Manongkah

teknik mencari kerang darah di pantai berlumpur yang berasal dari orang Duanu di Indragiri Hilir dengan menggunakan tongkah

Manongkah adalah teknik mencari kerang darah di pantai berlumpur yang berasal dari orang Duanu di Indragiri Hilir dengan menggunakan tongkah. Tongkah, atau tiangan dalam bahasa Duanu, merupakan papan untuk tumpuan yang dipasang pada tempat becek dan berlumpur. Manongkah dalam bahasa orang Duanu juga biasa disebut sebagai mut tiangan, mud ski, atau ski lumpur.[1] Kegiatan menongkah dilakukan sebanyak 20 kali dalam sebulan ketika sungai Indragiri Hilir sedang surut. Ketika orang Duanu menongkah, Salah satu kaki digunakan sebagai tumpuan untuk tongkah dan tempat mengumpulkan kerang, sementara kaki yang satunya digunakan sebagai pengayuh.[2]

Kayu tongkah berasal dari kayu jenis Pulai dan Jelutung. Tongkah dibuat berukuran panjang 2-2,5 meter, lebar 50–80 cm, dan tebal 3–5 cm. Tongkah sebelumnya merupakan satu bilah kayu, tetapi sekarang karena kayu besar susah didapat maka tongkah berupa gabungan dari beberapa papan. Kayu tongkah dibuat dengan ujung lonjong atau lancip ke atas.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b wardibudaya (2017-10-19). "Manongkah, Warisan Budaya Tak Benda dari Riau 2017". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  2. ^ "Manongkah Kerang, Tradisi Para Nelayan Inhil yang Menjadi Inspirasi Dunia". RIAU1.COM. Diakses tanggal 2020-07-11.