Lumpur merah merupakan limbah yang sangat bersifat alkali yang terdiri dari besi(III) oksida dan senyawa-senyawa lainnya yang dihasilkan oleh proses produksi alumina (aluminium oksida) yang menjadi bahan baku utama dalam proses produksi logam aluminium. Setiap tahunnya, sekitar 77 juta ton lumpur merah telah dihasilkan, sehingga menjadi permasalahan yang serius.[1] Isu yang muncul adalah bagaimana membuang limbah tersebut dan apakah limbah tersebut bisa dimanfaatkan untuk kegunaan lain.

Lumpur merah di dekat Stade, Jerman.

Lebih dari 95% alumina di seluruh dunia dihasilkan lewat proses Bayer; untuk setiap ton alumina yang diproduksi, akan dihasilkan limbah sebanyak 1 hingga 1,5 ton. Produksi alumina pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 115 juta ton, sehingga menghasilkan 150 juta lumpur merah.[2]

Komposisi

sunting
Senyawa Persentase
Fe2O3 5–60%
Al2O3 5–30%
TiO2 0.3–15%
CaO 2–14%
SiO2 3–50%
Na2O 1–10%

Dampak lingkungan

sunting

Lumpur merah dapat membahayakan lingkungan karena sangat bersifat alkali.

Pada Oktober 2010, sekitar satu juta meter kubik lumpur merah dari pabrik alumina di dekat Kolontár, Hungaria, bocor ke wilayah pedesaan di sekitar. Kecelakaan ini menewaskan sepuluh orang dan mencemari wilayah sekitar.[3] Semua kehidupan di sungai Marcal konon telah "dimusnahkan" oleh lumpur merah, dan dalam waktu beberapa hari lumpur ini telah mengalir ke Sungai Donau.[4]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Ayres, R. U., Holmberg, J., Andersson, B., "Materials and the global environment: Waste mining in the 21st century", MRS Bull. 2001, 26, 477. doi:10.1557/mrs2001.119
  2. ^ Annual statistics collected and published by World Aluminium.
  3. ^ "Toxic Red Sludge Spill From Hungarian Aluminum Plant 'An Ecological Disaster'", David Gura, NPR, October 5, 2010
  4. ^ "Hungarian chemical sludge spill reaches Danube". BBC. 7 October 2010. 

Pranala luar

sunting