Kritik etnografi
Kritik etnografi adalah reaksi terhadap praktik tradisional antropologi dan sosiologi, khususnya dalam sebuah konteks gerakan hak-hak sipil pada tahun 1960 - 1970. Berasal dari Chichago School of Sociology, kritik etnografi muncul saat para etnografer menjadi lebih aktif secara politik emansipatoris ke dalam penelitian mereka. Para etnografer memilih untuk kerja di lapangan yang lingkungannya tidak konvesional, seperti tempat modern yang tidak dianggap eksotik, untuk memberikan perspektif yang luas tentang masyarakat.[1]
Pendekatan sunting
Kritik etnografi menerapkan pendekatan berbasis teori kritis yang berfokus pada nilai-nilai yang tersirat dalam penelitian etnografi dan akan berupaya mengidentifikasi bias-bias yang mungkin akan timbul. Pendekatan ini menanyakan apa yang bisa dilakukan untuk mengganggu hubungan kekuasaan dan persepsi kesenjangan sosial yang ada. Kritik etnografi bertujuan untuk membawa perubahan signifikan dalam cara kita memahami dan mempelajari masyarakat juga sangat penting dalam memperkaya landasan epistemologis dan sosiologi.[2]
Kritik entografi melakukan pemeriksaan reflektif terhadap metodeloginya dengan memposisikan peneliti menjadi bagian integral dan kontek objek kajian. Konsep 'penghormatan kritik etnografi' mencakup analisis kritis terhadap ruang dan materialitas dari mana cerita-cerita ini berasal, sebagai suatu cara untuk mendekati data dan percakapan etnografi dengan menghormati cerita-cerita lawan bicara.
Posisionalitas dan Warna etnografi sunting
Pentingnya mempertimbangkan posisi peneliti dalam kajian kritik etnografi diperkuat dengan pemikiran tentang dialog dan hubungan dengan orang lain. Konsep ini menekankan peneliti harus memahami dan menerima subjektivitasnya sendiri sambil menjaga dialog otentik dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan representasi realitas sosial yang lebih akurat dan juga bermakna.