Tun Dato' Seri Dr. Lim Chong Eu (;28 Mei 1919 – 24 November 2010)[1] adalah seorang politisi Malaysia yang menjabat sebagai Ketua Menteri Penang kedua selama 21 tahun. Beliau juga merupakan salah satu pengasas Parti Gerakan Rakyat Malaysia (GERAKAN) bersama dengan V. Veerapan, Syed Hussain Alatas, Dr. Tan Chee Khoon, Dr. J.B.A. Peter, dan Profesor Wang Gungwu.

Lim Chong Eu
Lim Chong Eu (bagian kiri, sedang menggendong) bersama dengan Syed Hussein Alatas (digendong) saat kemenangan Parti Gerakan Rakyat Malaysia dalam pemilihan umum Malaysia 1969.
Ketua Menteri Penang ke-2
Masa jabatan
1969–1990
Sebelum
Pendahulu
Tan Sri Wong Pow Nee
Presiden Ikatan Tionghoa Malaysia ke-2
Masa jabatan
Maret 1958 – Juli 1959
Sebelum
Pengganti
Dr. Cheah Toon Lok (sementara)
Presiden Parti Gerakan Rakyat Malaysia ke-2
Masa jabatan
1969–1980
Informasi pribadi
Lahir28 Mei 1919
Penang, Negeri-Negeri Selat
Meninggal24 November 2010(2010-11-24) (umur 91)
Tanjung Bungah, Penang, Malaysia
KebangsaanMalaysia
Partai politikGerakan (1962-1990)
ITM (1949-1962)
Tempat tinggalTanjung Bungah, Malaysia
PekerjaanDokter medis
Politisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Beliau dikenal karena kebijakan yang lebih pro-Cina dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin lain pada waktu itu. Lim Chong Eu berusaha untuk meningkatkan kedudukan bahasa Cina dalam sistem pendidikan dan dalam kehidupan resmi. Salah satu usulan kontroversial yang dia kemukakan adalah untuk menjadikan bahasa Cina sebagai salah satu bahasa resmi negara, bersaing dengan bahasa Melayu, yang merupakan bahasa kebangsaan Malaysia. Namun, usulan ini mendapat tentangan hebat dari Tunku Abdul Rahman dan banyak pemimpin Melayu yang khawatir itu akan mengancam perpaduan nasional serta dominasi bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan. Pada masa itu, Malaysia sedang dalam proses membangun identitas nasional yang berbasis pada konsep "satu bangsa, satu bahasa", dengan bahasa Melayu sebagai elemen penting dalam perpaduan antar suku.[2][3][4]

Kontroversi

sunting

Dasar Pro-Cina

sunting

Beliau dikenal karena kebijakan yang lebih pro-Cina dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin lain pada waktu itu. Salah satu isu yang menarik perhatian adalah pendiriannya mengenai bahasa Cina.

Lim Chong Eu berusaha untuk meningkatkan kedudukan bahasa Cina dalam sistem pendidikan dan dalam kehidupan resmi. Salah satu usulan kontroversial yang dia kemukakan adalah untuk menjadikan bahasa Cina sebagai salah satu bahasa resmi negara, bersaing dengan bahasa Melayu, yang merupakan bahasa kebangsaan Malaysia. Beliau percaya bahwa masyarakat Cina di Malaysia berhak mendapat pengakuan yang lebih dalam aspek bahasa dan budaya mereka, yang mencakup penggunaan bahasa Cina dalam sistem pendidikan dan di tingkat pemerintahan.

Namun, usulan ini mendapat tentangan hebat dari Tunku Abdul Rahman dan banyak pemimpin Melayu yang khawatir hal ini akan mengancam perpaduan nasional serta dominasi bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan. Pada waktu itu, Malaysia sedang dalam proses membangun identitas nasional yang berbasis pada konsep "satu bangsa, satu bahasa", dengan bahasa Melayu sebagai elemen penting dalam perpaduan antar suku.

Selain itu, Lim juga memperjuangkan hak-hak komunitas Cina dalam bidang ekonomi dan politik, dan beliau sering dianggap sebagai pembela bagi kesejahteraan dan kepentingan masyarakat Cina di Malaysia. Ini berbeda dengan pendekatan lebih sederhana yang diambil oleh UMNO dan pemimpin-pemimpin Melayu lainnya.

Ketegangan ini menyebabkan krisis internal dalam MCA, yang akhirnya menyaksikan Lim Chong Eu meninggalkan parti tersebut dan melanjutkan perjuangannya melalui GERAKAN. Di bawah kepimpinannya, GERAKAN menjadi suara penting bagi komunitas Cina yang menginginkan pengakuan lebih besar dalam aspek politik dan budaya di Malaysia.

Perjuangan Lim Chong Eu dalam memperjuangkan hak-hak komunitas Cina dan usulannya untuk mengakui bahasa Cina sebagai bahasa resmi kedua

Dasar Ekonomi dan Favoritisme

sunting

Selama memimpin Pulau Pinang, Lim Chong Eu dipuji atas usahanya mengubah negeri ini menjadi pusat industri, terutama dengan menarik investasi asing. Namun, kebijakan-kebijakannya juga dikritik oleh sebagian pihak yang menduga beliau lebih memihak kepada kelompok atau bisnis tertentu dalam komunitas Cina, terutama yang memiliki hubungan erat dengan partinya, Gerakan. Tuduhan favoritisme dan kronisme sering dilontarkan kepada pemerintahannya, terutama oleh mereka yang merasa bahwa beberapa proyek atau kontrak diberikan kepada bisnis yang memiliki hubungan politik.

Referensi

sunting