Onta Ponoragan atau Seni Unto - Untoan adalah kesenian tradisional yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian ini yang bernafaskan islami dengan bentuk replika hewan Unta.[1]

seni unto untoan telah ada sejak abad 15 di Ponorogo

Sejarah sunting

Ditaklukannya Ponorogo oleh Raden Batoro Katong merupakan kabar gembira untuk kesultanan Demak, dengan demikian kunci untuk meluaskan wilayah kekuasan dan dakwah islam di Pulau Jawa semakin mudah. Hal itu dikarenakan Wali Songo tidak dapat menembus benteng jawa bagian tengah maupun selatan karena tidak diterima oleh bangsawan Wengker, oleh karena itu Wali Songo hanya mampu dakwah syiar di bagian utara pulau Jawa saja.

Kabar dapat direbutnya Ponorogo oleh Demak sampai ke Kesultanan Turki Utsmaniyah, sehingga pada tahun 1499 membuat sultan Bayezid II memberikan sepasang Unta Mongol atau Turki kepada Batoro Katong melalui Kesultanan Demak. kemudian, sepasang unta dari Turki ini menjadi pusaka Kadipaten Ponorogo, karena hidup di cuaca yang berbeda menyebabkan Unta meninggal.

Maka sejak saat itu dibuatlah Replika Hewan Unta di Ponorogo dengan sebutan Onta Ponoragan yang setiap jalannya diiringi musik Kompang dan Gamelan serta puji-pujian sebagai tunggangan Batoro Katong ketika menyambut tamu kadipaten.

Pada masa Kolonial, Onta Ponoragan menjadi kesenian yang khas islami sehingga melalang buana dari pondok - ke pondok di Jawa. pada tahun 1898 Onta Ponoragan digunakan untuk meramaikan parade penobatan Ratu Belanda Wilhelmina di Surabaya.

Pementasan sunting

Pementasan Onta Ponoragan biasanya diiringi musik kompang dan gamelan, serta puji-pujian. selain itu ditunggangi oleh seseorang yang dipayungi, bentuk onta berbeda pada umumnya yang berpunuk satu, hal itu karena onta ponoragan yang diberi hadiah oleh sultan Turki adalah jenis Unta Baktria yang berbadan besar dan berpunuk dua.

Referensi sunting