Kudeta Jerman Nazi di Pulau Nias 1942

Latar belakang sunting

 
Pulau Nias

Kudeta Jerman Nazi di Pulau Nias 1942 adalah sebuah operasi yang dilancarkan para warga interniran Jerman untuk mengambil alih kekuasaan Pulau Nias dari Belanda. Pada Awalnya, warga Jeman yang merupakan korban dari tragedi karamnya kapal SS Van Imhoff telah mencapai Hilisimaetano,Pulau Nias pada 20 Januari 1942 yang kemudian para korban-korban warga Jerman tersebut ditangkap oleh Belanda dan ditawan ke Kota Gunungsitoli pada 24 Januari 1942

Masa Pemberontakan sunting

Hingga terjadi suatu peristiwa yang memunculkan rencana awal dari kudeta yaitu munculnya kedudukan Jepang di Sibolga pada 3 maret 1942. Albert Vehring yang merupakan salah satu tawanan yang terdapat di Nias menghasut para polisi-polisi batak yang merupkan Unit Veldpolitie Belanda untuk berpihak pada Blok Poros dikarenakan saat itu Jepang yang sudah menguasai sebagian besar kawasan Asia Timur serta hubungan Sumatra derngan Nias sedang tidak membaik dan juga ketidakpuasan polisi-polisi Batak yang tidak digaji oleh majikan Belanda yang menyebabkan para polisi-polisi bersekutu dengan warga Jerman. Hingga akhirnya, pada malam minggu 29 Maret 1942 para internerir Jerman yang berada di kamp berhasil kabur dengan polisi-polisi Batak yang sudah muak dan memberontak terhadap pihak Kolonial Belanda atas ketidakpuasan mereka. Hingga, gudang senjata milik Belanda pun akhirnya dibongkar oleh para interenerir Jerman dan Jerman berhasil mengambil alih Pulau Nias dan menahan para beberapa warga Belanda yang diantaranya merupakan asisten residen, kontrolir, kepala kepolisian belanda, 5 prajurit pelarian inggris,para rohaniawan,serta warga Belanda lainnya.

Terbentuknya Republik sunting

Para bekas interenerir Jerman pun akhirnya membentuk sebuah Republik Nias Merdeka dan menunjuk E.L. Fischer, bekas kepala perwakialn perusahaan Bosch di Hindia Belanda sebagai Perdana Menteri atas utusan dari Hitler. Para warga Jerman pun akhirnya mengambil alih stasiun radio untuk berkomunikasi dengan penduduk Sumatra tetapi hal tersebut tidak berguna karena adanya halangan komunikasi bahasa antara orang Jerman dengan orang Jepang. Para orang jerman pun juga menyita 875.000 Gulden dari rumah asisten residen dan kantor pegadaian, yaitu gaji selama tiga bulan untuk seluruh pegawai pemerintahan di Nias maupun uang tabungan milik penduduk Belanda. Para polisi batak pun juga mengklaim uang tersebut sebagai gaji di muka mereka yang belum dibayarkan selama ini dan sisanya dibagikan untuk penduduk Jerman

Pada tanggal 31 Maret 1942,terdapat kedatangan dua kapal KPM milik Belanda, yaitu: SS Sumatra dan SS Taliga yang baru saja mendarat di Dermaga Gunung Sitoli. Tidak tahu menegnai kudeta yang terjadi di Nias, kedua kapten kapal tersebut dari Belanda terperanjatketika mereka ditodong oleh pasukan Jerman yang telah menguasai Nias dan mereka pun ikut dipenjarakan juga. Dan setelah ditelusuri, kedua kapal tersebut disewa oleh Bangsa Jepang yang menguasai Padang dan saat itu mereka mau membeli beras dari Nias dan Jepang sama sekali belum tahu bahwa ternyata pasukan Jepang dari Sumatera Utara belum mengambil alih daerah Nias.

Kedatangan Bangsa Jepang & Peralihan Kekuasaan sunting

Republik Nias pun terus masih berdiri di pulau Nias pun akhirnya berusaha untuk melakukan kontak dengan penduduk Pulau Sumatra dengan mengirim menteri luar negerinya, Albert Vehring yang merupakan seorang bekas pengurus perkebunan teh milik Emil Helfferich di Jawa. Ia berlayar sejauh 200 Km agar sampai ke Sibolga dengan bermodalkan kapal nelayan dan dengan beberapa tawanan Belanda dan Inggris yang dibawanya. Kemudian ia bertemu kontak dengan perahu Pasukan Jepang dan mereka kemudian diinvestigasi secara lanjut di Medan. Albert Vehring menyarankan untuk mengutus perwira dan beberapa pasukan Jepang ke Nias tetapi utusan tersebut ditolak karena adanya rasa kecurigaan dari pihak Jepang. Vehring pun dipulangkan kembali ke Nias, sedangkan tawanan lainnya ditahan oleh pihak Jepang di Sumatra.

Dua minggu kemudian, pada 17 april 1942 Pasukan jepang datang ke Nias untuk pertama kalinya dan disambut dengan ratusan penduduk lokal serta para pemerintah Jerman diantaranya Vehring, Fischer, Dr. J.K.G Moeller, Edmund E.J.F Schroeder dan Dr. Karl Heidt serta para penduduk jerman lainnya juga yang berpatisipasi. setelah itu pada 20 April 1942, para pasukan Jepang dengan pasukan Jerman merayakan sebuah pesta untuk ulang tahun Hitler sebagai sebuah penghormatan.Dan besoknya Jepang pun dengan mudah menaklukan Nias melalui Teluk Dalam dan Hilisimaentano karena Jerman yang sudah terlebih dahulu membatu menaklukkan Nias dari Belanda. Hingga akhirnya, pada 27 april 1942 menanadakan akhir dari penguasaan pulau Nias oleh Bangsa Jerman dan dilanjutkan oleh Bangsa Jepang.Para internerir-internerir Jerman yang berada di Nias pun akhirnya balik dari Nias ke Sibolga kecuali Karl Heidt dikarenakan adanya kekurangan tenaga medis untuk jepang di daerah Nias tetapi Karl Heidt pun bunuh diri pada agustus 1942.

Sumber Referensi sunting

  1. https://tirto.id/kudeta-orang-orang-nazi-jerman-di-pulau-nias-clyj
  2. https://kumparan.com/potongan-nostalgia/pulau-nias-saksi-kudeta-nazi-jerman-1942/full
  3. http://vanimhoff.info/index.php
  4. https://historia.id/militer/articles/petualangan-interniran-jerman-di-pulau-nias-DWqW3
  5. https://www.boombastis.com/kudeta-nazi-jerman-di-indonesia/223268