Kritik sastra anak


Kritik Sastra Anak adalah analisis dalam sebuah karya sastra yang menggunakan sudut pandang anak-anak atau remaja. Di Indonesia khususnya era penjajahan, sastra anak kurang disorot dan demikian di tahun 1945, anak-anak membaca cerita pendek dan dongeng dari hasil buku terjemahan karya sastra anak luar negeri.[1] Genre yang beragam dalam sastra anak juga membuat konten di dalamnya perlu disaring terutama jika menampilkan unsur kekerasan dan seksualitas sebab kecenderungan anak-anak yang mudah meniru.[1] Suatu karya sastra anak dapat dikatakan tepat jika didalamnya terdapat gaya bahasa, gambaran kehidupan, pengekspresian, perasaan dan moral yang dapat dijangkau oleh anak-anak.[2]

Pendekatan

sunting

Membaca karya sastra anak dapat melatih daya ingat, imajinasi, kreativitas dan pengetahuan sang anak sejak dini. Budaya memperkenalkan sastra anak juga menjadi salah satu gaya mengasuh anak agar mempersiapkan kecerdasan dalam berpikir dan emosionalnya di masa pertumbuhan. Sastra anak memiliki beragam bentuk yakni fiksi, sejarah, dongeng, cerita rakyat, legenda, fiksi sains, fantasi dan non-fiksi. Ciri-ciri yang mudah dikenali dari sastra anak biasanya dilengkapi sedikit teks, gambar dan berwarna.

Referensi

sunting
  1. ^ a b Faidah, Citra Nur (1 Oktober 2018). "Dekonstruksi Sastra Anak: Mengubah Paradigma Kekerasan dan Seksualitas Pada Karya Sastra Anak Indonesia". Jurnal Kredo. 2 (1). 
  2. ^ Nurgiyantoro, Burhan (Juni 2004). "Sastra Anak: Persoalan Genre". Universitas Negeri Yogyakarta. 19 (2): 109.