Lamrim (bahasa Tibet: "tahapan jalan") adalah bentuk tekstual Buddhisme Tibet yang menjelaskan tahapan dalam jalan menuju pencerahan sebagaimana diajarkan Buddha. Dalam sejarah Buddhisme Tibet terdapat banyak versi lamrim, yang diajarkan oleh guru-guru yang berbeda dalam aliran Nyingma, Kagyu, dan Gelug. Namun demikian, seluruh versi lamrim adalah penjelasan dari sebuah teks dasar karya Atiśa di abad ke-11 berjudul Lampu Menuju Jalur Pencerahan (Bodhipathapradīpa).

Sejarah sunting

Ketika Atiśa, pemrakarsa lamrim, datang dari India ke Tibet, ia diminta oleh Raja Jang Chub Ö untuk memberikan sebuah simpulan yang lengkap dan mudah diakses mengenai doktrin Buddha. Menurut pendapatnya, hal ini dilakukan untuk membenarkan pandangan salah, terutama yang muncul dari kontradiksi yang tampak dalam sutra dan komentar-komentarnya. Berdasarkan permintaan ini, Atiśa pun mengajarkan apa yang kemudian dikenal sebagai lamrim bagi orang TIbet. Ia kemudian diberikan diberikan penghargaan oleh para pandita di alma maternya di India, universitas kependetaan Vikramashila. Presentasi Atiśa kemudian dikenal sebagai tradisi Kadampa di Tibet.

Gampopa, seorang pendeta Kadampa dan murid yogi terkenal Milarepa, mengajarkan lamrim kepada para muridnya sebagai sebuah jalan untuk mengembangkan pikiran secara bertahap. Penjelasannya mengenai lamrim dikenal dalam terjemahan bahasa Inggrisnya berjudul The Jewel Ornament of Liberation. Hingga hari ini, teks tersebut dipelajari di berbagai aliran Kagyu dalam Buddhisme Tibet.

Tsongkhapa, pemrakarsa aliran Gelug yang berdasar pada aliran Kadampa yang dibuka Atiśa, menulis salah satu karya besarnya mengenai lamrim, yang ia beri judul Penjelasan Utama mengenai Tahapan Menuju Jalur Pencerahan (dalam bahasa Tibet, Lam-rim Chen-mo). Panjang karya ini 1,000 halaman dan berdasar pada berbagai sumber buku. Ada pula teks lamrim yang tidak terlalu panjang (200 halaman) dan teks pendek (10 halaman, disebut Lam-rim Dü-dön), yang dibacakan setiap hari oleh kaum Gelugpa.

Filsafat sunting

Keaslian ajaran lamrim sunting

Kaum Buddhis Tibet percaya bahwa ajaran lamrim berdasar pada sutra yang diajarkan oleh Buddha dan bahwa Buddha mengajarkan ketiga sutra pendek, menengah, serta panjang, secara bersamaan. Sutra kebijaksanaan ini digunakan Maitreya dan Asaṅga sebagai dasar dari karya ensiklopedis mereka, Perhiasan Kesadaran Nyata (Abhisamayālaṃkāra). Dalam teks tersebut, mereka menekankan arti terselubung dari sutra.

Tiga jenis motivasi sunting

Titik awal lamrim adalah pembagian praktisi Buddhis menjadi tiga jenis makhluk, berdasarkan motivasi mereka akan aktivitas religius. Namun demikian, ketiga jenis motivasi ini tidak memerhatikan individu-individu yang menempatkan dasar pembelajaran agamanya pada keuntungan yang akan mereka dapatkan di kehidupan sekarang. Agar sebuah aktivitas dapat dianggap memiliki nilai spiritual, setidaknya harus ada keinginan untuk mendapatkan kondisi lahir kembali yang lebih baik.

Dalam "Lampu Jalur Pencerahan" (ayat 2), Atiśa menulis bahwa terdapat tiga jenis makhluk:

  1. makhluk dalam jalur sederhana;
  2. makhluk dalam jalur menengah;
  3. makhluk dalam jalur tinggi.

Para makhluk yang berada dalam jalur sederhana menginginkan kebahagiaan dalam samsara. Motif mereka adalah untuk mencapai kelahiran kembali yang lebih tinggi.

Makhluk dalam jalur menengah mencari kedamaian mereka sendiri dan hendak meninggalkan kesenangan duniawi. Jalur ini adalah jalur para pratyekabuddha dan sravakabuddha, yang mencari pembebasan pribadi, yang merupakan tujuan tradisional dari praktik kaum Hinayana.

Berdasarkan pada pengetahuan mengenai penderitaan mereka sendiri, makhluk dalam jalur tinggi mencari cara untuk menghentikan penderitaan semua makhluk. Ini adalah jalur Mahayana, oleh kaum samyaksambuddha.

Topik bahasan lamrim sunting

Meskipun kebanyakan teks lamrim membahas hal yang sama, tetapi topik bahasan yang sama tersebut dapat diatur dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya, lamrim Atiśa dibuka dengan bodhicitta, pikiran tercerahkan yang altruistis, dan diikuti dengan sumpah boddhisattva. Lamrim Gampopa dibuka dengan sifat-sifat Buddha, diikuti dengan betapa berharganya kelahiran kembali manusia. Teks-teks Tsongkhapa dibuka dengan ketergantungan pada guru (lama dalam bahasa Tibet), diikuti dengan keberhargaan kelahiran kembali manusia, dan diteruskan dengan ketiga jalur sederhana, menengah, dan tinggi.

Gampopa dan Tsongkhapa memperpanjang teks akar karya Atiśa menjadi sebuah sistem yang ekstensif untuk memahami filsafat Buddhis. Dalam sistem ini, topik-topik bahasan seperti karma, reinkarnasi, kosmologi Buddhis serta praktek meditasi dijelaskan secara bertahap dalam runutan yang logis.

Garis besar ajaran lamrim dalam terjemahan Inggris hari ini adalah Liberation in the Palm of Your Hand oleh Pabongkhapa Déchen Nyingpo.