Lagu angsa (bahasa Yunani kuno: κύκνειον ᾆσμα; Latin: carmen cygni) adalah sebuah peribahasa kiasan untuk isyarat, upaya atau penampilan terakhir yang diberikan tepat sebelum kematian atau pensiun. Peribahasa tersebut merujuk kepada sebuah kepercyaana kuno bahwa angsa (Cygnus spp.) menyanyikan sebuah lagu indah tepat sebelum kematian mereka, namun terhening (atau secara alternatif, tidak bermusik) pada sebagian besar masa hidupnya. Keyakinan ini, yang dasar kebenarannya lama diperdebatkan, telah menjadi peribahasa di Yunani kuno pada abad ke-3 SM dan diulang beberapa kali dalam syair dan seni rupa Barat pada masa berikutnya.

"Angsa berdendang" (1655) karya Reinier van Persijn.

Cikal bakal dan deskripsi sunting

Dalam mitologi Yunani, angsa adalah seekor unggas yang terkonsentrasi kepada Apollo, dan sehingga hewan tersebut dianggap sebagai simbol harmoni dan kecantikan dan kemampuan terbatasannya sebagai penyanyi berada di bawah kemampuan burung-burung pengicau.

Fabel Aesop "Angsa Berleher Panjang dan Angsa Berleher Pendek" mencantumkan legenda lagu angsa sebagai penyelamat hidupnya saat angsa leher panjang terjebak akibat dikira angsa leher pendek namun pada akhirnya disadarkan lewat lagunya.[1]

Referensi sunting

  1. ^ Aesop (1998). The Complete Fables. Penguin Classics. ISBN 0-14-044649-4. , p.127

Pranala luar sunting