Mutiara di Qatar telah terkenal sejak masa Arabia pra-Islam.[1] Lokasi budidaya mutiara di Qatar pada awalnya di Doha. Doha masih merupakan sebuah perkampungan nelayan hingga awal abad ke-20 Masehi.[2] Ekonomi Qatar awalnya sangat bergantung kepada perikanan dan mutiara.[3] Qatar masih menjadi salah satu penghasil mutiara terbanyak di Asia sebelum periode 1920-an. Pada periode 1920-an dan 1930-an, Jepang mulai membudidayakan mutiara sehingga industri mutiara di Qatar mengalami kerugian secara ekonomi.[4] Qatar kalah dari Jepang dalam industri mutiara karena harga mutiara yang dihasilkan oleh Jepang jauh lebih murah.[5]

Referensi sunting

  1. ^ Al-Hajri, Ali Ghanim (2020). Qatar di Mata Penjelajah dan Arkeolog. Diterjemahkan oleh Alaidrus, M. G., dan Ulum, B. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 17. ISBN 978-602-06-4670-1. 
  2. ^ Kartajaya, H., dan Taufik (Juni 2009). Kompas 100 Corporate Marketing Case. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 290. ISBN 978-979-22-4682-7. 
  3. ^ Sihbudi, Riza (Juni 2007). Menyandera Timur Tengah. Jakarta Selatan: Penerbit Mizan. hlm. 432. ISBN 979-433-472-3. 
  4. ^ Nihayati, Laily (2010). 10 Juta Rupiah Keliling Qatar dan Umrah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 10. ISBN 978-979-22-7180-5. 
  5. ^ Sutojo, Muti (2016). Hardiani, Riza, ed. Jelajah 50 Negara. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 401. ISBN 978-602-029-488-9.