Nazri Gayur

dokter hewan dan pendiri Universitas Tadulako

Lettu Drh. H. Nazri Gayur adalah seorang Putra Minangkabau yang dilahirkan di Jorong Balai Kalikih dalam perkampungan adat Minangkabau kenagarian Koto Nan Gadang Kotamadya Payakumbuh, Sumatera Barat tahun 1933. Ia seorang bangsawan/penghulu (Ninik Mamak) dari persukuan “Kampai” di Koto Nan Gadang dengan gelar adat Datuk Sinaro Nan Hitam.

Nazri Gayur
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPengajar
Dikenal atasPendiri Universitas Tadulako

Setelah tamat dari fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia (sekarang Institut Pertanian Bogor) masa studi 1954-1960. Ia mengikuti program Sepa Wamil (Sekolah Perwira Wajib Militer) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, setelah selesai pada tahun 1960 ditugaskan sebagai Perwira pada KODAM XIII/Merdeka (Komando Daerah Militer XIII/ Merdeka yang merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi Propinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah di Kesatuan Kes Rem II (Bagian Kehewanan), ditugaskan di Palu Sulawesi Tengah.

Pada tahun 1963, Bapak Nazri Gayur bersama sama dengan beberapa orang tokoh masyarakat Sulawesi Tengah kemudian mendirikan Universitas Tadulako,, di Palu tepatnya pada tanggal 8 Mei 1963 dalam bentuk perguruan tinggi swasta dan ia diangkat sebagai rektor pertama dengan sekretaris Aminuddin Ponulele, BA di Universitas Tadulako. Oleh pendirinya, pemberian nama Tadulako bagi Universitas ini dimaksudkan agar Universitas Tadulako kedepannya menjadi lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan pemimpin-pemimpin yang memiliki sifat-sifat keutamaan. Dalam pandangan masyarakat Sulawesi Tengah kata Tadulako berarti pemimpin dan berdasarkan sifatnya kata Tadulako berarti keutamaan. Jadi Tadulako adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat keutamaan (cerdas, berakhlak mulia, jujur dan terpercaya, adil dan bijaksana, berani dan bersemangat, pengayom dan pembela kebenaran)i.[1]

Pada tahun 1962, Lettu Drh Nazri Gayur pulang ke Payakumbuh, Sumatera Barat mempersunting Asdar Binti Sutan Andarmansyah , seorang dara Minangkabau satu kampung dengan ia dari pasukuan Koto. Asdar waktu itu bekerja sebagai Guru di SMP Negeri 1 Payakumbuh. Setelah menikah di Payakumbuh Bapak Nazri Gayur kembali ke Palu bersama-sama dengan istri untuk melanjutkan pekerjaan sebagai Perwira Militer di Kesdam XIII/ Merdeka, sedangkan istrinya setelah menikah tidak lagi menjadi guru tetapi berprofesi sebagai ibu rumah tangga mendampingi Bapak Nazri Gayur. Mereka memiliki 3 orang anak yang semuanya dilahirkan di kota Palu.

Pada saat diangkat sebagai rektor, pada saat itu ia masih berstatus perwira militer, kemudian ia berhenti dari kedinasan di militer setelah berakhirnya Operasi Pembebasan Irian Barat dan memutuskan bekerja di Dinas Peternakan, Departemen Pertanian dengan status Pegawai Negeri Sipil pusat dan tetap memimpin Universitas Tadulako.

Universitas Tadulako yang sejak awal berdirinya berstatus swasta, dengan pembiayaan dari swadaya masyarakat Sulawesi Tengah. Pada tanggal 12 September 1964, Universitas Tadulako mendapat status terdaftar, dengan nomor : 94/B-SWT/P/1964. Akhirnya Tanggal 1 Januari 1966, dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 1 tahun 1966, Universitas Tadulako ditetapkan sebagai Universitas Negeri dengan status Cabang Universitas Hasanuddin (UNHAS) Ujung Pandang dan IKIP Ujung Pandang Cabang Palu.[2} . Saat itu ia masih menjabat sebagai Rektor Untad dan dilantik oleh H. Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuning selaku Gubernur Sulawesi Tengah. Drh. Nazri Gayur, juga perintis berdirinya organisasi Kerukunan Ikatan Keluarga Minangkabau Sulawesi Tengah yang dibentuk tahun 1968. Ia bertugas di kota Palu hingga tahun 1970, kemudian ia pindah ke Jakarta .

Referensi

sunting
  1. ^ "Situs Universitas Tadulako". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-05. Diakses tanggal 2013-02-19. 

Pranala luar

sunting