^ a b c Lin, Hsiao-ting (2010). Modern China's Ethnic Frontiers: A Journey to the West. Taylor & Francis. hlm. 116–118.
  39. ^ Parshotam Mehra (2004). From conflict to conciliation: Tibetan polity revisited: a brief historical conspectus of the Dalai Lama-Panchen Lama Standoff, ca. 1904–1989. Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 87. ISBN 3-447-04914-6. Diakses tanggal April 9, 2011.
  40. ^ Santha Rama Rau (1950). East of home. Harper. hlm. 122.
  41. ^ a b Melvyn C. Goldstein, in McKay 2003, p. 222
  42. ^ "EXILED LAMA, 12, WANTS TO LEAD ARMY ON TIBET". Los Angeles Times. September 6, 1949. Diarsipkan dari asli tanggal November 4, 2012. Diakses tanggal 2010-11-28.
  43. ^ Lin, Hsiao-ting (2010). Modern China's ethnic frontiers: a journey to the west. Vol. 67 of Routledge studies in the modern history of Asia (Edisi illustrated). Taylor & Franci s. hlm. 117. ISBN 978-0-415-58264-3. Diakses tanggal 2011-12-27. China's far northwest.23 A simultaneous proposal suggested that, with the support of the new Panchen Lama and his entourage, at least three army divisions of the anti-Communist Khampa Tibetans could be mustered in southwest China.
  44. ^ Melvyn C. Goldstein (2009). A History of Modern Tibet: The Calm Before the Storm: 1951–1955, Volume 2. University of California Press. hlm. 272, 273. ISBN 978-0-520-25995-9. Diakses tanggal 2010-06-28.
  45. ^ Isabel Hilton (2001). The Search for the Panchen Lama. W. W. Norton & Company. hlm. 110. ISBN 0-393-32167-3.
  46. ^ Lee Feigon, Demystifying Tibet, page 163.
  47. ^ Kurtenbach, Elaine (February 11, 1998). "1962 report by Tibetan leader tells of mass beatings, starvation". Associated Press. Diarsipkan dari asli tanggal 2001-07-21. Diakses tanggal 2016-04-18.
  48. ^ Richard R. Wertz. "Exploring Chinese History: East Asian Region: Tibet". Ibiblio.org. Diakses tanggal 2013-07-17.
  49. ^ "BUDDHA'S DAUGHTER: A YOUNG TIBETAN-CHINESE WOMAN". Diarsipkan dari asli tanggal March 8, 2008.
  50. ^ Hilton, Isabel (March 29, 2004). "The Buddha's Daughter: Interview with Yabshi Pan Rinzinwangmo". The New Yorker.
  51. ^ Hilton 2000, pp. 192–194
  52. ^ "Update-Communist China set to decide on a rival Panchen Lama". Diarsipkan dari asli tanggal July 25, 2008.
  53. ^ "Communist China set to decide on a rival Panchen Lama". Diarsipkan dari asli tanggal March 24, 2008.
  54. ^ Coonan, Clifford (2010-03-02). "China appoints Panchen Lama in tactical move to quell unrest – Asia – World". The Independent. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal May 24, 2022. Diakses tanggal 2013-07-17.
  55. ^ "Propaganda and the Panchen Lama: playing politics". Weblog.savetibet.org. 2011-08-25. Diarsipkan dari asli tanggal 2014-03-08. Diakses tanggal 2013-07-17.
  56. ^ Alex McKay (2003). The History of Tibet: The modern period: 1895-1959, the encounter with modernity. RoutledgeCurzon. hlm. 32. ISBN 978-0-415-30844-1.
  57. ^ Isabel Hilton, A Reporter at Large, "Spies in the House of Faith," The New Yorker, August 23, 1999, p. 170
  58. ^ Philippe Naughton (2011-09-30). "China Says Missing Panchen Lama Living In Tibet". The Times. London. Diakses tanggal 2011-10-17.[pranala nonaktif]
  59. ^ "Learn More". Free the Panchen Lama. 1989-04-25. Diarsipkan dari asli tanggal September 28, 2013. Diakses tanggal 2013-07-17.
  60. ^ Kapstein (2006), p. 276
  61. ^ Appeal For Chatral Rinpoche's Release Diarsipkan 2005-10-27 di Wayback Machine., from the website of "The Office of Tibet, the official agency of His Holiness the Dalai Lama in London"
  62. ^ Goldstein 1989, p. 319.
  63. ^ Melvyn C. Goldstein (18 June 1991). A History of Modern Tibet, 1913–1951: The Demise of the Lamaist State. University of California Press. hlm. 328–. ISBN 978-0-520-91176-5.
  64. ^ "Report to Wu Zhongxin from the Regent Reting Rinpoche Regarding the Process of Searching and Recognizing the Thirteenth Dalai lama's Reincarnated Soul Boy as well as the Request for an Exemption to Drawing Lots – The Reincarnation of Living Buddhas". livingbuddha.us.com. Diarsipkan dari asli tanggal March 31, 2019. Diakses tanggal April 8, 2019.
  65. ^ "Executive Yuan's Report to the National Government Regarding the Request to Approve Lhamo Thondup to Succeed the Fourteenth Dalai lama and to Appropriate Expenditure for His Enthronement – The Reincarnation of Living Buddhas". livingbuddha.us.com. Diarsipkan dari asli tanggal September 30, 2022. Diakses tanggal April 8, 2019.
  66. ^ "Afp Article: Tibet'S Panchen Lama, Beijing'S Propaganda Tool". March 26, 2009. Diarsipkan dari asli tanggal April 4, 2009. Diakses tanggal 2011-10-17.
  67. ^ O'Brien, Barbara (March 11, 2011). "Dalai Lama Steps Back But Not Down". The Guardian. London, England. Diakses tanggal 2011-10-17.

Bibliografi

sunting