Likaonia (bahasa Yunani: Λυκαονία, Lukaonia, bahasa Turki: Likaonya) adalah sebuah daerah luas di bagian dalam Asia Minor, sebelah utara gunung Taurus.

Likaonia
Lycaonia
Daerah Kuno di Anatolia
LokasiAnatolia tenggara
Bekas negaraQuasi-independen sampai c.200 SM
Provinsi RomawiKapadokia
Lokasi Likaonia di Anatolia
Heinrich Kiepert. Asia citerior. Lycaonia. 1903

Batas wilayah

sunting

Pada abad ke-1 (zaman rasul Paulus) Likaonia berbatasan di bagian timur dengan daerah Kapadokia, di sebelah utara dengan Galatia (tetapi terletak dalam provinsi Romawi Galatia), di sebelah barat dengan Frigia dan Pisidia, sedangkan di bagian selatan memanjang meliputi pegunungan Taurus, berbatasan dengan negeri yang dulunya dikenal sebagai Kilikia Trakeia dan pada zaman Bizantin dinamakan Isauria; tetapi batas-batas wilayahnya bervariasi di waktu-waktu berbeda.[1]

Geografi

sunting

Likaonia terdiri dari dataran rata, tanpa air dan tanpa pepohonan, bagian selatan naik menjadi kaki pegunungan Taurus, dan pada sisi timur dataran ini tidak rata lagi karena adanya sekelompok gunung berapi Kara Dagh, dan oleh banyak bukit-bukit kecil.[1] Kelompok gunung berapi Kara Dagh, beberapa mil di utara Karaman, menjulang sampai ketinggian 2288 meter, sedangkan Karadja Dagh, di sebelah timur lautnya, meskipun lebih rendah, mempunyai gunung-gunung berapi yang berpuncak kerucut tajam. Gunung-gunung di barat laut, dekat Ikonium dan Laodicea Combusta, merupakan akhir dari pegunungan Sultan Dagh, yang melintang pada sebagian besar wilayah Frigia.

Strabo menggambarkan Likaonia sebagai daerah yang dingin di dataran tinggi, menyediakan padang untuk keledai dan domba liar. Saat ini banyak domba di sana, tetapi keledai tidak dijumpai lagi. Amyntas, raja Galatia, yang pernah menguasai daerah ini untuk beberapa waktu, memelihara tidak kurang dari 300 ternak di sana.[1] Menjadi bagian dataran dalam Asia Minor, dan memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter. Menderita kekurangan air, ditambah dengan banyaknya garam di tanah, sehingga bagian utara, membentang dari dekat Ikonium sampai danau garam Tatta dan perbatasan dengan Galatia, hampir seluruhnya tandus, hanya sebagian kecil tanah dapat ditanami dekat Ikonium dan desa-desa besar. Jika diairi, tanahnya subur. Pada zaman kuno dilakukan penyimpanan dan pembagian air yang cermat, sehingga banyak tanah yang sekarang tandus ini dulunya dibudidayakan dan mendukung kehidupan banyak kota.

Sejarah

sunting

Tampaknya pada masa kuno daerah Likaonia merdeka dari kekuasaan kekaisaran Persia, dan sebagaimana tetangganya di Isauria, mereka merupakan suku bangsa liar dan tidak mengenal hukum; tetapi negeri ini dilintasi oleh salah satu jalur besar alamiah yang melalui Asia Minor, daro Sardis dan Efesus sampai ke gerbang-gerbang Kilikia, dan beberapa kota besar tumbuh di sekitar atau dekat jalur ini. Yang terpenting adalah Ikonium, di daerah paling subur, yang selalu dianggap sebagai ibu kota wilayah ini oleh orang Romawi, meskipun secara etnologi termasuk daerah orang Frigia.

Namanya tidak didapati pada catatan Herodotus, tetapi Likaonia disebut oleh Xenophon sewaktu dilintasi oleh Kyrus Muda pada perjalanan barisannya melalui wilayah Asia Kecil. Xenophon menggambarkan Ikonium sebagai kota terakhir Frigia; dan pada kitab Kisah Para Rasul[2] Rasul Paulus, setelah meninggalkan Ikonium, melewati perbatasan dan tiba di kota Listra di wilayah Likaonia.[1] Sebaliknya, Ptolemy memasukkan Likaonia sebagai bagian dari provinsi Romawi Kapadokia, diasosiasikan demikian oleh orang Romawi untuk kepentingan administrasi; tetapi kedua negeri ini jelas dibedakan oleh Strabo maupun Xenophon dan oleh pemerintah secara umum. Amyntas, raja Galatia, yang pernah menguasai daerah ini untuk beberapa waktu, memelihara banyak domba di sana, kemudian kebanyakan bagian utara Likaonia telah dibuktikan dari arkeologi merupakan milik para Kaisar Romawi, yang mewarisi tanah-tanah bagus dari Amyntas.[1]

Dalam Kisah Para Rasul 14:6 Likaonia dicatat terdiri dari kota Listra dan Derbe dengan distrik (termasuk banyak desa) di sekelilingnya. Gambaran ini menyebutkan suatu bagian khusus Likaonia, yang hanya dicatat dalam Alkitab. Pada zaman Paulus, Likaonia tediri dari dua bagian, barat dan timur. Bagian barat merupakan suatu "region" atau subdivisi provinsi Romaawi Galatia; bagian timur disebut "Lycaonia Antiochiana", dari nama Antiochus of Commagene yang diberi kekuasaan atasnya pada tahun 37 M. Bagian yang bukan milik Romawi ini pernah dijalani oleh Paulus, tetapi tidak ada catatan mengenainya secara khusus. Di dalamnya ada kota penting Laranda.[1]

Masih disebut Konya dalam bahasa Turki, dan menjadi ibu kota Kekaisaran Seljuk Turki selama beberapa abad. Sedikit ke utara, dekat dengan perbatasan Frigia, berdiri kota Laodicea Combusta (sekarang Ladik), dijuluki Combusta, untuk membedakan dengan kota di Frigia dengan nama sama; dan di selatan dekat kaki gunung Taurus, terdapat Laranda, sekarang disebut Karaman, yang menjadi asal nama Provinsi Karamania. Derbe dan Listra, kota-kota besar yang disebut dalam Kisah Para Rasul,[2] terletak di antara Ikonium dan Laranda. Ada banyak kota lain yang menjadi bishopric pada zaman Bizantin. Likaonia memeluk Kekristenan pada masa sangat awal; dan sistem gerejawi di sini lebih terorganisasi lengkap dalam bentuk terakhir selama abad ke-4 daripada daerah lain di Asia Minor.

Budaya

sunting

Orang Likaonia tampaknya mempertahankan kebangsaan yang khusus selama masa hidup Strabo, tetapi afinitas etnis mereka tidak jelas. Penyebutan "bahasa Likaonia" pada Kisah Para Rasul[3] menunjukkan adanya bahasa daerah yang digunakan penduduk Listra sekitar tahun 50-an M; dan mungkin baru kemudian atau di bawah pengaruh Kekristenan bahasa Yunani menjadi bahasa utama. Patut dicermati bahwa dalam Kisah Para Rasul, Barnabas dianggap sebagai dewa "Zeus", dan Paulus dikira sebagai dewa "Hermes" oleh orang Likaonia, sehingga membuat sejumlah peneliti percaya bahasa Likaonia sebenarnya suatu dialek bahasa Yunani, yang bekas-bekasnya masih dapat dijumpai pada bahasa Yunani Kapadokia yang digolongkan sebagai suatu dialek Yunani yang unik.

Etimologi

sunting

Ada teori bahwa nama "Likaonia" merupakan versi Yunani, yang dipengaruhi oleh nama pria Yunani, "Lycaon", dari asal Lukkawanna, yang berarti "tanah orang Lukka" dalam bahasa Anatolia kuno, yang berkaitan dengan bahasa Hitit.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Pustaka

sunting
  • Sir W. M. Ramsay, Historical Geography of Asia Minor (1890), Historical Commentary on Galatians (1899) and Cities of St Paul (1907)
  • An article on the topography in the Jahreshefte des Oesterr. Archaeolog. Instituts, 194 (Beiblatt) pp. 57–132.
  • Asia Minor Coins - Lycaonia Diarsipkan 2021-02-04 di Wayback Machine. Ancient Greek and Roman coins from Lycaonia

Templat:Historical regions of Anatolia

  Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publikChisholm, Hugh, ed. (1911). "perlu nama artikel ". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press.