Media massa di Brunei

Media massa di Brunei dikontrol secara ketat oleh pemerintah di bawah Sultan Hassanal Bolkiah, yang secara efektif menerapkan Darurat militer di negara setelah Pemberontakan Brunei pada 1962. Liputan berita terdiri dari laporan kepolisian, gaya hidup, dan even komunitas, dengan sedikit perbedaan dalam sudut pandang. Laporan dari Wartawan Tanpa Batas menyatakan bahwa "tidak ada kritik sama sekali kepada pemerintah". Lembaga pengawas demokrasi Freedom House memasukan Brunei sebagia negara dengan media yang "tidak bebas".

Press milik swasta yaitu Brunei Press Sdn Bhd, menerbitkan Borneo Bulletin yang dikontrol oleh keluarga sultan. Reporter dan editor secara mandiri mensensor pemberitaan terkait dengan politik dan agama.

Undang-undang pers yang berlaku mengancam penyebar "berita palsu" dengan pidana penjara sampai dengan tiga tahun.

Sejarah sunting

Industri surat kabar di Brunei dimulai setelah 1950an. Sebelum 1950, tidak ada publikasi lain di Brunei selain dari Laporan Tahunan yang diterbitkan oleh Kantor Kolonial Inggris. Publikasi reguler milik pemerintah yang lain adalah Government Gazette yang pertama kali dipublikasikan pada 1951. Walaupun begitu, gazette bukanlah surat kabar, tetapi publikasi resmi milik pemerintah.

Surat kabar pertama kali yang muncul adalah Salam Seria yang dipublikasikan pada 1952 oleh British Malayan Petroleum Company, yang merupakan pendahulu dari Brunei Shell Petroleum Company. Menjadi publikasi resmi perusahaan, surat kabar tersebut menyajikan berita dan informasi untuk pegawai dan juga masyarakat umum mengenai eksplorasi minyak dan informasi perusahaan lainnya. Walaupun dibuat dengan dua bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Melayu, versi Bahasa Melayu menambahkan konten mengenai berita dunia dan material edukasi. Salam Seria kemudian berubah menjadi Salam setahun kemudian dan ada hingga sekarang. Salam tetap menjadi suart kabar gratis.

Surat kabar kedua adalah Borneo Bulletin yang pertama kali terbit pada 7 November 1953. Buletin berbahasa Inggris ini terbit seminggu sekali dicetak di Kuala Belait oleh Brunei Press Company yang didirikan pada Oktober 1953. Borneo Bulletin dijual dengan harga 20 sen saat pertama kali diterbitkan. Pada awalnya isi pemberitaan buletin mengenai kabar yang terjadi di Kalimantan terutama di Brunei. Saat pertama kali muncul buletin ini terjual sekitar 3.500 lembar, terbesar di Kalimantan saat itu

Pada 1959, pendiri dari Borneo Bulletin menjual surat kabarnya kepada Straits Times of Singapore. Buletin pertama dipublikasikan dengan sampul yang berbeda untuk tiga edisi berbeda yaitu untuk Brunei, Sabah, dan Sarawak. Oplah meningkat mencapai 10.000 lembar pada 1957 tetapi menurun menjadi 6.000 pada 1970 sebagai hasil dari pengabungan Sarawak dan Sabah kepada Malaysia. Walaupun begitu, pada 1983, oplah meningkat menjadi 30.000 sebelum menurun secara perlahan menjadi 10.000 pada 1997.

Pada 1985, perusahaan terbuka pertama Brunei yaitu QAF, mengambil sebagian dari saham Brunei Press dari Strait Times. Pada September 1990, Borneo Bulletin menjadi surat kabar harian. Sampai dengan sekarang oplah perhari mencapai 20.000 lembar sementara polah rata-rata dari edisi akhir pekan dan minggu mencapai 25.000 lembar.

Publikasi ketiga adalah koran milik pemerintah Pelita Brunei yang pertama kali terbit pada 1956. Edisi pertama dari Pelita Brunei pada 15 Februari 1956 memuat tajuk utama Pidato Pelantikan Yang Mulia Sultan Haji Omar Ali Saifuddien Saadul Khairi Waddien.

Pada 1957, Pelita Brunei diproduksi dua kali sebulan dan menggunakan kertas ukuran A4 sebelum ditingkatkan ukurannya menjadi 9 inci dan 14 inci pada 1959. Pada Juli 1965 Peltia Brunei berubah menjadi surat kabar mingguan yang terbit setiap Rabu sampai dengan saat ini.

Pada awalnya, oplah mencapai 1.000 lembar pada 1990an, lebih dari 45.000 Pelita Brunei diterbitkan setiap minggunya menjadi publikasi terbesar di negara. Konten surat kabar meningkat dari empat halaman menjadi 24 halaman sekarang dan dengan bagian kedua ditambahkan untuk memuat semua lowongan pekerjaan pemerintah dan tender yang diberikan pemerintah dan juga artikel menarik lainnya.

Publikasi keempat berumur pendek bernama Berita Brunei yang pertama kali dipublikasikan pada Maret 1957. Surat kabar ini diterbitkan dalam Bahasa Malaysia dan sedikit Bahasa Jawa, diterbitkan secara mingguan dan terbit setiap harii Kamis dan dijual dengan harga 10 sen dengan oplah mencapai 5.000 lembar. Walaupun begitu, Berita Brunei hanya bertahan lima edisi dan edisi terakhir terbit pada Desember 1958 dengan alasan menurunya iklan dari Malaysia dan Singapura merupakan alasan utama penutupan media.

Pada April 1958, publikasi lain dalam Bahasa Jawa bernama Malaysia diterbitkan oleh Budaya Press. Dijual dengan harga 20 sen dan tutup pada September 1958.

Sebuah terbitan dari bekas partai politik bernama Suara Bakti dipublikasikan pada Oktober 1961 dan terbit setiap hari Jumat, Suara Bakti merupakan surat kabar keenam di Brunei. Mereka menyebut dirinya sendiri sebagai "Surat Kabar Mingguan Terbesar di Kalimantan Utara" dan dijual dengan harga 20 sen. Walaupun begitu, surat kabar terbit secara sporadis dan sampai dengan Desember 1961 hanya memiliki sepuluh edisi. Editor baru mengambil alih dan hanya bertahan dengan lima edisi tambahan sebelum ditutup pada Januari 1962.

Publikasi ketujuh bernama Bintang Harian dan The Daily Star, diterbitkan dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris, muncul pertama kali pada Maret 1966. Terbit setiap hari kecuali hari Minggu dan dijual dengan harga 15 sen. Lebih dari 10.000 lembar diproduksi setiap harinya dan dipublikasikan tidak hanya untuk Brunei tetapi juga Sabah dan Sarawak, Malaysia Barat, dan Singapura. Ketika publikasi berhenti pada Januari 1971, lebih dari 15.000 lembar diproduksi. Publikasi berhenti ketika penerbit yaitu Star Press menjadi bagian dari The Brunei Press.

Dua publikasi resmi pemerintah yaitu Brunei Darussalam Newsletter dan Brunei Darussalam Daily Diges dipublikasikan pada Oktober 1985 dan Januari 1990. Publikasi ini biasanya dibaca oleh warga negara asing tetapi jarang dibaca warga lokal, publikasi akhirnya dihentikan tetapi tetap ada usaha untuk menghidupkan kembali.

Media Permata merupakan publikasi paling baru dari surat kabar lokal berbahasa Melayu ketika pertama kali meluncur pada Januari 1995, surat kabar mingguan ini berfokus pada berita lokal dan literatur melayu. Surat kabar ini diluncurkan kembali sebagai surat kabar harian pada Juli 1998 dan tetap bertahan hingga sekarang dengan rerata oplah mencapai 10.000 lembar. Media Permata tersedia mulai dari Senin sampai dengan Jumat dan edisi akhir pekan juga tersedia pada hari Sabtu dan Minggu.

Surat kabar terbaru yang muncul sebelum Brunei Times adalah News Express. Dimulai ketika acara Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-20 yang dilaksanakan di Bandar Seri Begawan pada akhir 1999. Pada awal 2001, News Express berhenti terbit karena tidak mampu bersaing dengan pasar surat kabar Brunei yang sangat kompetitif[1].

Surat Kabar sunting

Terdapat tiga surat kabar lokal yang beredar di Brunei, yaitu:

BruDirect.com

Situs web berita nomor 1 di Brunei. Surat kabar daring dan alat informasi media daring terbesar dan pionir dari media daring di Brunei. Situs web dikunjungi 70.000 sampai dengan 80.000 kali per hari.

Pelita Brunei

Surat kabar berbahasa Melayu yang terbit dua mingguan secara gratis. Surat kabar ini diterbitkan oleh Departemen Penerangan pemerintah, oplahnya mencapai sekitar 40.000 lembar.

Borneo Bulletin

Surat kabar harian pertama berbahasa Inggris di Brunei, dipublikasikan oleh Brunei Press Sdn Bhd. Oplahnya mencapai 20.000 lembar di hari kerja, dan 25.000 oplah di hari Sabtu dan Minggu, termasuk New Straits Times di Malaysia, The Straits Times di Singapura, dan International New York Times

Media Permata

Surat kabar harian berbahasa melayu satu-satunya, dipublikasikan oleh Brunei Press Sdn Bhd dengan oplah mencapai 10.000 lembar

Sementara itu, ada juga satu surat kabar yang sudah ditutup:

The Brunei Times

Merupakan surat kabar berbahasa Inggris yang terbit dari 2006 sampai dengan 2016[2]. Editorialnya lebih internasional dibandingkan dengan Bulletin, yang fokus dengan berita komunitas. Oplahnya mencapai sekitar 10.000 lembar. Pada 2011, mencapai 15.500.

Surat kabar internasional juga beredar luas di Brunei

Media Siar sunting

Radio dan Televisi domestik di Brunei berada dibawah naungan lembaga penyiaran nasional, Radio Televisyen Brunei (RTB) dan KRISTALfm, satu-satunya stasiun radio komersial yang mengakhiri monopoli radip pada 1999. Program luar negeri juga tersedia melalui jasa Televisi satelit dan Televisi berlangganan. Jasa televisi satelit asal Malaysia, Astro (TV satelit) juga tersedia di Brunei dibawah merek Kristal-Astro. Kanal televisi Indonesia seperti TVRI (saluran televisi), RCTI, SCTV, dan lain-lain juga tersedia di Brunei untuk penonton Brunei dan Indonesia yang menyewa atau membeli penerima sinyal satelit digital.

Internet sunting

Tidak terdapat pembatasan dalam penggunaan internet di Brunei, walaupun Freedom House melaporkan bahwa forum lokal bernama BruneiTalk ditutup pada 2003 setelah kontributor mendiskusikan kesepakatan bisnis yang dilakukan oleh penjabat senior. Pada Juni 2006, terlihat bahwa situs tersebut mencoba untuk pindah ke server yang berbeda.

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ Source: www.bruneitimes.com (19 Juli 2007)
  2. ^ "Brunei Times to close over 'business issues'". Channel NewsAsia. 7 November 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-08. Diakses tanggal 8 November 2016. 

Pralana luar sunting