Mangongkal holi

tradisi masyarakat Batak

Dalam masyarakat Batak Toba, mangongkal holi (dibaca: mangokkal holi) adalah tradisi membongkar kembali makam (udean) untuk mengumpulkan sisa tulang belulang (holi-holi) dan menempatkannya ke bangunan tugu (simin).[1] Mangongkal holi berlangsung dalam rangkaian upacara adat, baik sebelum, saat, dan setelah makam digali dan tulang belulang dikumpulkan.

Sebuah bangunan tugu (simin) di Pangururan yang terdiri dari beberapa tingkatan lantai sesuai jumlah generasi (sundut) para keturunan (pinompar) si leluhur pemilik bangunan tugu.

Pelaksanaan

sunting

Upacara adat mangongkal holi biasanya akan dilangsungkan oleh beberapa keluarga dalam satu pomparan (perkumpulan para keturunan suatu leluhur). Beberapa makam dari masing-masing anggota keluarga akan dibongkar untuk kemudian tulang belulangnya disatukan dalam satu bangunan tugu.

Sebelum makam dibongkar pada saat mangongkal holi, semua pihak yang terlibat akan mengadakan doa bersama sesuai tradisi keagamaan masing-masing. Ketika tulan belulang yang masih utuh sudah dikumpulkan, maka para anggota keluarga akan membersihkannya dengan jeruk nipis, kemudian menata tulang belulang yang sudah dibersihkan ke dalam peti baru. Satu peti untuk kumpulan tulang belulang dari satu orang.

Bangunan tugu (simin) biasanya memiliki beberapa tingkatan, tergantung jumlah generasi (sundut) dari leluhur pemilik tugu tersebut. Tulang belulang dari anggota keluarga yang merupakan generasi paling muda, akan diletakkan di tempat yang paling dasar. Sementara, generasi paling awal akan diletakkan di tempat yang lebih tinggi. Dalam setiap lantai bangunan tugu, terdapat beberapa ruangan yang peruntukannya dibagi oleh masing-masing keluarga yang berasal dari satu leluhur tersebut.

Referensi

sunting
  1. ^ "Mangongkal Holi, Ritual Membongkar Tulang Leluhur dalam Batak Toba". Phinemo.com. 2018-10-05. Diakses tanggal 2022-06-05.