Mohammad Ali Imran Junior

Kolonel (Inf) Mohammad Ali Imran Junior, biasa dipanggil dengan sebutan Om Imran (08 Januari 1926 – 25 Oktober 1983) adalah tokoh kelahiran Tanjung Balai Karimun yang sekarang terletak di Propinsi Kepulauan Riau

Riwayat Hidup sunting

Menjalani pendidikan dasar selama 7 (tujuh) tahun dari tahun 1933 di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) (sekolah Belanda untuk bumiputera) dan lulus pada tahun 1940. Sekolah ini ada pada jenjang Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau setingkat dengan pendidikan dasar sekarang. HIS termasuk Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs), dibedakan dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa daerah. Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan indonesia asli. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka, atau pegawai negeri.

Beliau meneruskan sekolah MULO (singkatan dari bahasa belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah Sekolah Menengah Pertama pada zaman pemerintah kolonial Belanda. Jenjang Pendidikan setingkat SMP. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs berarti "Pendidikan Dasar yang Lebih Luas". MULO menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Ketika Jepang memulai masa pendudukannya di bekas kolonial belanda tahun 1942 sehingga beliau tidak sampai menamatkannya sekolah tersebut. Di Tahun 1944 pada zaman pendudukan Jepang pernah mengikuti kursus Elektro/ Monteur.

Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 memanggil jiwa dan raga beliau atas kecintaan nya kepada Indonesia di usia menginjak 19 tahun dengan mendaftarkan diri menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kelak menjadi TNI. Berawal menjadi Kepala Markas Divisi IX Banteng di Batu Sangkar Sumatera Barat pada tahun 1945 beliau menamatkan Sekolah Pendidikan Opsir Divisi IX Banteng tahun 1946 kemudian berturut- turut dari tahun 1946 s.d. 1950 jabatan beliau di pasukan Divisi IX Banteng Batu Sangkar menjadi Komandan Kompi II, Komandan kompi dan wakil komandan front serta komandan kompi pada resimen II/ Divisi IX Banteng.

Komando Divisi IX Banteng adalah suatu komando militer yang dibentuk pada masa perang kemerdekaan (1945 - 1950) di Sumatra Tengah yang wilayah operasinya meliputi empat provinsi sekarang, yaitu Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau. Komando Divisi IX Banteng mempunyai pasukan yang banyak karena adanya Sekolah Pendidikan Opsir di Bukittinggi yang pendiriannya diprakarsai oleh para perwira didikan Jepang dimasa pendudukan, bahkan salah satu pasukannya yaitu Resimen 6 dianggap sebagai pasukan terbaik di Sumatra. Salah satu nama terkenal dari Divisi IX Banteng ini adalah Kolonel Ahmad Husein yang memimpin Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) untuk mengoreksi pemerintah Pusat yang telah melenceng jauh dari cita2 kemerdekan Indonesia pada thn 1958 s.d.1961.

Selepas masa perang kemerdekaan pada tahun 1950-51 beliau meniti karier kemiliteran di Angkatan Perang Republik Indonesia dengan menjadi Komandan Kompi PMC pada batalyon 125/ Buaya Putih, tahun 1951-52 menjadi Komandan Kompi Batalyon 120/ BEDD, tahun 1953-1958 menjadi Komandan Kompi Batalyon C Divisi IX Banteng di Sumatera Barat.

Sebagai Komandan Kompi Batalyon C Divisi IX Banteng pada tahun 1953 beliau pernah ditugaskan ke bogor melalui Operasi Penumpasan pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) Kartosuwiryo yang bergabung dalam Resimen 8. Kemudian dari tahun 1953-1960 ditugaskan ke Aceh melalui Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII Daud Beureueh.

Di sela2 beliau menjadi seorang prajurit pendidikan adalah bagian terpentingdengan menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 1954 pada usia yang tidak muda lagi yakni 28 tahun.

Pada masa Operasi penumpasan DI/TII Daud Beureueh di Aceh pada tahun 1958 beliau mengikuti Pendidikan Khusus Perwira Lanjutan Satu (Kupaltu). Kemudian pada tahun 1959 diangkat menjadi menjadi Kepala Staf KMK "G" Komando Daerah Militer Aceh (KDMA). Pada tahun 1960 beliau diperbantukan pada KOMA dan KO-OPS SUM I dan KOANDA SUM. Pada tahun bersamaan juga beliau menjadi Komandan Komando Distrik Militer (KODIM) 0115/ Simeuleu KDMA di Aceh.

Karier militer beliau berlanjut pada tahun 1961-1964 menjadi Kepala Staf Komando Resort Militer (KOREM) 18/ Teuku Umar dan Pejabat Sementara (Ps) Komandan KOREM 12/ Teuku Umar KDMA Komando Daerah Militer (KODAM) I / Iskandar Muda di Aceh. Di akhir masa jabatan beliau thn 1964 mengikuti Pendidikan Khusus Perwira Lanjutan Dua (Kupalda).

Setelah lulus Pendidikan kupalda tahun 1964 Peristiwa G30S/ PKI terjadi tahun 1965 ikut mengambil bagian dalam tugas operasi penumpasan G30S/ PKI di KODAM III/ 17 Agustus Sumatera Barat.

Pada tahun 1965-1977 beliau berturut2 menjabat sebagai Asisten II Kepala Staf KOREM 033/ Wirayudha di Solok - Sumatera Barat, kemudian menjadi Asisten I, Asisten II DAN KOLOG DAM III dan terakhir menjadi Komandan KOREM 033/Wirayudha KODAM III/ 17 Agustus. Pangkat Kemiliteran beliau adalah Kolonel Infanteri.

Pada tahun 1970 beliau mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di bandung dan mengikuti Pendidikan Khusus Calon Dosen (Suscados) Kewiraan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Angkatan IV tahun 1974.

Sejak tahun 1977 beliau aktif mengajar menjadi Dosen kewiraan MENHANKAM/ PANGAB di IKIP Padang, UNAND Padang dan UNRI RIAU di Pekanbaru.

Setelah tidak menjabat menjadi Komandan KOREM 033/Wirayudha, pada tahun 1978 s.d. 1983 beliau menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia utusan Daerah Sumatera Barat dari Organisasi/ Unsur Golongan Karya ABRI sesuai dengan Kep.Pres. R.I no.105/M tahun 1977.

Pada tgl 25 Oktober 1983 di masa pensiun sebagai prajurit dan abdi negara wafat dengan usia 57 tahun meninggalkan seorang istri serta 1 Putri dan 4 Putra. Beliau dimakamkan dengan upacara kemiliteran di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Negara di Padang Sumatera Barat yang dihadiri dan Menjadi Inspektur Upacara kemiliteran Gubernur Sumatera Barat Saat itu Azwar Anas yang kelak menjadi menteri di pengujung Orde Baru.

Bintang/ Tanda Jasa sunting

Selama menjadi prajurit banyak Bintang/ tanda Jasa yang telah beliau raih sbb:

  • Bintang Gerilya
  • Bintang Sewindu
  • Bintang Kartika Eka Paksi klas III
  • Satyalancana Kesetiaan 24 tahun
  • Satyalancana Bhakti
  • Satyalancana Perang Kemerdekaan RI I
  • Satyalancana Perang Kemerdekaan RI II
  • Satyalancana GOM V
  • Satyalancana GOM IV
  • Satyalancana Sapta Marga
  • Satyalancana Wira Dharma
  • Satyalancana Penegak.

Sumber: Buku Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) masa Bakti 1978 s.d 1983