Nepenthes hamata atau Nepenthes dentata adalah jenis tumbuhan pemakan serangga endemik dari Pulau Sulawesi, Indonesia.[1] Nama hamata berasal dari terjemahan bahasa Latin "seperti kait". Tumbuhan ini hidup di dataran tinggi Sulawesi dari ketinggian 1400 hingga 2500 meter.[1]

Nepenthes hamata

Ahli botani Pierre Joseph Eyma pertama kali mengumpulkan sampel Nepenthes hamata pada tahun 1938 yang kemudian digunakan sebagai spesimen.[1] Namun, baru sampai tahun 1984 dua deskripsi resmi mengenai Nepenthes hamata diumumkan secara hampir bersamaan oleh Shigeo Kurata serta John R. Turnbull dan Anne T.Middleton. Turnbull dan Middleton menamakanannya Nepenthes hamatus dalam jurnal Reinwardtia, sementara Kurata menamakannya Nepenthes dentata dalam The Garden's Bulletin.[1]

Shigeo Kurata menemukan tanaman ini pertama kali pada tahun 1972 saat sedang melakukan penelitian di Herbarium Bogoriense.[2] Dari koleksi Herbarium Bogoriense, Kurata banyak meneliti material yang kurang diketahui dari pulau-pulau di Indonesia.[2] Saat sedang melihat koleksi Pierre Joseph Eyma, ia tertarik dengan jenis kantong semar dari Sulawesi.[2] Ia kemudian mulai menelitinya supaya bisa dipublikasikan sebagai spesies baru.[2]

Karakteristik paling utama dari Nepenthes hamata adalah peristom-peristomnya yang mengait.[1] Pada bagian bawah, peristom itu berwarna ungu gelap. Tutupnya sering kali memiliki rambut-rambut unik di permukaan yang menghadap ke atas. Peristom menjadi ringan di tubuh bagian atas, sering kali berwarna hijau limau. Dalam beberapa varietas, tubuh tumbuhan ini sesuai warna dengan peristom yang hijau, sementara yang lainnya dihiasi dengan bercak merah atau tanda berwarna ungu.[1] Sebagai tanaman dataran tinggi, Nepenthes hamata membutuhkan temperatur yang rendah di malam hari untuk bisa bertahan hidup.[3] Ketika tingkat kelembapan menurun, ia akan menutup dalam beberapa jam dan membuka kembali ketika kelembapan meningkat.[3]

Referensi

sunting